Jumat, 24 Maret 2017
Bacaan
Alkitab: Yohanes 12:1-8
Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang
miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang
yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. (Yoh 12:6)
Peringatan bagi Para Pemegang Kas Gereja
Dalam suatu organisasi, uang atau kas
adalah hal yang cukup sensitif. Itulah sebabnya ada posisi bendahara atau
pemegang kas dalam setiap organisasi, mulai dari organisasi yang sederhana
(misalnya: bendahara kelas), organisasi yang sedikit lebih rumit (misalnya:
bendahara RT), dan juga organisasi yang lebih besar lagi (misalnya: bendahara
perusahaan, bahkan bendahara negara). Tugas bendahara adalah memegang kas dan
mengadministrasikan pemasukan dan pengeluaran. Bendahara harus terpisah dari
Ketua/Kepala/Pimpinan organisasi supaya ada pemisahan tugas dan wewenang,
sehingga Ketua/Kepala/Pimpinan organisasi tersebut tidak bisa mengeluarkan dana
sesuka hatinya tanpa adanya pertanggungjawaban. Oleh karena itu bendahara
haruslah orang yang jujur, yang rapi administrasinya, dan yang tegas dalam
mengelola uang untuk tujuan yang telah disepakati
Jika di organisasi sekuler saja peranan
bendahara begitu penting, maka saya rasa dalam suatu persekutuan atau gereja
pun perlu adanya jabatan bendahara atau pemegang kas. Praktik pembagian tugas
untuk memegang kas juga sudah nampak dalam Alkitab baik Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru. Kita melihat ada jabatan bendahara negara dalam Kerajaan
Israel maupun Yehuda (2 Sam 8:16, 20:24, 1 Raj 4:3, 1 Taw 18:15, dan juga Rm
16:23). Dalam pelayanan Tuhan Yesus selama di dunia ini, ternyata Tuhan Yesus
juga mengangkat salah satu murid-Nya sebagai bendahara atau pemegang kas, yaitu
Yudas Iskariot. Sayangnya, Yudas ini ternyata tidak benar dalam menjalankan
tanggung jawabnya sebagai bendahara, karena ia sering mengambil uang dari kas
yang dipegangnya (ay. 6b).
Sikap ini ternyata terlihat jelas dari
peristiwa dimana Tuhan Yesus diurapi dengan minyak narwastu yang mahal oleh
Maria (ay. 2-3). Alkitab dengan jelas menulis bagaimana Maria menuangkan minyak
narwastu murni yang harganya sangat mahal ke kaki Tuhan Yesus, lalu menyekanya
dengan rambutnya sendiri. Minyak narwastu yang digunakan pastilah minyak murni
yang berkualitas tinggi karena Alkitab menulis bagaimana seluruh rumah dipenuhi
oleh bau minyak narwastu itu. Dalam kondisi tersebut, kira-kira apa yang akan
diucapkan oleh orang yang “normal” dan orang yang suka mencuri?
Saya yakin orang yang normal akan
berkata “Wah, Maria begitu mengasihi Tuhan Yesus sampai-sampai ia menggunakan
minyak narwastu murni dengan kualitas nomor satu”. Akan tetapi, dari perkataan
yang diucapkan oleh Yudas Iskariot, kita bisa mengerti bagaimana karakter Yudas
sebenarnya. Melihat kondisi tersebut, Yudas berkata “mengapa minyak narwastu
ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang
miskin?” (ay. 4-5). Ketika orang lain mungkin lebih melihat bagaimana kualitas
minyak narwastu yang digunakan Maria, Yudas justru melihat dari segi kuantitas
atau harga barang. Ia langsung bisa menyimpulkan bahwa minyak yang digunakan
itu setidaknya berharga sekitar 300 dinar, atau sekitar upah setahun buruh pada
waktu itu. Dengan asumsi upah buruh harian di Indonesia pada waktu renungan ini
ditulis adalah Rp100.000 per hari, maka harga minyak narwastu tersebut
kira-kira adalah Rp30 juta. Suatu jumlah yang cukup fantastis bagi siapapun.
