Kamis, 29 November 2012

Di Doa Ibuku Namaku Disebut



Jumat, 30 November 2012
Bacaan Alkitab: Efesus 6:1-4
Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.” (Ef 6:1)


Di Doa Ibuku Namaku Disebut


Mungkin banyak pembaca renungan ini yang sudah pernah mendengar lagu ini, dan saat ini saya mau mengutip syair dari lagu ini:

“Di waktu ku masih kecil, gembira dan senang
Tiada duka kukenal, tak kunjung mengerang
Di sore hari nan sepi, ibuku bertelut
Sujud berdoa ku dengar, namaku disebut
Di doa ibuku, namaku disebut
Di doa ibuku ku dengar, ada namaku disebut”

Lirik lagu di atas adalah lagu yang sangat sederhana. Lagu ini adalah lagu lama, dan bukan berasal dari gereja aliran pantekosta atau karismatik. Seingat saya justru lagu sudah ada di buku nyanyian “Kidung Jemaat” yang biasa digunakan Gereja-Gereja yang beraliran protestan. Saya penasaran dengan pembuat syairnya dan sejarah pembuatan lagu ini sehingga saya mencari informasinya di internet.

Setelah saya  mencari, saya menemukan informasi bahwa syair asli dalam bahasa Inggris dikarang oleh Peter Bilhorn. Dalam alamat website tersebut, diceritakan bahwa Peter sewaktu kecil sudah kehilangan ayahnya, sehingga ia harus bekerja mencari nafkah bagi ibunya dan saudara-saudaranya. Saat remaja, tentu saja Peter juga sering nakal, seperti suka bermain-main dan tidak langsung pulang ke rumah setelah bekerja. Suatu ketika di malam yang dingin, Peter baru saja tiba di rumah. Saat itu sudah larut malam. Ia pun masuk dengan pelan-pelan dengan harapan tidak membangunkan ibunya yang tidur di kamar bawah. Saat ia melewati kamar ibunya, di situlah ia melihat ibunya sedang belutut dan berdoa, dan ada namanya disebut, “Tuhan tolong Peter, sertai Peter di manapun ia berada... Sertai Peter supaya ia boleh pulang dengan selamat... Lindungi Peter... Peter... Peter... dan begitu banyak namanya disebut dalam doa ibunya tersebut”. Saat itulah Peter sadar betapa ibunya sangat mengasihinya bahkan menyebut namanya berulang-ulang dan begitu sering dalam doanya.Akhirnya Peter pun naik ke atas dan menangis di kamarnya. Kejadian itu sangat membekas sehingga di hati Peter ketika ia sudah dewasa ia pun menulis empat bait syair lagu yang menceritakan hal ini (Tipe lagu-lagu hynmal biasanya terdiri dari banyak bait dan bukan hanya satu bait seperti lagu-lagu kontemporer masa kini).

Alkitab memberi perintah kepada kita selaku anak-anak untuk menaati dan menghormat kedua orang tua kita di dalam Tuhan (ay. 1a & 2). Ini adalah suatu perintah yang penting karena memang harus demikian (ay. 1b), dalam artian memang di budaya manapun di dunia ini, kita memang harus menghormati dan menaati orang Tua, apalagi jika kita sudah di dalam  Tuhan. Lagipula, hal ini terkait dengan janji yang Tuhan sudah berikan yaitu agar kita berbahagia dan panjang umur di bumi ini (ay. 3).

Kita harus menghormati orang tua kita karena merekalah (terutama ibu kita) yang melahirkan kita, merekalah yang merawat kita sejak bayi, sejak kita belum  bisa apa-apa, mengajari kita berbicara, berjalan, belajar, menyekolahkan kita hingga kita dewasa dan bahkan menikahkan kita. Berapa banyak usaha dan biaya yang sudah dikeluarkan orang tua kita bagi kita sepanjang hidup kita? Memang tidak semua orang tua itu benar juga. Ada kalanya orang tua salah atau juga bagi kita yang memiliki orang tua yang masih belum percaya, kita harus tetap lebih taat kepada Tuhan daripada kepada orang tua kita, yaitu dalam konteks perintah atau ajaran orang tua kita berbeda dengan Firman Tuhan (Kis 4:19). Akan tetapi dalam keadaan umum, seorang orang  tua akan sangat mengasihi anaknya, dan tidak ada orang tua yang akan memberikan ular ketika anaknya minta ikan (Luk 11:11).

