Rabu, 21 November 2012

Membayar Nazar



Selasa, 20 November 2012
Bacaan Alkitab: Mazmur 56:13-14
Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kulaksanakan, dan korban syukur akan kubayar kepada-Mu.” (Mzm 56:13)


Membayar Nazar


Suatu ketika ada seorang pendeta yang sedang naik perahu di laut lepas untuk memancing. Di tengah laut, tiba-tiba cuaca berubah dengan cepat dari yang tadinya cerah menjadi mendung dan gelap dan kemudian turun hujan lebat dengan angin yang kencang. Pendeta ini kemudian merasa hilang harapan untuk dapat mencapai daratan lagi, sehingga ia pun berkata kepada Tuhan, “Tuhan, Jika aku bisa sampai ke darat, maka aku akan membangun gereja dari emas untuk Tuhan”. Singkat cerita, ternyata perahu yang ditumpangi pendeta itu bisa sampai ke daratan dengan selamat. Setibanya di darat, melihat dirinya selamat dan sudah ada di daratan, pendeta itu kemudian berkata lagi kepada Tuhan, “Tuhan, gerejanya ga usah dari emas ya... Kan pas ngomong tadi masih di laut, jadi janjinya dari emas, sekarang kan sudah di darat jadi cukup dari kayu saja ya Tuhan”.

Tanpa disadari kita pun sering bersikap seperti itu. Kita sering kali mengucapkan “janji iman”, yaitu sebuah janji yang akan kita lakukan ketika Tuhan menjawab doa kita. Akan tetapi, bukankah ketika Tuhan akhirnya menjawab doa kita (atau ketika doa kita tidak dijawab seluruhnya) kita justru lupa dengan apa yang kita janjikan kepada Tuhan?

Dalam bacaan Alkitab kita hari ini kita melihat bagaimana pemazmur teringat kepada nazar dan janji yang telah ia ucapkan kepada Allah. Pemazmur berkata bahwa semua nazar yang pernah ia ucapkan akan segera ia laksanakan (ay. 13a). Selain nazar yang telah pemazmur ucapkan, ia juga akan mempersembahkan korban syukur kepada Tuhan (ay. 13b). Bisa kita lihat bagaimana pemazmur tidak hanya menepati nazarnya yang ia ucapkan akan tetapi juga menambahkan korban syukur kepada Tuhan. Bandingkan dengan kita yang untuk urusan nazar saja kadang-kadang kita lupa menepati, apalagi mempersembahkan korban ucapan syukur.

Jika kita perhatikan ayat selanjutnya, kita akan tahu latar belakang mengapa pemazmur mengucap syukur kepada Allah, karena Allah telah meluputkan dirinya dari maut (ay. 14a), menjaga langkahnya sehingga tidak tersandung (ay. 14b), dan boleh berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan (ay. 14c). Ini semua menjadi dasar bagaimana pemazmur boleh sungguh-sungguh bersyukur atas semua perlindungan dan penyertaan Tuhan dalam kehidupannya.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita pernah diluputkan Tuhan dari maut? Mungkin kita diselamatkan dari kecelakaan atau disembuhkan dari sakit penyakit yang parah. Atau mungkin saja kita dijaga Tuhan sehingga kita tidak salah melangkah, sehingga kita tidak jatuh ke dalam dosa atau sehingga kita tidak mengalami kerugian. Apa yang sudah kita lakukan kepada Tuhan? Apakah kita hanya ingat kepada Tuhan ketika kita dalam kondisi yang enak saja, akan tetapi ketika kita dalam kesesakan kita justru lupa kepada Tuhan? Atau malah sebaliknya ketika kita dalam kesesakan kita justru ingat kepada Tuhan akan tetapi ketika kita diluputkan dari kesesakan justru kita lupa akan segala komitmen kita kepada Tuhan?

Mari kita belajar dari pemazmur yang konsisten untuk menepati janji dan nazarnya kepada Tuhan. Menurut saya, daripada tidak bisa menepati janji atau nazar kita kepada Tuhan, lebih baik kita tidak berjanji atau bernazar. Janji di hadapan Tuhan itu berat. Coba kita ingat-ingat apa saja janji kita di hadapan Tuhan? Mungkin janji nikah untuk mengasihi pasangan kita, atau janji/komitmen untuk melayani? Jika saat ini masih ada janji atau nazar kita yang belum kita tepati mari kita meminta ampun kepada Tuhan dan mengambil komitmen untuk melakukannya sesuai dengan apa yang kita janjikan. Jangan sampai kita dengan sengaja melupakan janji yang pernah kita ucapkan, karena Tuhan sendiri adalah Tuhan yang setia dan tidak pernah lalai menepati janjiNya.


Bacaan Alkitab: Mazmur 56:13-14
56:13 Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kulaksanakan, dan korban syukur akan kubayar kepada-Mu.
56:14 Sebab Engkau telah meluputkan aku dari pada maut, bahkan menjaga kakiku, sehingga tidak tersandung; maka aku boleh berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.