Kamis, 01 November 2012

Jangan Sombong



Sabtu, 3 November 2012
Bacaan Alkitab: 1 Korintus 4:6-7
... Supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain.” (1 Kor 4:6)


Jangan Sombong


Jujur saja, banyak orang saat ini, bahkan termasuk orang Kristen, sudah terjangkit sindrom cepat menyombongkan diri. Memang hal ini adalah watak dasar manusia, yaitu suka “memamerkan” diri dan memposisikan diri lebih dari yang lain. Dalam unsur psikologi, sebenarnya hal ini pada dasarnya adalah hal yang bagus karena manusia memiliki naluri untuk bersaing. Akan tetapi ketika hal ini tidak dapat dikendalikan, maka akan terjadi kesombongan.

Di dalam pelayanan pekerjaan Tuhan sekalipun, ada banyak orang yang mengalami hal seperti ini. Justru para hamba-hamba Tuhan yang melakukan “pelayanan mimbar” justru lebih sering tergoda dengan hal ini. Yang saya maksud dengan “pelayanan mimbar” adalah pelayanan-pelayanan yang terlihat oleh orang lain, karena mereka melayani di depan. Contoh: pembicara/pengkhotbah, pemimpin pujian, singer, choir, pemusik, dan lain sebagainya. Jujur, percaya atau tidak, saya mengamati kecenderungan bahwa mereka-mereka yang melayani di depan ini lebih rawan untuk menjadi sombong.

Dalam suratnya ke jemaat Korintus, Paulus menyadari betul akan hal ini, dan ia pun (bersama-sama dengan Apolos), berusaha untuk tidak menyombongkan diri. Paulus sadar bahwa tidak mudah berkhotbah kepada orang lain agar tidak menyombongkan diri, tetapi pada dasarnya ia menyombongkan dirinya sendiri. Paulus berusaha mengenakan kata-kata yang ia ucapkan kepada dirinya sendiri dan Apolos (ay. 6a). Apa tujuannya? Paulus berharap agar jemaat Korintus dapat pula mengikuti teladannya, sehingga mereka tidak menyombongkan diri dengan mengutamakan yang satu dari yang lain (ay. 6b).

Seringkali orang yang sombong itu beranggapan bahwa dirinya penting, bahwa tanpa dirinya maka orang lain tidak akan dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Jika dalam pekerjaan dunia saja kita sudah berpikiran seperti ini, bagaimana perasaan Tuhan ketika kita menyombongkan diri dalam pelayanan kita? Ingatlah, bahwa jika kita tidak mau melayani pun, Tuhan dapat memakai orang lain untuk melayaniNya, bahkan bisa membuat batu-batu bersuara dan memuji memuliakan Tuhan (Luk 19:40). Kita harus sadar bahwa ketika kita boleh melayani Tuhan, apalagi diberikan kesempatan untuk melayani di depan, itu semua hanya karena anugerah Tuhan. Siapa kita sehingga kita layak melayani Tuhan di atas segala tuhan dan Raja di atas segala raja? Apakah kita sudah cukup suci dan kudus untuk melayani Tuhan yang Maha Suci dan Maha Kudus?

Jika hari ini kita merasa ditegur oleh Tuhan, mari jangan keraskan hati kita. Justru kita harus tetap ingat bahwa siapa kita sehingga kita menganggap diri kita lebih penting daripada yang lain (ay. 7a)? Apakah karena segala kepunyaan kita? Bukankah segala kepunyaan kita pun kita terima dari Tuhan (ay. 7b)? Dan andaikata kita memang memiliki kelebihan dalam sesuatu hal dibanding dengan orang-orang di sekitar kita, mengapakah kita justru memegahkan diri (ay. 7c)? Ingat, justru ketika kita memiliki kelebihan dari yang lain, entah itu talenta, kekayaan, atau apapun juga, kita harus gunakan untuk memuliakan Tuhan? Jika kita memang memiliki talenta lebih di bidang musik misalnya, bukankah sebaiknya kita tidak menyombongkan diri “Lihat aku, aku bisa main musik lebih baik dari orang lain”? Bukankah sebaiknya kita justru menggunakan kelebihan kita itu untuk melayani Tuhan dengan baik, sehingga orang lain juga dapat merasakan hadirat Tuhan melalui pelayanan kita? Dan akan lebih baik lagi apabila kita pun mau “mentransfer” (baca: mengajari) orang lain yang ingin belajar dari kita. Ingat, segala kelebihan kita di dunia ini tidak akan kita bawa ketika kita meninggal nanti, jadi mengapa kita masih menyombongkan diri? Ingatlah bahwa segala sesuatu itu adalah dari Tuhan, oleh Tuhan dan bagi Tuhan (Rm 11:36).



Bacaan Alkitab: 1 Korintus 4:6-7
4:6 Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: "Jangan melampaui yang ada tertulis", supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain.
4:7 Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.