Walaupun demikian, terkait dengan tanggung jawab kita sebagai anak untuk menghormati orang tua kita, Alkitab juga memberikan perintah kepada bapa-bapa (orang tua) untuk tidak membangkitkan amarah dalam hati anak-anaknya, tetapi untuk mendidik dan mengajar di dalam Tuhan (ay. 4). Bayangkan keadaan keluarga seperti ini, orang tua mendidik dan mengajar anak di dalam Tuhan, dan anak-anak menghormati orang tuanya di dalam Tuhan. Bukankah ini adalah sesuatu yang indah dan luar biasa?

Memang mungkin kita baru mengerti akan hal ini ketika kita sudah mempunyai anak, dan barulah kita mengerti bahwa orang tua kita sangat menyayangi dan mengasihi kita. Saya sendiri baru mengerti banyak hal tentang orang tua saya ketika saya sudah menikah dan memiliki anak, barulah saya bisa memahami apa yang orang tua saya rasakan, barulah saya bisa memposisikan diri saya sendiri di posisi orang tua saya, dan mungkin saya pun akan melakukan apa yang orang tua saya dulu lakukan, walaupun saat saya masih menjadi anak, saya tidak setuju dengan apa yang dulu orang tua saya lakukan.

Tidak semua kita mempunyai anak, tetapi kita pasti pernah menjadi anak. Bersyukurlah ketika saat ini, setua apapun kita, yang orang tua kita masih hidup. Itu berarti masih ada kesempatan bagi kita untuk menghormati orang tua kita. Apa yang kita bisa lakukan? Jika memang orang tua kita sudah sepuh, apakah kita mau direpotkan untuk mengajaknya tinggal bersama-sama dengan kita di rumah kita? Memang akan merepotkan, tetapi menurut saya itu jauh lebih baik ketimbang menempatkannya di panti atau rumah jompo. Bayangkan jika suatu saat nanti kita sudah tua dan anak kita tidak mau menerima kita di rumahnya, dan kita akan menjalani kesendirian kita di panti jompo, maukah kita merasakannya? Memang ada ayat Alkitab  yang berbunyi bahwa laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya (Kej 2:24). Dalam konteks pernikahan memang sebaiknya keluarga tersebut tinggal terpisah dengan orang tua agar bisa mandiri. Akan tetapi apa iya ketika orang tua kita sudah sepuh dan membutuhkan kita tetapi kita malah menolaknya dengan alasan ayat tersebut? Alkitab juga mengatakan agar kita merawat anggota keluarga yang sudah janda, yang sudah tua dan membutuhkan bantuan kita (1 Tim 5:16).

Jika kita saat ini masih belum berkeluarga, saatnya kita menghargai dan menyenangkan kedua orang tua kita. Ada salah seorang teman saya yang sampai sata ini belum menikah yang memiliki komitmen untuk menyenangkan ibunya (karena ayahnya sudah meninggal dunia) dengan berjanji mengajak ibunya berjalan-jalan ke luar negeri, Memang dibutuhkan uang yang banyak untuk hal itu, tetapi ketika ia mulai melakukannya, pekerjaannya diberkati luar biasa sehingga hanya dalam waktu 8 tahun ia sudah bisa menjadi manajer (padahal biasanya dibutuhkan waktu 10-12 tahun di perusahaan tersebut).

Menghormati orang tua bukan nanti ketika orang tua kita sudah meninggal kemudian kita datang ke makamnya dan berdoa di sana atau menaburkan bunga di sana. Menghormati orang tua itu adalah sekarang dan saat ini, ketika orang tua kita masih hidup. Jika hari ini kita membaca renungan ini, maukah kita melakukan satu hal sederhana? Lakukan sesuatu yang menyenangkan hati orang tua kita. Mungkin bagi kita yang jauh kita bisa menelepon orang tua kita untuk menanyakan kabarnya. Mungkin bagi kita yang dekat hari ini kita bisa datang mengunjungi orang tua kita sambil membawa makanan kesukaannya. Mungkin bagi kita yang masih tinggal bersama orang tua kita, kita bisa membantu pekerjaan orang tua kita, atau hanya sekedar berbincang-bincang dan mengatakan bahwa kita menyayangi mereka. Atau kita bisa berkomitmen agar hari ini kita mau bersikap baik dan mau taat kepada orang tua mereka dan menyenangkan hati mereka. Maukah kita melakukannya? Saya yakin, bahwa orang tua kita pasti selalu (minimal pernah) menyebut nama kita di dalam doanya (walaupun bagi orang tua yang belum percaya sekalipun). Hari ini giliran kita, sudahkah kita menyebutkan nama orang tua kita di dalam doa-doa kita?


Bacaan Alkitab: Efesus 6:1-4
6:1 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.
6:2 Hormatilah ayahmu dan ibumu -- ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini:
6:3 supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.
6:4 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.