Jumat, 30 November 2012
Bacaan Alkitab: Efesus 6:1-4
“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam
Tuhan, karena haruslah demikian.” (Ef 6:1)
Di Doa Ibuku Namaku Disebut
Mungkin banyak
pembaca renungan ini yang sudah pernah mendengar lagu ini, dan saat ini saya
mau mengutip syair dari lagu ini:
“Di waktu ku masih kecil, gembira dan senang
Tiada duka kukenal, tak kunjung mengerang
Di sore hari nan sepi, ibuku bertelut
Sujud berdoa ku dengar, namaku disebut
Di doa ibuku, namaku disebut
Di doa ibuku ku dengar, ada namaku disebut”
Lirik lagu di
atas adalah lagu yang sangat sederhana. Lagu ini adalah lagu lama, dan bukan
berasal dari gereja aliran pantekosta atau karismatik. Seingat saya justru lagu
sudah ada di buku nyanyian “Kidung Jemaat” yang biasa digunakan Gereja-Gereja
yang beraliran protestan. Saya penasaran dengan pembuat syairnya dan sejarah
pembuatan lagu ini sehingga saya mencari informasinya di internet.
Setelah saya mencari, saya menemukan informasi bahwa syair
asli dalam bahasa Inggris dikarang oleh Peter Bilhorn. Dalam alamat website
tersebut, diceritakan bahwa Peter sewaktu kecil sudah kehilangan ayahnya,
sehingga ia harus bekerja mencari nafkah bagi ibunya dan saudara-saudaranya. Saat
remaja, tentu saja Peter juga sering nakal, seperti suka bermain-main dan tidak
langsung pulang ke rumah setelah bekerja. Suatu ketika di malam yang dingin,
Peter baru saja tiba di rumah. Saat itu sudah larut malam. Ia pun masuk dengan
pelan-pelan dengan harapan tidak membangunkan ibunya yang tidur di kamar bawah.
Saat ia melewati kamar ibunya, di situlah ia melihat ibunya sedang belutut dan
berdoa, dan ada namanya disebut, “Tuhan tolong Peter, sertai Peter di manapun
ia berada... Sertai Peter supaya ia boleh pulang dengan selamat... Lindungi
Peter... Peter... Peter... dan begitu banyak namanya disebut dalam doa ibunya
tersebut”. Saat itulah Peter sadar betapa ibunya sangat mengasihinya bahkan
menyebut namanya berulang-ulang dan begitu sering dalam doanya.Akhirnya Peter
pun naik ke atas dan menangis di kamarnya. Kejadian itu sangat membekas
sehingga di hati Peter ketika ia sudah dewasa ia pun menulis empat bait syair
lagu yang menceritakan hal ini (Tipe lagu-lagu hynmal biasanya terdiri dari
banyak bait dan bukan hanya satu bait seperti lagu-lagu kontemporer masa kini).
Alkitab memberi
perintah kepada kita selaku anak-anak untuk menaati dan menghormat kedua orang
tua kita di dalam Tuhan (ay. 1a & 2). Ini adalah suatu perintah yang
penting karena memang harus demikian (ay. 1b), dalam artian memang di budaya
manapun di dunia ini, kita memang harus menghormati dan menaati orang Tua,
apalagi jika kita sudah di dalam Tuhan.
Lagipula, hal ini terkait dengan janji yang Tuhan sudah berikan yaitu agar kita
berbahagia dan panjang umur di bumi ini (ay. 3).
Kita harus
menghormati orang tua kita karena merekalah (terutama ibu kita) yang melahirkan
kita, merekalah yang merawat kita sejak bayi, sejak kita belum bisa apa-apa, mengajari kita berbicara,
berjalan, belajar, menyekolahkan kita hingga kita dewasa dan bahkan menikahkan
kita. Berapa banyak usaha dan biaya yang sudah dikeluarkan orang tua kita bagi
kita sepanjang hidup kita? Memang tidak semua orang tua itu benar juga. Ada
kalanya orang tua salah atau juga bagi kita yang memiliki orang tua yang masih
belum percaya, kita harus tetap lebih taat kepada Tuhan daripada kepada orang
tua kita, yaitu dalam konteks perintah atau ajaran orang tua kita berbeda
dengan Firman Tuhan (Kis 4:19). Akan tetapi dalam keadaan umum, seorang
orang tua akan sangat mengasihi anaknya,
dan tidak ada orang tua yang akan memberikan ular ketika anaknya minta ikan (Luk
11:11).
Walaupun
demikian, terkait dengan tanggung jawab kita sebagai anak untuk menghormati
orang tua kita, Alkitab juga memberikan perintah kepada bapa-bapa (orang tua)
untuk tidak membangkitkan amarah dalam hati anak-anaknya, tetapi untuk mendidik
dan mengajar di dalam Tuhan (ay. 4). Bayangkan keadaan keluarga seperti ini,
orang tua mendidik dan mengajar anak di dalam Tuhan, dan anak-anak menghormati
orang tuanya di dalam Tuhan. Bukankah ini adalah sesuatu yang indah dan luar
biasa?
