Selasa, 20 November 2012
Bacaan Alkitab: Mazmur 56:13-14
“Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan
kulaksanakan, dan korban syukur akan kubayar kepada-Mu.” (Mzm 56:13)
Membayar Nazar
Suatu ketika ada
seorang pendeta yang sedang naik perahu di laut lepas untuk memancing. Di
tengah laut, tiba-tiba cuaca berubah dengan cepat dari yang tadinya cerah
menjadi mendung dan gelap dan kemudian turun hujan lebat dengan angin yang
kencang. Pendeta ini kemudian merasa hilang harapan untuk dapat mencapai
daratan lagi, sehingga ia pun berkata kepada Tuhan, “Tuhan, Jika aku bisa
sampai ke darat, maka aku akan membangun gereja dari emas untuk Tuhan”. Singkat
cerita, ternyata perahu yang ditumpangi pendeta itu bisa sampai ke daratan
dengan selamat. Setibanya di darat, melihat dirinya selamat dan sudah ada di
daratan, pendeta itu kemudian berkata lagi kepada Tuhan, “Tuhan, gerejanya ga
usah dari emas ya... Kan pas ngomong tadi masih di laut, jadi janjinya dari
emas, sekarang kan sudah di darat jadi cukup dari kayu saja ya Tuhan”.
Tanpa disadari
kita pun sering bersikap seperti itu. Kita sering kali mengucapkan “janji
iman”, yaitu sebuah janji yang akan kita lakukan ketika Tuhan menjawab doa
kita. Akan tetapi, bukankah ketika Tuhan akhirnya menjawab doa kita (atau
ketika doa kita tidak dijawab seluruhnya) kita justru lupa dengan apa yang kita
janjikan kepada Tuhan?
Dalam bacaan
Alkitab kita hari ini kita melihat bagaimana pemazmur teringat kepada nazar dan
janji yang telah ia ucapkan kepada Allah. Pemazmur berkata bahwa semua nazar
yang pernah ia ucapkan akan segera ia laksanakan (ay. 13a). Selain nazar yang
telah pemazmur ucapkan, ia juga akan mempersembahkan korban syukur kepada Tuhan
(ay. 13b). Bisa kita lihat bagaimana pemazmur tidak hanya menepati nazarnya
yang ia ucapkan akan tetapi juga menambahkan korban syukur kepada Tuhan.
Bandingkan dengan kita yang untuk urusan nazar saja kadang-kadang kita lupa
menepati, apalagi mempersembahkan korban ucapan syukur.
Jika kita
perhatikan ayat selanjutnya, kita akan tahu latar belakang mengapa pemazmur
mengucap syukur kepada Allah, karena Allah telah meluputkan dirinya dari maut
(ay. 14a), menjaga langkahnya sehingga tidak tersandung (ay. 14b), dan boleh
berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan (ay. 14c). Ini semua menjadi
dasar bagaimana pemazmur boleh sungguh-sungguh bersyukur atas semua
perlindungan dan penyertaan Tuhan dalam kehidupannya.
Bagaimana dengan
kita? Apakah kita pernah diluputkan Tuhan dari maut? Mungkin kita diselamatkan
dari kecelakaan atau disembuhkan dari sakit penyakit yang parah. Atau mungkin
saja kita dijaga Tuhan sehingga kita tidak salah melangkah, sehingga kita tidak
jatuh ke dalam dosa atau sehingga kita tidak mengalami kerugian. Apa yang sudah
kita lakukan kepada Tuhan? Apakah kita hanya ingat kepada Tuhan ketika kita
dalam kondisi yang enak saja, akan tetapi ketika kita dalam kesesakan kita
justru lupa kepada Tuhan? Atau malah sebaliknya ketika kita dalam kesesakan
kita justru ingat kepada Tuhan akan tetapi ketika kita diluputkan dari
kesesakan justru kita lupa akan segala komitmen kita kepada Tuhan?
Mari kita belajar
dari pemazmur yang konsisten untuk menepati janji dan nazarnya kepada Tuhan.
Menurut saya, daripada tidak bisa menepati janji atau nazar kita kepada Tuhan,
lebih baik kita tidak berjanji atau bernazar. Janji di hadapan Tuhan itu berat.
Coba kita ingat-ingat apa saja janji kita di hadapan Tuhan? Mungkin janji nikah
untuk mengasihi pasangan kita, atau janji/komitmen untuk melayani? Jika saat
ini masih ada janji atau nazar kita yang belum kita tepati mari kita meminta
ampun kepada Tuhan dan mengambil komitmen untuk melakukannya sesuai dengan apa
yang kita janjikan. Jangan sampai kita dengan sengaja melupakan janji yang
pernah kita ucapkan, karena Tuhan sendiri adalah Tuhan yang setia dan tidak
pernah lalai menepati janjiNya.
Bacaan Alkitab: Mazmur 56:13-14
56:13 Nazarku
kepada-Mu, ya Allah, akan kulaksanakan, dan korban syukur akan kubayar
kepada-Mu.
56:14 Sebab
Engkau telah meluputkan aku dari pada maut, bahkan menjaga kakiku, sehingga
tidak tersandung; maka aku boleh berjalan di hadapan Allah dalam cahaya
kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.