Rabu, 22 Maret 2017

Peringatan bagi Para Pemegang Kas Gereja



Jumat, 24 Maret 2017
Bacaan Alkitab: Yohanes 12:1-8
Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. (Yoh 12:6)


Peringatan bagi Para Pemegang Kas Gereja


Dalam suatu organisasi, uang atau kas adalah hal yang cukup sensitif. Itulah sebabnya ada posisi bendahara atau pemegang kas dalam setiap organisasi, mulai dari organisasi yang sederhana (misalnya: bendahara kelas), organisasi yang sedikit lebih rumit (misalnya: bendahara RT), dan juga organisasi yang lebih besar lagi (misalnya: bendahara perusahaan, bahkan bendahara negara). Tugas bendahara adalah memegang kas dan mengadministrasikan pemasukan dan pengeluaran. Bendahara harus terpisah dari Ketua/Kepala/Pimpinan organisasi supaya ada pemisahan tugas dan wewenang, sehingga Ketua/Kepala/Pimpinan organisasi tersebut tidak bisa mengeluarkan dana sesuka hatinya tanpa adanya pertanggungjawaban. Oleh karena itu bendahara haruslah orang yang jujur, yang rapi administrasinya, dan yang tegas dalam mengelola uang untuk tujuan yang telah disepakati

Jika di organisasi sekuler saja peranan bendahara begitu penting, maka saya rasa dalam suatu persekutuan atau gereja pun perlu adanya jabatan bendahara atau pemegang kas. Praktik pembagian tugas untuk memegang kas juga sudah nampak dalam Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Kita melihat ada jabatan bendahara negara dalam Kerajaan Israel maupun Yehuda (2 Sam 8:16, 20:24, 1 Raj 4:3, 1 Taw 18:15, dan juga Rm 16:23). Dalam pelayanan Tuhan Yesus selama di dunia ini, ternyata Tuhan Yesus juga mengangkat salah satu murid-Nya sebagai bendahara atau pemegang kas, yaitu Yudas Iskariot. Sayangnya, Yudas ini ternyata tidak benar dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai bendahara, karena ia sering mengambil uang dari kas yang dipegangnya (ay. 6b).  

Sikap ini ternyata terlihat jelas dari peristiwa dimana Tuhan Yesus diurapi dengan minyak narwastu yang mahal oleh Maria (ay. 2-3). Alkitab dengan jelas menulis bagaimana Maria menuangkan minyak narwastu murni yang harganya sangat mahal ke kaki Tuhan Yesus, lalu menyekanya dengan rambutnya sendiri. Minyak narwastu yang digunakan pastilah minyak murni yang berkualitas tinggi karena Alkitab menulis bagaimana seluruh rumah dipenuhi oleh bau minyak narwastu itu. Dalam kondisi tersebut, kira-kira apa yang akan diucapkan oleh orang yang “normal” dan orang yang suka mencuri?

Saya yakin orang yang normal akan berkata “Wah, Maria begitu mengasihi Tuhan Yesus sampai-sampai ia menggunakan minyak narwastu murni dengan kualitas nomor satu”. Akan tetapi, dari perkataan yang diucapkan oleh Yudas Iskariot, kita bisa mengerti bagaimana karakter Yudas sebenarnya. Melihat kondisi tersebut, Yudas berkata “mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” (ay. 4-5). Ketika orang lain mungkin lebih melihat bagaimana kualitas minyak narwastu yang digunakan Maria, Yudas justru melihat dari segi kuantitas atau harga barang. Ia langsung bisa menyimpulkan bahwa minyak yang digunakan itu setidaknya berharga sekitar 300 dinar, atau sekitar upah setahun buruh pada waktu itu. Dengan asumsi upah buruh harian di Indonesia pada waktu renungan ini ditulis adalah Rp100.000 per hari, maka harga minyak narwastu tersebut kira-kira adalah Rp30 juta. Suatu jumlah yang cukup fantastis bagi siapapun.

Yudas tidak melihat kualitas minyak tetapi langsung “menembak” ke harga minyak tersebut yang mencapai 300 dinar, dan ditambahkan kalimat “mengapa tidak dijual dan uangnya digunakan untuk membantu orang miskin”. Yudas senantiasa mengukur segala sesuatu dengan uang dan lebih menyukai jika ada orang yang memberi dalam bentuk uang dan bukan barang, karena ia dengan mudah dapat “memanipulasi” uang tersebut untuk kepentingan pribadinya. Yudas pun senantiasa menggunakan alasan-alasan untuk membenarkan pendapatnya, antara lain dengan mengatakan alasan (yang dibuat-buat) bahwa uang tersebut dapat digunakan untuk kepentingan yang lebih besar lagi (dalam hal ini untuk membantu orang-orang miskin), padahal sebenarnya ia tidak pernah memperhatikan orang-orang miskin (ay. 6a).

Apakah Tuhan Yesus tidak tahu apa yang dilakukan oleh Yudas Iskariot? Saya sangat yakin Tuhan Yesus tahu. Mungkin Tuhan Yesus juga sudah sering mengingatkan Yudas untuk tidak melakukan perbuatan itu, tetapi soal bertobat atau tidak itu adalah pilihan yang harus diambil oleh Yudas sendiri. Itu adalah kehendak bebasnya untuk memilih mengambil uang dari kas atau tidak. Tuhan Yesus kemudian mengatakan bahwa “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu” (ay. 7-8). Tuhan Yesus mengerti bahwa Maria sebenarnya sudah tahu sebentar lagi Tuhan Yesus akan mati pada Hari Raya Paskah, dan peristiwa ini terjadi 6 hari sebelum Paskah (ay. 1). Sangat besar kemungkinan Maria mengerti bahwa Tuhan Yesus akan mati karena ia senantiasa duduk diam dekat Tuhan Yesus dan mendengarkan perkataan-Nya (Luk 10:39). Sangat besar kemungkinan bahwa Tuhan Yesus juga sudah memberitahukan perihal penderitaan-Nya dan kematian-Nya kepada Maria, sama seperti yang Ia telah lakukan kepada murid-murid-Nya.

