Minggu, 25 November 2012
Bacaan Alkitab: 1 Korintus 3:1-3
“Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah
makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum
dapat menerimanya.” (1 Kor 3:2)
Masih Minum Susu
Anak saya saat
ini sudah berusia tujuh bulan. Dan sejak ia berusia enam bulan, isteri saya
sudah mulai membuat makanan tambahan bagi anak saya tersebut, walau masih
berupa jus, puree, dan bubur lembut
atau bubur saring. Sebelumnya, sampai dengan usia anak saya enam bulan, anak
saya hanya minum ASI dan susu formula (karena ASI isteri saya tidak mencukupi
kebutuhan minum anak saya). Dan saya melihat memang seorang bayi yang bertumbuh
dan berkembang dengan sehat, seharusnya akan menikmati makanan-makanan tambahan
tersebut hingga nantinya akan dapat makan makanan seperti yang orang dewasa
makan.
Sejujurnya, seorang ibu justru akan lebih
direpotkan ketika ia harus menyiapkan makanan tambahan bagi bayinya. Seorang
ibu justru lebih praktis ketika ia cukup membuatkan susu bagi anaknya. Akan tetapi,
seorang ibu yang baik akan rela berkorban menyiapkan segala sesuatu yang
diperlukan untuk bisa membuat makanan yang memang dibutuhkan anaknya sesuai
dengan perkembangannya. Permasalahan terjadi ketika sang anak tidak mau makan
makanan keras, tetapi hanya mau susu.
Ketika saya
membaca tulisan Paulus kepada jemaat Korintus ini, saya terkejut, karena Paulus
sampai menggunakan statement bahwa ia belum bisa memberikan “makanan keras”
kepada jemaat di Korintus (ay. 2). Paulus melihat bahwa jemaat Korintus masih
belum bisa mencerna “makanan keras” yang Paulus berikan dan masih menyukai “susu”.
Dari gambaran tersebut, kita tahu bahwa jemaat Korintus adalah jemaat yang
tidak berkembang dan bertumbuh, atau mungkin berkembang dan bertumbuh dengan
lambat. Jemaat Korintus belum dewasa secara rohani, tetapi masih memiliki sifat
duniawi yang belum dewasa di dalam Kristus (ay. 1).
Dari uraian Paulus di ayat-ayat sebelum dan
sesudahnya, kita melihat salah satu hal yang Paulus tekankan dari jemaat di
Korintus adalah bahwa masih ada sifat-sifat duniawi yang belum bisa hilang dari
jemaat di Korintus. Sifat-sifat tersebut antara lain iri hati dan perselisihan
(ay. 3) yang mungkin memang menjadi karakter atau kebiasaan orang-orang di
Korintus, sehingga ketika mereka percaya kepada Tuhan pun, sifat tersebut masih
sulit untuk dihilangkan dari jemaat di Korintus. Itulah mengapa, Paulus menulis
dua surat yang begitu panjang kepada jemaat di Korintus (jika dibandingkan
dengan surat-surat lain yang ditulis Paulus kepada jemaat-jemaat lainnya).
Surat kepada jemaat Korintus begitu panjang, tetapi sebagian besar berisi
tentang doktrin-doktrin sederhana dan sangat mendasar, karena memang jemaat
Korintus masih belum bisa memahami Firman Tuhan yang “keras”, melainkan masih
membutuhkan Firman Tuhan yang “sederhana”, sama seperti gambaran bayi yang
masih mau minum susu terus-menerus.
Paulus adalah
seorang hamba Tuhan yang luar biasa. Ia bisa menyampaikan Firman Tuhan yang
begitu berbobot dan mendalam, bahkan Firman Tuhan yang “keras” untuk
mengingatkan jemaat agar hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Akan tetapi, ketika suatu
jemaat belum siap menerima pengajaran yang “keras”, maka Paulus pun tidak dapat
memberikan Firman Tuhan dengan tingkatan yang seperti itu. Yang salah bukan
Paulus, akan tetapi jemaat yang memang belum siap menerima Firman Tuhan yang “keras”.
Aplikasinya saat
ini bagi kita, apakah dalam konteks manusia rohani, kita masih seperti bayi
yang selalu ingin makanan rohani (Firman Tuhan) yang seperti susu, yang hanya
akan meninabobokan kita dengan segala hal-hal yang baik saja? Atau kita sudah
mencapai tingkatan pertumbuhan yang sesuai, sehingga kita bisa menikmati makanan
rohani yang “keras”? Sesungguhnya ketika kita sudah bisa menikmati Firman Tuhan
yang “keras”, justru kita akan semakin bertumbuh, karena makanan keras tersebut
akan membentuk tubuh rohani kita menjadi lebih dewasa. Akan tetapi orang yang
tidak mau menikmati makanan keras tentunya tubuhnya tidak akan berkembang dan
tidak akan menjadi dewasa. Pilihan ada di tangan kita, apakah kita mau minum
susu terus menerus, atau berani melangkah untuk bisa berusaha makan makanan
keras yang berguna bagi diri kita sendiri.
Bacaan Alkitab: 1 Korintus 3:1-3
3:1 Dan aku,
saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti
dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa
dalam Kristus.
3:2 Susulah yang
kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya.
Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya.
3:3 Karena kamu
masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan
bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup
secara manusiawi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.