Senin, 13 Maret 2017
Bacaan
Alkitab: Lukas 12:13-21
Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap
segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya
tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." (Luk 12:15)
Kewaspadaan Umat Perjanjian Baru (5): terhadap Ketamakan
Satu hal yang harus kita waspadai dalam
kehidupan kita adalah ketamakan. Tuhan Yesus sendiri berkata supaya kita
berjaga-jaga dan senantiasa waspada terhadap segala ketamakan (ay. 15a). Arti
kata tamak atau ketamakan sendiri dapat diartikan sebagai: selalu ingin beroleh
banyak (harta dan lain sebagainya) untuk diri sendiri; loba; serakah. Hal ini
diucapkan Yesus karena ada seseorang dari antara orang banyak yang meminta Tuhan
Yesus supaya meminta saudaranya berbagi warisan dengannya (ay. 13). Dalam hal
ini Tuhan Yesus tidak mau dijadikan hakim atas perkara orang tersebut karena
melihat bahwa permintaan orang tersebut masih bersifat sangat duniawi (ay. 14).
Pada waktu itu, orang yang tinggal di
tanah Palestina memiliki pilihan untuk membawa perkara kepada pengadilan
agama atau pengadilan Romawi, sehingga permintaan orang tersebut untuk meminta
Tuhan Yesus menjadi hakim atas perkaranya sesungguhnya adalah suatu pelecehan.
Namun di balik itu semua, Tuhan Yesus
kemudian menyampaikan sebua perumpamaan untuk menunjukkan betapa berbahayanya
ketamakan itu. Ketamakan tidak akan ada habisnya. Setelah keinginan manusia
terpenuhi, maka ia akan mencari keinginan lainnya, begitu seterusnya sampai
akhir hidupnya. Betapa celakanya orang yang tamak, yang senantiasa mengingini
sesuatu (khususnya harta) dan serakah. Ia tidak akan pernah merasa puas dengan
apa yang saat ini ia miliki. Semakin ia mengingini harta dunia, semakin ia
dikuasai dengan harta tersebut, dan semakin ia mengejar kesia-siaan dalam hidup
ini. Perlu dicatat bahwa hidup seseorang tidak hanya tergantung daripada
kekayaan yang dimiliki. Orang yang berlimpah hartanya belum tentu memiliki
hidup yang berkualitas (ay. 15b).
Dalam perumpamaan yang ditunjukkan oleh
Tuhan Yesus, dikatakan bahwa ada seorang kaya yang memiliki harta yang sangat
banyak, bahkan hasil tanahnya sangat berlimpah-limpah (ay. 16). Apa yang ia
lakukan kemudian? Dalam hal ini ia melakukan tindakan yang saya rasa wajar
untuk dilakukan oleh orang yang kaya, yaitu ingin memperluas tempat penyimpanan
untuk menyimpan hasil tanahnya tersebut (ay. 17). Bagi kita yang hidup di masa
kini, apa yang direncanakan oleh orang kaya itu sangat wajar. Akan tetapi,
dalam ayat-ayat selanjutnya kita akan menemukan apa kesalahan orang kaya
tersebut di mata Tuhan.
Ketika orang kaya itu berpikir untuk
memperluas lumbung-lumbungnya supaya dapat menyimpan hasil tanahnya tersebut
(ay. 18), selanjutnya ia berpikir bahwa itu adalah akhir dari segala-galanya.
Ia berpikir bahwa ketika ia sudah menyimpan kekayaan dalam lumbung-lumbungnya, maka
semua masalah sudah selesai, dan ia dapat beristirahat dengan tenang. Ia
berpikir bahwa jiwanya sudah tenang dan aman karena harta yang begitu banyak
yang ia miliki (ay. 19). Itu salah besar! Kesalahan orang kaya ini bukanlah
pada bekerja keras sehingga ia memiliki hasil tanah yang berlimpah, namun karena
ia mengandalkan harta miliknya sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan, padahal
seharusnya hanya Tuhanlah yang menjadi satu-satunya sumber kebahagiaan kita.
Seseorang tidak mungkin dapat menyenangkan hati Tuhan jika ia tidak bisa
menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan hidup kita.
Oleh karena itu, Tuhan Yesus mengatakan
bahwa orang kaya tersebut adalah orang kaya yang bodoh, karena di dunia ini ia
tidak pernah memperkarakan apa yang menjadi sumber kebahagiaan dirinya. Jika
jiwanya diambil pada hari ini juga, bagaimana orang kaya itu
mempertanggungjawabkan hidupnya di hadapan Tuhan (ay. 20)? Tuhan akan menuntut
setiap orang untuk tidak hanya kaya bagi dirinya sendiri tetapi juga harus kaya
di hadapan Tuhan. Orang yang tamak, hanya akan mencari kekayaan bagi dirinya
sendiri sebanyak-banyaknya. Tetapi orang yang penuh kasih, akan mencari
kekayaan tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain. Ia juga akan
dengan sukarela membantu pekerjaan Tuhan. Ia sadar bahwa setiap Rupiah yang
dimilikinya adalah milik Tuhan dan harus ia pertanggungjawabkan di hadapan
Tuhan. Itulah arti kaya di hadapan Tuhan (ay. 21).
Oleh karena itu, betapa kita harus
waspada terhadap ketamakan. Ini bukan hanya porsi jemaat gereja, tetapi juga
adalah porsi hamba-hamba Tuhan, pengkhotbah, pendeta, gembala sidang, bahkan pengurus
dan ketua sinode gereja. Jika para pelayan Tuhan sudah dikuasai oleh roh
ketamakan, maka yang diributkan hanyalah uang, uang dan uang. Jika para pengkhotbah
sudah dikuasai roh ketamakan, maka yang dikhotbahkan hanyalah seputar uang,
uang, dan uang. Pengkhotbah semacam ini akan menekankan khotbahnya pada
berkat-berkat jasmani, akan lebih sering “menuntut” jemaat untuk membantu
pembangunan gereja dengan memberi uang kepada gereja (atau kepada dirinya), dan
seringkali mengecam jemaat yang dianggap pelit karena tidak mau memberi.
Padahal jemaat juga perlu berpikir apakah pembangunan yang sedang dilakukan itu
adalah pembangunan atas nama gereja atau atas nama pribadi, untuk kepentingan Tuhan
atau untuk kepentingan pribadi? Pendeta yang sudah dikuasai roh ketamakan mungkin
juga akan mengakui aset gereja (yang seharusnya adalah milik jemaat atau milik
sinode) sebagai milik pribadi. Semua dianggap sebagai “milikku, milikku, dan milikku”
dan bukannya milik Tuhan. Ketua sinode yang dikuasai roh ketamakan akan
mengubah pola persembahan gereja sehingga semua terpusat kepada dirinya dan
semua uang gereja di bawah sinodenya akan masuk ke kantong pribadinya. Jadi,
betapa berbahayanya ketamakan itu, dan betapa lebih berbahayanya jika ketamakan
itu sudah menguasai mereka yang duduk di kursi pimpinan gereja atau pimpinan
sinode.
Bacaan
Alkitab: Lukas 12:13-21
12:13 Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru,
katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku."
12:14 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah
mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?"
12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah
terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya,
hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
12:16 Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya:
"Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.
12:17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku
tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
12:18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak
lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan
menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
12:19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak
barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah,
minumlah dan bersenang-senanglah!
12:20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini
juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk
siapakah itu nanti?
12:21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya
sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.