Senin, 20 Maret 2017
Bacaan
Alkitab: 1 Yohanes 5:19-21
Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala. (1 Yoh 5:21)
Kewaspadaan Umat Perjanjian Baru (12): terhadap Segala
Berhala
Sejak zaman Perjanjian Lama, Tuhan
sangat benci terhadap kelakuan bangsa Israel yang menyembah berhala selain Tuhan.
Oleh sebab itu perintah pertama dalam 10 Perintah Tuhan kepada bangsa Israel
adalah “Jangan ada padamu allah lain dihadapan-Ku” (Kel 20:3). Setiap allah
lain selain Tuhan Allah (yang mereka kenal dengan sebutan YAHWEH) adalah
berhala. Setiap kali mereka menyembah dewa-dewa lain, maka itu adalah perzinahan
di hadapan Tuhan.
Saat ini, orang Kristen mungkin
berkata, “kami tidak menyembah berhala; kami tidak membuat patung lalu sujud
menyembah kepadanya; kami berbeda dengan orang Romawi pada saat kitab
Perjanjian Baru ditulis, karena mereka menyembah dewa-dewa di kuil-kuil,
menyembah patung-patung, sedangkan kami hanya menyembah Tuhan di gereja”, dan
sebagainya. Persoalannya, apa yang dimaksud dengan berhala? Apakah berhala itu
hanyalah patung yang disembah? Mengapa Yohanes sampai menulis kepada jemaat
supaya mereka waspada terhadap berhala?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di
atas, kita harus membedah kata berhala dalam bahasa aslinya, yaitu eidólon (εἴδωλον). Kata eidólon ini
secara singkat dapat diartikan sebagai suatu rupa (gambar 2 dimensi atau patung
3 dimensi) yang disembah sebagai dewa-dewa kafir. Perlu dipahami bahwa istilah
kafir hanya digunakan oleh agama-agama samawi (Yahudi, Kristen, Islam), untuk
merujuk kepada orang-orang yang tidak menyembah Tuhan mereka. Kata eidólon ini selanjutnya diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris sebagai idol,
yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai berhala atau
idola.
Jadi dari pengertian tersebut jelas
bahwa berhala adalah sesuatu yang disembah di luar Tuhan yang benar. Kita harus
mengerti benar makna kata “menyembah”, dimana Alkitab menggunakan kata “proskuneo” yang artinya “memberi nilai
tinggi pada obyek tertentu”. Jika kita menyembah Allah, maka kita harus memberi
nilai tinggi kepada Allah. Jika kita juga memberi nilai tinggi kepada “benda”
lain maka itu sama saja dengan menyembah benda tersebut, dan benda tersebut
akan menjadi berhala bagi kita.
Oleh sebab itu, bacaan Alkitab kita
hari ini dimulai dengan fakta bahwa kita berasal dari Allah, sedangkan seluruh
dunia sedang berada di bawah kuasa si jahat (ay. 19). Bagi kita yang berasal
dari atas, tentunya kita harus menomorsatukan Allah dalam segala hal. Inilah
yang disebut dengan memberi nilai tinggi kepada Tuhan. Terkait dengan hal
tersebut, kita harus bisa mengenal Tuhan dengan benar supaya kita bisa
menghargai Tuhan dengan benar (ay. 20). Jika pemahaman kita kepada Tuhan masih
salah atau keliru, kita tidak akan bisa menghargai Tuhan dengan pantas.
Untuk menggambarkan hal ini, saya
mengambil contoh mengenai batu mulia. Orang yang tidak mengerti tentang batu
mulia misalnya, pasti tidak bisa menghargai batu mulia dengan pantas. Bisa jadi
batu yang bagus justru dihargai murah, tetapi batu yang jelek justru dihargai
mahal. Atau ia akan mencibir ketika ditawarkan batu yang bagus dengan harga
yang mahal, karena ia merasa itu hanyalah batu yang berharga murah. Sebaliknya,
orang yang mengerti batu mulia akan mampu menghargai batu yang bagus dengan
pantas sesuai harganya.