Memang mungkin
kita baru mengerti akan hal ini ketika kita sudah mempunyai anak, dan barulah
kita mengerti bahwa orang tua kita sangat menyayangi dan mengasihi kita. Saya
sendiri baru mengerti banyak hal tentang orang tua saya ketika saya sudah
menikah dan memiliki anak, barulah saya bisa memahami apa yang orang tua saya rasakan,
barulah saya bisa memposisikan diri saya sendiri di posisi orang tua saya, dan
mungkin saya pun akan melakukan apa yang orang tua saya dulu lakukan, walaupun
saat saya masih menjadi anak, saya tidak setuju dengan apa yang dulu orang tua
saya lakukan.
Tidak semua kita
mempunyai anak, tetapi kita pasti pernah menjadi anak. Bersyukurlah ketika saat
ini, setua apapun kita, yang orang tua kita masih hidup. Itu berarti masih ada
kesempatan bagi kita untuk menghormati orang tua kita. Apa yang kita bisa
lakukan? Jika memang orang tua kita sudah sepuh, apakah kita mau direpotkan
untuk mengajaknya tinggal bersama-sama dengan kita di rumah kita? Memang akan
merepotkan, tetapi menurut saya itu jauh lebih baik ketimbang menempatkannya di
panti atau rumah jompo. Bayangkan jika suatu saat nanti kita sudah tua dan anak
kita tidak mau menerima kita di rumahnya, dan kita akan menjalani kesendirian
kita di panti jompo, maukah kita merasakannya? Memang ada ayat Alkitab yang berbunyi bahwa laki-laki akan meninggalkan
ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya (Kej 2:24). Dalam konteks
pernikahan memang sebaiknya keluarga tersebut tinggal terpisah dengan orang tua
agar bisa mandiri. Akan tetapi apa iya ketika orang tua kita sudah sepuh dan
membutuhkan kita tetapi kita malah menolaknya dengan alasan ayat tersebut?
Alkitab juga mengatakan agar kita merawat anggota keluarga yang sudah janda,
yang sudah tua dan membutuhkan bantuan kita (1 Tim 5:16).
Jika kita saat
ini masih belum berkeluarga, saatnya kita menghargai dan menyenangkan kedua
orang tua kita. Ada salah seorang teman saya yang sampai sata ini belum menikah
yang memiliki komitmen untuk menyenangkan ibunya (karena ayahnya sudah
meninggal dunia) dengan berjanji mengajak ibunya berjalan-jalan ke luar negeri,
Memang dibutuhkan uang yang banyak untuk hal itu, tetapi ketika ia mulai
melakukannya, pekerjaannya diberkati luar biasa sehingga hanya dalam waktu 8
tahun ia sudah bisa menjadi manajer (padahal biasanya dibutuhkan waktu 10-12
tahun di perusahaan tersebut).
Menghormati orang
tua bukan nanti ketika orang tua kita sudah meninggal kemudian kita datang ke
makamnya dan berdoa di sana atau menaburkan bunga di sana. Menghormati orang
tua itu adalah sekarang dan saat ini, ketika orang tua kita masih hidup. Jika
hari ini kita membaca renungan ini, maukah kita melakukan satu hal sederhana? Lakukan
sesuatu yang menyenangkan hati orang tua kita. Mungkin bagi kita yang jauh kita
bisa menelepon orang tua kita untuk menanyakan kabarnya. Mungkin bagi kita yang
dekat hari ini kita bisa datang mengunjungi orang tua kita sambil membawa
makanan kesukaannya. Mungkin bagi kita yang masih tinggal bersama orang tua
kita, kita bisa membantu pekerjaan orang tua kita, atau hanya sekedar
berbincang-bincang dan mengatakan bahwa kita menyayangi mereka. Atau kita bisa
berkomitmen agar hari ini kita mau bersikap baik dan mau taat kepada orang tua
mereka dan menyenangkan hati mereka. Maukah kita melakukannya? Saya yakin,
bahwa orang tua kita pasti selalu (minimal pernah) menyebut nama kita di dalam
doanya (walaupun bagi orang tua yang belum percaya sekalipun). Hari ini giliran
kita, sudahkah kita menyebutkan nama orang tua kita di dalam doa-doa kita?
Bacaan Alkitab: Efesus 6:1-4
6:1 Hai
anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.
6:2 Hormatilah
ayahmu dan ibumu -- ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata
dari janji ini:
6:3 supaya kamu
berbahagia dan panjang umurmu di bumi.
6:4 Dan kamu,
bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi
didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.