Minggu, 5 Maret 2017
Bacaan
Alkitab: Matius 11:25-26
Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan
langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan
orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.” (Mat 11:25)
Keistimewaan Orang Kecil
Istilah “wong cilik” atau “orang kecil”
sudah saya dengar sejak saya kecil. Pada waktu itu (kira-kira 20 tahun yang
lalu), istilah tersebut ditujukan kepada orang-orang yang memang tidak punya
kemampuan dan kesempatan untuk tampil di muka umum. Mereka adalah orang-orang
kecil yang tidak punya uang, tidak punya kesempatan, tidak punya kemampuan
untuk bisa sukses. Namun sejak beberapa tahun yang lalu, istilah “wong cilik”
mulai umum digunakan dan biasanya digunakan oleh pihak-pihak tertentu yang
mengatasnamakan rakyat kecil atau rakyat jelata sebagai basis massa pendukungnya.
Istilah orang kecil sendiri sebenarnya
sudah cukup sering disebut di dalam Alkitab. Bahkan dalam bacaan ayat Alkitab
kita hari ini, Tuhan Yesus juga menyebut tentang orang kecil . Dalam ayat
tersebut, Tuhan Yesus dikatakan sedang berbicara dan mengucap syukur kepada
Allah Bapa (ay. 25a). Hal apa yang membuat Tuhan Yesus sampai mengucap syukur?
Ternyata Tuhan Yesus mengucap syukur atas apa yang disembunyikan bagi orang
bijak dan orang pandai, tetapi yang dinyatakan kepada orang kecil (ay. 25b).
Tentu saja, apa yang dinyatakan kepada
orang kecil bukanlah harta atau kekayaan dunia. Jika kita memperhatikan dengan
seksama konteks ayat tersebut (dengan membaca ayat-ayat sebelum dan
sesudahnya), kita akan menemukan bahwa yang dimaksud dengan orang bijak dan
orang pandai antara lain adalah mereka yang tidak mau bertobat (karena merasa
diri mereka bijak, pandai, dan tidak perlu bertobat karena merasa tidak pernah
melanggar hukum). Hal ini dapat kita lihat dari ayat-ayat sebelumnya yang
berbicara tentang penduduk kota-kota yang tidak bertobat meskipun telah melihat
banyak mujizat.
Selain itu, jika kita melihat ayat-ayat
setelahnya, kita akan dapat melihat bahwa orang bijak dan orang pandai itu
merujuk kepada para ahli Taurat dan orang Farisi, yaitu mereka yang merasa
memiliki “pengetahuan” lebih dalam hal agama, tetapi ternyata pengenalan mereka
terhadap Tuhan dan kehendak-Nya adalah nol besar. Hal ini terlihat dari
bagaimana murid-murid Tuhan Yesus yang adalah orang-orang biasa (bahkan
memiliki profesi yang dipandang rendah oleh kebanyakan orang pada waktu itu)
seperti nelayan, pemungut cukai, pemberontak (orang Zelot), dan lain
sebagainya, namun ternyata mampu mengalahkan kepintaran para ahli Taurat dan
orang-orang Farisi.
Dalam hal ini, orang percaya di masa
kini juga harus berjuang untuk mampu mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan
dalam hidupnya. Tidak perlu semua orang Kristen menjadi pendeta atau memiliki
gelar teologia, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana kita boleh
melakukan apa yang berkenan di hadapan Bapa (ay. 26). Kita bisa melihat bahwa
walaupun kita orang kecil di mata manusia, tetapi kita harus berusaha untuk
bisa hidup berkenan di pandangan Tuhan. Justru kepada orang-orang yang
dipandang kecil oleh manusia, di situ Tuhan mungkin lebih berkenan untuk
mempercayakan hal-hal yang lebih besar kepada orang kecil tersebut. Dalam hal
ini dibutuhkan kerendahan hati untuk dapat mengerti apa yang menjadi isi hati
Tuhan, dan berjuang untuk selalu menyenangkannya. Sebaliknya, orang-orang yang
merasa dirinya bijak dan pandai, bisa jadi akan berhenti bertobat. Ia merasa
sudah paling benar sehingga lebih banyak menyuruh orang lain bertobat
dibandingkan dengan membuat dirinya sendiri bertobat.
Bagi saya secara pribadi, saya
bersyukur menjadi orang kecil, karena Tuhan ternyata mempercayakan banyak hal
kepada saya, antara lain untuk menyampaikan Firman Tuhan melalui berbagai macam
cara, termasuk lewat renungan ini. Ada begitu banyak hal yang Tuhan bukakan
kepada saya, yang selama ini belum pernah saya dengar dari para hamba Tuhan
lainnya. Ada begitu banyak kebenaran yang Tuhan berikan kepada saya, sehingga
saya dapat menulis renungan seperti ini, yang mungkin memiliki sudut pandang
yang berbeda dengan kebanyakan orang. Intinya, saya bersyukur menjadi orang
kecil, orang yang tidak dianggap oleh Tuhan, tetapi justru karena itulah saya
dapat ada seperti sekarang ini. Banggalah jika kita dipandang kecil di mata
manusia, tetapi setialah mengerjakan bagian kita, karena yang terpenting
bukanlah apa yang dipandang oleh manusia, tetapi adalah apa yang dipandang oleh
Tuhan.
Bacaan
Alkitab: Matius 11:25-26
11:25 Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa,
Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak
dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.
11:26 Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.