Jika ada orang yang meninggal dunia, kesempatan untuk memberikan penghormatan terakhir itu hanya memiliki rentang waktu yang sempit, mulai sejak orang tersebut meninggal dunia hingga pemakamannya. Di situlah ada kesempatan untuk menunjukkan penghormatan kita kepada orang yang meninggal dunia. Alkitab mencatat bagaimana Maria mengurapi kaki Yesus menjelang kematian-Nya. Alkitab juga mencatat bagaimana Nikodemus membawa campuran minyak mur dan minyak gaharu sebanyak 50 kati beratnya untuk merempah-rempahi mayat Yesus (Yoh 19:39). Alkitab juga mencatat apa yang dilakukan oleh Yusuf Arimatea, yang menghadap Pilatus untuk meminta mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan yang putih bersih dan membaringkan mayat Yesus di kuburnya yang baru (Mat 27:57-60). Mungkin pada waktu itu tidak pernah terpikir oleh Maria, Nikodemus dan Yusuf dari Arimetea bahwa apa yang mereka lakukan sebagai bentuk penghormatan terakhir mereka kepada Tuhan Yesus akan tercatat dalam Alkitab dan dibaca banyak orang selama ribuan tahun, tetapi itulah kenyataannya.

Kita bisa melihat bagaimana jika ada polisi atau tentara yang gugur dalam tugas, maka serendah apapun pangkat orang yang meninggal tersebut, maka ia akan tetap dimakamkan dengan upacara militer, yang dipimpin oleh perwira atau petinggi dari angkatan tempat tugasnya. Saya sendiri pernah membaca bahwa ketika ada masinis yang meninggal karena kecelakaan pada saat bertugas (keretanya menabrak truk bermuatan elpiji yang mogok di tengah-tengah perlintasan kereta), maka jenazah mereka dikirimkan dengan kereta api, dan Direktur Utama PT Kereta Api beserta seluruh pejabat yang ada melakukan sikap hormat ketika kereta yang membawa jenazah mereka diberangkatkan dari stasiun di Jakarta menuju kampung halaman untuk dimakamkan. Jika orang dunia saja begitu menghargai orang yang meninggal dunia, bukankah gereja harus lebih lagi menunjukkan kasihnya?

Sekarang coba bayangkan jika ada anggota jemaat di gereja kita yang meninggal dunia. Apa yang akan kita lakukan? Kita tentu akan memberikan bantuan apapun kepada keluarga yang ditinggalkan. Bagi gereja-gereja yang cukup besar, yang memiliki cukup dana untuk hal-hal seperti ini, maka gereja akan menyediakan jasa pengurusan mulai dari ibadah penghiburan, peti mati, hingga pengurusan pemakaman termasuk penyediaan lahan makam dan pengurusan surat-surat yang diperlukan. Alangkah baiknya gereja juga mengirimkan karangan bunga kepada keluarga yang ditinggalkan sebagai salah satu bentuk penghormatan terakhir terhadap orang yang meninggal dunia.

Jangan sampai ada bendahara gereja atau pemegang kas gereja yang tidak mau mengeluarkan kas untuk menghormati anggota jemaat yang meninggal dunia. Memang betul bendahara atau pemegang kas harus bertanggung jawab dan mengelola kas gereja dengan bijaksana. Tetapi jangan bersembunyi di balik alasan “Uang kas hanya tinggal sedikit”, "Gereja juga sedang banyak keperluan, sehingga uang kas harus dihemat", “Karangan bunga kan mahal, dan hanya dipakai sekali saja”, atau “Uang kas kan seharusnya digunakan untuk kepentingan gereja yang lebih luas”. Itu adalah alasan yang dbuat-buat. Bukankah anggota jemaat yang meninggal dan juga keluarganya juga pastinya sudah memberi kontribusi terhadap gereja (bisa dari segi dana, waktu, tenaga, pelayan, dan lain sebagainya)? Bukankah anggota jemaat yang meninggal berhak menerima “pelayanan” dari gereja? Bukankah tidak ada salahnya jika uang kas gereja yang berasal dari jemaat juga harus kembali kepada jemaat? Jika justru itu yang benar-benar terjadi, saya takut bahwa si bendahara atau pemegang kas memiliki karakter seperti Yudas Iskariot yang selalu mengukur segala sesuatu dengan uang. Saya takut bahwa si bendahara atau pemegang kas sering mengambil uang untuk kepentingan pribadinya dan tidak menggunakan uang kas untuk kepentingan Tuhan. Saya takut si bendahara atau pemegang kas merasa kas itu adalah miliknya yang harus digunakan untuk kepentingannya (atau kepentingan pimpinan gereja), padahal kas itu adalah milik Tuhan (yang berasal dari jemaat) dan seharusnya juga digunakan untuk kepentingan Tuhan dan untuk membangun kerajaan-Nya dengan maksimal.



Bacaan Alkitab: Yohanes 12:1-8
12:1 Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati.
12:2 Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus.
12:3 Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
12:4 Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata:
12:5 "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?"
12:6 Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.
12:7 Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku.
12:8 Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.