Sabtu, 3 November 2012
Bacaan Alkitab: 1 Korintus 4:6-7
“... Supaya jangan ada di antara kamu yang
menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain.” (1
Kor 4:6)
Jangan Sombong
Jujur saja,
banyak orang saat ini, bahkan termasuk orang Kristen, sudah terjangkit sindrom
cepat menyombongkan diri. Memang hal ini adalah watak dasar manusia, yaitu suka
“memamerkan” diri dan memposisikan diri lebih dari yang lain. Dalam unsur
psikologi, sebenarnya hal ini pada dasarnya adalah hal yang bagus karena
manusia memiliki naluri untuk bersaing. Akan tetapi ketika hal ini tidak dapat
dikendalikan, maka akan terjadi kesombongan.
Di dalam
pelayanan pekerjaan Tuhan sekalipun, ada banyak orang yang mengalami hal
seperti ini. Justru para hamba-hamba Tuhan yang melakukan “pelayanan mimbar”
justru lebih sering tergoda dengan hal ini. Yang saya maksud dengan “pelayanan
mimbar” adalah pelayanan-pelayanan yang terlihat oleh orang lain, karena mereka
melayani di depan. Contoh: pembicara/pengkhotbah, pemimpin pujian, singer, choir, pemusik, dan lain sebagainya. Jujur, percaya atau tidak,
saya mengamati kecenderungan bahwa mereka-mereka yang melayani di depan ini
lebih rawan untuk menjadi sombong.
Dalam suratnya ke
jemaat Korintus, Paulus menyadari betul akan hal ini, dan ia pun (bersama-sama
dengan Apolos), berusaha untuk tidak menyombongkan diri. Paulus sadar bahwa
tidak mudah berkhotbah kepada orang lain agar tidak menyombongkan diri, tetapi
pada dasarnya ia menyombongkan dirinya sendiri. Paulus berusaha mengenakan
kata-kata yang ia ucapkan kepada dirinya sendiri dan Apolos (ay. 6a). Apa
tujuannya? Paulus berharap agar jemaat Korintus dapat pula mengikuti
teladannya, sehingga mereka tidak menyombongkan diri dengan mengutamakan yang
satu dari yang lain (ay. 6b).
Seringkali orang
yang sombong itu beranggapan bahwa dirinya penting, bahwa tanpa dirinya maka
orang lain tidak akan dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Jika dalam pekerjaan
dunia saja kita sudah berpikiran seperti ini, bagaimana perasaan Tuhan ketika
kita menyombongkan diri dalam pelayanan kita? Ingatlah, bahwa jika kita tidak
mau melayani pun, Tuhan dapat memakai orang lain untuk melayaniNya, bahkan bisa
membuat batu-batu bersuara dan memuji memuliakan Tuhan (Luk 19:40). Kita harus
sadar bahwa ketika kita boleh melayani Tuhan, apalagi diberikan kesempatan
untuk melayani di depan, itu semua hanya karena anugerah Tuhan. Siapa kita
sehingga kita layak melayani Tuhan di atas segala tuhan dan Raja di atas segala
raja? Apakah kita sudah cukup suci dan kudus untuk melayani Tuhan yang Maha Suci
dan Maha Kudus?
Jika hari ini
kita merasa ditegur oleh Tuhan, mari jangan keraskan hati kita. Justru kita
harus tetap ingat bahwa siapa kita sehingga kita menganggap diri kita lebih
penting daripada yang lain (ay. 7a)? Apakah karena segala kepunyaan kita?
Bukankah segala kepunyaan kita pun kita terima dari Tuhan (ay. 7b)? Dan andaikata
kita memang memiliki kelebihan dalam sesuatu hal dibanding dengan orang-orang
di sekitar kita, mengapakah kita justru memegahkan diri (ay. 7c)? Ingat, justru
ketika kita memiliki kelebihan dari yang lain, entah itu talenta, kekayaan,
atau apapun juga, kita harus gunakan untuk memuliakan Tuhan? Jika kita memang
memiliki talenta lebih di bidang musik misalnya, bukankah sebaiknya kita tidak
menyombongkan diri “Lihat aku, aku bisa main musik lebih baik dari orang lain”?
Bukankah sebaiknya kita justru menggunakan kelebihan kita itu untuk melayani
Tuhan dengan baik, sehingga orang lain juga dapat merasakan hadirat Tuhan
melalui pelayanan kita? Dan akan lebih baik lagi apabila kita pun mau “mentransfer”
(baca: mengajari) orang lain yang ingin belajar dari kita. Ingat, segala kelebihan
kita di dunia ini tidak akan kita bawa ketika kita meninggal nanti, jadi
mengapa kita masih menyombongkan diri? Ingatlah bahwa segala sesuatu itu adalah
dari Tuhan, oleh Tuhan dan bagi Tuhan (Rm 11:36).
Bacaan Alkitab: 1 Korintus 4:6-7
4:6
Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos,
karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan:
"Jangan melampaui yang ada tertulis", supaya jangan ada di antara
kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang
lain.
4:7 Sebab
siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai,
yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau
memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.