Jumat, 10 Maret 2017

Kewaspadaan Umat Perjanjian Baru (5): terhadap Ketamakan



Senin, 13 Maret 2017
Bacaan Alkitab: Lukas 12:13-21
Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." (Luk 12:15)


Kewaspadaan Umat Perjanjian Baru (5): terhadap Ketamakan


Satu hal yang harus kita waspadai dalam kehidupan kita adalah ketamakan. Tuhan Yesus sendiri berkata supaya kita berjaga-jaga dan senantiasa waspada terhadap segala ketamakan (ay. 15a). Arti kata tamak atau ketamakan sendiri dapat diartikan sebagai: selalu ingin beroleh banyak (harta dan lain sebagainya) untuk diri sendiri; loba; serakah. Hal ini diucapkan Yesus karena ada seseorang dari antara orang banyak yang meminta Tuhan Yesus supaya meminta saudaranya berbagi warisan dengannya (ay. 13). Dalam hal ini Tuhan Yesus tidak mau dijadikan hakim atas perkara orang tersebut karena melihat bahwa permintaan orang tersebut masih bersifat sangat duniawi (ay. 14). Pada waktu itu, orang yang tinggal di  tanah Palestina memiliki pilihan untuk membawa perkara kepada pengadilan agama atau pengadilan Romawi, sehingga permintaan orang tersebut untuk meminta Tuhan Yesus menjadi hakim atas perkaranya sesungguhnya adalah suatu pelecehan.

Namun di balik itu semua, Tuhan Yesus kemudian menyampaikan sebua perumpamaan untuk menunjukkan betapa berbahayanya ketamakan itu. Ketamakan tidak akan ada habisnya. Setelah keinginan manusia terpenuhi, maka ia akan mencari keinginan lainnya, begitu seterusnya sampai akhir hidupnya. Betapa celakanya orang yang tamak, yang senantiasa mengingini sesuatu (khususnya harta) dan serakah. Ia tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang saat ini ia miliki. Semakin ia mengingini harta dunia, semakin ia dikuasai dengan harta tersebut, dan semakin ia mengejar kesia-siaan dalam hidup ini. Perlu dicatat bahwa hidup seseorang tidak hanya tergantung daripada kekayaan yang dimiliki. Orang yang berlimpah hartanya belum tentu memiliki hidup yang berkualitas (ay. 15b).

Dalam perumpamaan yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus, dikatakan bahwa ada seorang kaya yang memiliki harta yang sangat banyak, bahkan hasil tanahnya sangat berlimpah-limpah (ay. 16). Apa yang ia lakukan kemudian? Dalam hal ini ia melakukan tindakan yang saya rasa wajar untuk dilakukan oleh orang yang kaya, yaitu ingin memperluas tempat penyimpanan untuk menyimpan hasil tanahnya tersebut (ay. 17). Bagi kita yang hidup di masa kini, apa yang direncanakan oleh orang kaya itu sangat wajar. Akan tetapi, dalam ayat-ayat selanjutnya kita akan menemukan apa kesalahan orang kaya tersebut di mata Tuhan.

Ketika orang kaya itu berpikir untuk memperluas lumbung-lumbungnya supaya dapat menyimpan hasil tanahnya tersebut (ay. 18), selanjutnya ia berpikir bahwa itu adalah akhir dari segala-galanya. Ia berpikir bahwa ketika ia sudah menyimpan kekayaan dalam lumbung-lumbungnya, maka semua masalah sudah selesai, dan ia dapat beristirahat dengan tenang. Ia berpikir bahwa jiwanya sudah tenang dan aman karena harta yang begitu banyak yang ia miliki (ay. 19). Itu salah besar! Kesalahan orang kaya ini bukanlah pada bekerja keras sehingga ia memiliki hasil tanah yang berlimpah, namun karena ia mengandalkan harta miliknya sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan, padahal seharusnya hanya Tuhanlah yang menjadi satu-satunya sumber kebahagiaan kita. Seseorang tidak mungkin dapat menyenangkan hati Tuhan jika ia tidak bisa menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan hidup kita. 

Oleh karena itu, Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang kaya tersebut adalah orang kaya yang bodoh, karena di dunia ini ia tidak pernah memperkarakan apa yang menjadi sumber kebahagiaan dirinya. Jika jiwanya diambil pada hari ini juga, bagaimana orang kaya itu mempertanggungjawabkan hidupnya di hadapan Tuhan (ay. 20)? Tuhan akan menuntut setiap orang untuk tidak hanya kaya bagi dirinya sendiri tetapi juga harus kaya di hadapan Tuhan. Orang yang tamak, hanya akan mencari kekayaan bagi dirinya sendiri sebanyak-banyaknya. Tetapi orang yang penuh kasih, akan mencari kekayaan tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain. Ia juga akan dengan sukarela membantu pekerjaan Tuhan. Ia sadar bahwa setiap Rupiah yang dimilikinya adalah milik Tuhan dan harus ia pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Itulah arti kaya di hadapan Tuhan (ay. 21). 

Oleh karena itu, betapa kita harus waspada terhadap ketamakan. Ini bukan hanya porsi jemaat gereja, tetapi juga adalah porsi hamba-hamba Tuhan, pengkhotbah, pendeta, gembala sidang, bahkan pengurus dan ketua sinode gereja. Jika para pelayan Tuhan sudah dikuasai oleh roh ketamakan, maka yang diributkan hanyalah uang, uang dan uang. Jika para pengkhotbah sudah dikuasai roh ketamakan, maka yang dikhotbahkan hanyalah seputar uang, uang, dan uang. Pengkhotbah semacam ini akan menekankan khotbahnya pada berkat-berkat jasmani, akan lebih sering “menuntut” jemaat untuk membantu pembangunan gereja dengan memberi uang kepada gereja (atau kepada dirinya), dan seringkali mengecam jemaat yang dianggap pelit karena tidak mau memberi. Padahal jemaat juga perlu berpikir apakah pembangunan yang sedang dilakukan itu adalah pembangunan atas nama gereja atau atas nama pribadi, untuk kepentingan Tuhan atau untuk kepentingan pribadi? Pendeta yang sudah dikuasai roh ketamakan mungkin juga akan mengakui aset gereja (yang seharusnya adalah milik jemaat atau milik sinode) sebagai milik pribadi. Semua dianggap sebagai “milikku, milikku, dan milikku” dan bukannya milik Tuhan. Ketua sinode yang dikuasai roh ketamakan akan mengubah pola persembahan gereja sehingga semua terpusat kepada dirinya dan semua uang gereja di bawah sinodenya akan masuk ke kantong pribadinya. Jadi, betapa berbahayanya ketamakan itu, dan betapa lebih berbahayanya jika ketamakan itu sudah menguasai mereka yang duduk di kursi pimpinan gereja atau pimpinan sinode.


Bacaan Alkitab: Lukas 12:13-21
12:13 Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku."
12:14 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?"
12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
12:16 Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.
12:17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
12:18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
12:19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
12:20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
12:21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.