Yudas tidak melihat kualitas minyak
tetapi langsung “menembak” ke harga minyak tersebut yang mencapai 300 dinar,
dan ditambahkan kalimat “mengapa tidak dijual dan uangnya digunakan untuk membantu
orang miskin”. Yudas senantiasa mengukur
segala sesuatu dengan uang dan lebih menyukai jika ada orang yang memberi
dalam bentuk uang dan bukan barang, karena ia dengan mudah dapat “memanipulasi”
uang tersebut untuk kepentingan pribadinya. Yudas pun senantiasa menggunakan
alasan-alasan untuk membenarkan pendapatnya, antara lain dengan mengatakan alasan (yang dibuat-buat) bahwa
uang tersebut dapat digunakan untuk kepentingan yang lebih besar lagi
(dalam hal ini untuk membantu orang-orang miskin), padahal sebenarnya ia tidak
pernah memperhatikan orang-orang miskin (ay. 6a).
Apakah Tuhan Yesus tidak tahu apa yang
dilakukan oleh Yudas Iskariot? Saya sangat yakin Tuhan Yesus tahu. Mungkin
Tuhan Yesus juga sudah sering mengingatkan Yudas untuk tidak melakukan
perbuatan itu, tetapi soal bertobat atau tidak itu adalah pilihan yang harus
diambil oleh Yudas sendiri. Itu adalah kehendak bebasnya untuk memilih
mengambil uang dari kas atau tidak. Tuhan Yesus kemudian mengatakan bahwa “Biarkanlah
dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin
selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu” (ay. 7-8).
Tuhan Yesus mengerti bahwa Maria sebenarnya sudah tahu sebentar lagi Tuhan
Yesus akan mati pada Hari Raya Paskah, dan peristiwa ini terjadi 6 hari sebelum
Paskah (ay. 1). Sangat besar kemungkinan Maria mengerti bahwa Tuhan Yesus akan
mati karena ia senantiasa duduk diam dekat Tuhan Yesus dan mendengarkan
perkataan-Nya (Luk 10:39). Sangat besar kemungkinan bahwa Tuhan Yesus juga
sudah memberitahukan perihal penderitaan-Nya dan kematian-Nya kepada Maria,
sama seperti yang Ia telah lakukan kepada murid-murid-Nya.
Jika ada orang yang meninggal dunia,
kesempatan untuk memberikan penghormatan terakhir itu hanya memiliki rentang
waktu yang sempit, mulai sejak orang tersebut meninggal dunia hingga
pemakamannya. Di situlah ada kesempatan untuk menunjukkan penghormatan kita
kepada orang yang meninggal dunia. Alkitab mencatat bagaimana Maria mengurapi
kaki Yesus menjelang kematian-Nya. Alkitab juga mencatat bagaimana Nikodemus
membawa campuran minyak mur dan minyak gaharu sebanyak 50 kati beratnya untuk
merempah-rempahi mayat Yesus (Yoh 19:39). Alkitab juga mencatat apa yang dilakukan
oleh Yusuf Arimatea, yang menghadap Pilatus untuk meminta mayat Yesus,
mengapaninya dengan kain lenan yang putih bersih dan membaringkan mayat Yesus
di kuburnya yang baru (Mat 27:57-60). Mungkin pada waktu itu tidak pernah
terpikir oleh Maria, Nikodemus dan Yusuf dari Arimetea bahwa apa yang mereka
lakukan sebagai bentuk penghormatan terakhir mereka kepada Tuhan Yesus akan
tercatat dalam Alkitab dan dibaca banyak orang selama ribuan tahun, tetapi
itulah kenyataannya.