Terkait dengan hal tersebut, jika kita
mengaku bahwa Allah kita adalah Allah yang benar, maka kita harus menjaga
supaya Allah hanya menjadi satu-satunya Allah dalam hidup kita (ay. 20b).
Artinya kita tidak mungkin menggeser Allah dari prioritas hidup kita. Barulah
dalam ayat selanjutnya Rasul Yohanes mengatakan supaya kita berhati-hati terhadap
segala berhala (ay. 21). Berhala di sini adalah apapun yang menggerser Tuhan
dari posisi pertama dalam prioritas hidup kita. Jika mau disederhanakan,
berhala adalah apapun yang kita pikirkan pertama kali ketika kita bangun tidur,
apapun yang paling banyak menyita pikiran kita sepanjang hari, dan apapun yang
bisa membuat kita bahagia didunia ini selain Tuhan. Berhala bisa berupa uang,
kekayaan, jabatan, karir, kekuasaan, orang tertentu (suami/istri/anak/orang
tua), bahkan bisa berupa pelayanan dan juga gereja.
Pelayanan bisa menjadi berhala ketika
pelayanan hanya sebatas lahiriah saja tanpa adanya sikap hormat kepada Tuhan
yang kita layani. Ada pelayan-pelayan Tuhan yang sibuk melayani ke sana kemari
tetapi ia tidak pernah memiliki waktu untuk bersekutu dengan Tuhan. Hidupnya
habis untuk kegiatan-kegiatan pelayanan yang hampa, bahkan ia akan menjadikan
pelayanan sebagai alasan pada hari penghakiman Tuhan nanti. Pada waktu itulah
Tuhan akan berkata dengan terus terang: Aku tidak kenal kamu! (Mat 7:21-23).
Orang seperti ini sibuk pelayanan tetapi tidak menjadikan Tuhan sebagai yang
terutama dalam hidupnya. Pelayanan telah menjadi berhala bagi dirinya.
Gereja juga bisa menjadi berhala
(khususnya bagi para pendeta dan rohaniawan), ketika gereja dipandang sebagai
suatu “aset” pribadi dan bukan asetnya Tuhan. Banyak pendeta dan rohaniawan
mengembangkan gereja sehingga semakin bagus, semakin luas, semakin menampung
banyak jemaat, semakin banyak jadwal ibadah, dan lain sebagainya, tetapi mereka
terjebak pada pengembangan gereja secara fisik lupa untuk membangun Bait Roh
Kudus yaitu pribadi-pribadi setiap jemaat untuk juga memiliki hati yang memprioritaskan
Tuhan dalam segala hal. Dalam hal ini gereja bisa menjadi “pelarian” pendeta,
karena semakin gereja berkembang, maka nama pendeta itu akan semakin terkenal,
foto-foto si pendeta banyak bertebaran dimana-mana, dan seterusnya. Akibatnya,
bukan nama Tuhan yang dimuliakan dan ditinggikan, tetapi nama gereja, nama
pendeta, nama keluarga pendeta, dan seterusnya yang ditinggikan.
Waspadalah terhadap berhala, ini
bukanlah sebuah omong kosong. Sungguh sulit hidup di akhir zaman ini dimana
kita harus mampu mengutamakan Tuhan dalam segala hal, di tengah-tengah kondisi
zaman yang semakin sekuler. Di situlah iman kita akan diuji, mampukah kita
menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan kita? Mampukan kita tidak
disenangkan oleh hal lain yang kita miliki di dunia ini? Tidak mudah memang,
tetapi harus mampu kita lakukan. Seseorang tidak akan bisa menyenangkan hati
Tuhan jika ia belum dapat menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kesenangan
hidupnya.
Bacaan
Alkitab: 1 Yohanes 5:19-21
5:19 Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di
bawah kuasa si jahat.
5:20 Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah
mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita
ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang
benar dan hidup yang kekal.
5:21 Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.