Kita bisa melihat bagaimana jika ada
polisi atau tentara yang gugur dalam tugas, maka serendah apapun pangkat orang
yang meninggal tersebut, maka ia akan tetap dimakamkan dengan upacara militer,
yang dipimpin oleh perwira atau petinggi dari angkatan tempat tugasnya. Saya
sendiri pernah membaca bahwa ketika ada masinis yang meninggal karena
kecelakaan pada saat bertugas (keretanya menabrak truk bermuatan elpiji yang
mogok di tengah-tengah perlintasan kereta), maka jenazah mereka dikirimkan
dengan kereta api, dan Direktur Utama PT Kereta Api beserta seluruh pejabat
yang ada melakukan sikap hormat ketika kereta yang membawa jenazah mereka diberangkatkan
dari stasiun di Jakarta menuju kampung halaman untuk dimakamkan. Jika orang
dunia saja begitu menghargai orang yang meninggal dunia, bukankah gereja harus
lebih lagi menunjukkan kasihnya?
Sekarang coba bayangkan jika ada
anggota jemaat di gereja kita yang meninggal dunia. Apa yang akan kita lakukan?
Kita tentu akan memberikan bantuan apapun kepada keluarga yang ditinggalkan. Bagi
gereja-gereja yang cukup besar, yang memiliki cukup dana untuk hal-hal seperti
ini, maka gereja akan menyediakan jasa pengurusan mulai dari ibadah
penghiburan, peti mati, hingga pengurusan pemakaman termasuk penyediaan lahan
makam dan pengurusan surat-surat yang diperlukan. Alangkah baiknya gereja juga
mengirimkan karangan bunga kepada keluarga yang ditinggalkan sebagai salah satu
bentuk penghormatan terakhir terhadap orang yang meninggal dunia.
Jangan sampai ada bendahara gereja atau
pemegang kas gereja yang tidak mau mengeluarkan kas untuk menghormati anggota
jemaat yang meninggal dunia. Memang betul bendahara atau pemegang kas harus
bertanggung jawab dan mengelola kas gereja dengan bijaksana. Tetapi jangan
bersembunyi di balik alasan “Uang kas hanya tinggal sedikit”, "Gereja juga sedang banyak keperluan, sehingga uang kas harus dihemat", “Karangan bunga
kan mahal, dan hanya dipakai sekali saja”, atau “Uang kas kan seharusnya
digunakan untuk kepentingan gereja yang lebih luas”. Itu adalah alasan yang
dbuat-buat. Bukankah anggota jemaat yang meninggal dan juga keluarganya juga
pastinya sudah memberi kontribusi terhadap gereja (bisa dari segi dana, waktu,
tenaga, pelayan, dan lain sebagainya)? Bukankah anggota jemaat yang meninggal
berhak menerima “pelayanan” dari gereja? Bukankah tidak ada salahnya jika uang
kas gereja yang berasal dari jemaat juga harus kembali kepada jemaat? Jika justru
itu yang benar-benar terjadi, saya takut bahwa si bendahara atau pemegang kas
memiliki karakter seperti Yudas Iskariot yang selalu mengukur segala sesuatu
dengan uang. Saya takut bahwa si bendahara atau pemegang kas sering mengambil
uang untuk kepentingan pribadinya dan tidak menggunakan uang kas untuk
kepentingan Tuhan. Saya takut si bendahara atau pemegang kas merasa kas itu
adalah miliknya yang harus digunakan untuk kepentingannya (atau kepentingan
pimpinan gereja), padahal kas itu adalah milik Tuhan (yang berasal dari jemaat)
dan seharusnya juga digunakan untuk kepentingan Tuhan dan untuk membangun
kerajaan-Nya dengan maksimal.
Bacaan
Alkitab: Yohanes 12:1-8
12:1 Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal
Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati.
12:2 Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah
seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus.
12:3 Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal
harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau
minyak semerbak di seluruh rumah itu.
12:4 Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan
segera menyerahkan Dia, berkata:
12:5 "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan
uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?"
12:6 Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang
miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang
yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.
12:7 Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari
penguburan-Ku.
12:8 Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan
selalu ada pada kamu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.