Jumat, 03 Maret 2017

Makna Perumpamaan tentang Lalang di antara Gandum


Senin, 6 Maret 2017
Bacaan Alkitab: Matius 13:36-42
Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. (Mat 13:41)


Makna Perumpamaan tentang Lalang di antara Gandum


Perumpamaan tentang lalang di antara gandum adalah perumpamaan yang cukup singkat. Intinya adalah bagaimana seorang penabur yang menaburkan benih gandum di ladangnya, tetapi kemudian datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di ladang tersebut. Pada akhirnya, di ladang itu tumbuh 2 jenis tanaman: gandum dan lalang. Sang pemilik lahan tidak mencabut lalang tersebut ketika masih kecil (karena ada kemungkinan gandum yang masih kecil ikut tercabut), tetapi membiarkannya saja dan akan mencabutnya ketika sudah besar, dimana lalang tersebut akan dibuang dan dibakar dalam api.

Apa makna perumpamaan tersebut? Tuhan Yesus sendiri yang memberikan perumpamaan lalang di antara gandum, Ia juga yang memberikan penjelasan atas perumpamaan tersebut (ay. 36). Dalam hal ini, Tuhan Yesus sendiri yang menjelaskan bahwa orang yang menaburkan benih gandum adalah Anak Manusia (Tuhan Yesus sendiri melalui Firman-Nya) (ay. 37), sedangkan orang musuh yang menaburkan benih lalang adalah iblis (ay. 39a). Benih gandum (benih yang baik) adalah anak-anak Kerajaan dan benih lalang adalah anak-anak si jahat (anak-anak iblis) (ay. 38b). Ladang sendiri adalah gambaran dunia ini, dimana selalu terjadi “pertarungan” antara sisi yang baik dengan sisi yang jahat (ay. 38a).
Memang dunia ini sejak awal mulanya selalu menyajikan pertarungan antara yang baik dengan yang jahat. Di taman Eden pun sudah ada pertarungan tersebut, yaitu dalam diri Adam dan Hawa, apakah mereka memilih untuk taat kepada suara Allah, atau justru mengikuti suara iblis (yang digambarkan dalam bentuk ular). Pada akhirnya, Adam dan Hawa justru memilih yang jahat. Demikian pula seterusnya, dimana tokoh-tokoh dalam Alkitab juga harus menghadapi pertarungan ini antara yang baik dan yang jahat. Ada beberapa yang tetap memilih sisi yang baik, tetapi banyak juga yang akhirnya jatuh dan menjadi jahat. Hal ini berlangsung terus hingga saat ini, termasuk kita apakah kita memilih yang baik atau yang jahat.
Jika kita berada di sisi yang baik, kita akan memiliki suatu kerinduan supaya lalang itu dicabut dari ladang. Orang yang hidupnya baik, hatinya bersih dan suci, akan seringkali berseru kepada Tuhan, “Tuhan kapankah kejahatan dicabut dari muka bumi ini”. Bagi orang Kristen yang sudah mengerti kebenaran, kalimat itu akan berbunyi demikian, “Tuhan, kapan Engkau akan datang kembali sebagai Raja dan membawa orang-orang saleh-Mu untuk memerintah bersama-sama dengan-Mu dalam Kerajaan Allah yang kekal?”. Ya, sebenarnya karakter orang sudah dapat terlihat dari kerinduan hatinya kepada Tuhan. Orang benar pasti tersiksa ketika melihat kejahatan semakin merajalela, dan semakin rindu ingin bertemu Tuhan. Akan tetapi orang yang masih belum mau hidup benar akan merasa semakin nyaman di dunia hingga tidak mau pulang ke surga. Mereka merasa bahwa dunia ini adalah tempat dimana mereka bisa membangun kerajaannya sendiri dan bukan mendatangkan kerajaan Tuhan dalam hidupnya.

Akan tetapi, Tuhan Yesus sendiri berjanji bahwa akan ada suatu masa penuaian, dimana gandum dan lalang akan dituai, yaitu pada akhir zaman (ay. 39b). Bedanya adalah, mereka yang masuk kategori lalang akan dikumpulkan dan dibakar dalam api, yaitu api neraka yang kekal, keterpisahan dengan Allah selama-lamanya (ay. 40). Sebaliknya, mereka yang masuk kategori gandum akan dikumpulkan dalam lumbung-Nya, yaitu dalam kerajaan-Nya yang kekal.

Menarik untuk dilihat dalam ayat 41, dimana Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa Ia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya untuk mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam kerajaan-Nya (ay. 41). Ini berarti sangat mungkin bahwa selama ini memang ada orang-orang yang menyesatkan dan melakukan kejahatan di dalam kerajaan-Nya (yang dapat diartikan sebagai di dalam persekutuan atau gereja Tuhan). Dan, permasalahannya, Tuhan seperti membiarkan begitu saja mereka melakukan penyesatan. Saya yakin bahwa bukan Tuhan tidak bisa menghilangkan para penyesat dari dalam gereja, tetapi penyesatan itu pun juga diperlukan supaya kita menjadi waspada dan peka terhadap apa yang benar dan apa yang salah. Penyesatan adalah salah satu bentuk ujian bagi iman kita, apakah kita tetap di jalan yang benar, atau kita kemudian terbawa penyesatan yang dilakukan oleh para penyesat tersebut.

Oleh karena itu, saya sendiri tidak mengharapkan bahwa penyesatan akan semakin berkurang, karena memang menjelang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, di situ penyesatan justru akan bertambah-tambah. Dan ketika saya melihat penyesatan yang semakin memuncak, saya semakin bersyukur bahwa waktu kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali pun semakin dekat. Itulah yang membuat saya semakin ingin belajar kebenaran supaya saya tidak disesatkan, itulah yang membuat saya semakin rindu ingin hidup kudus, supaya saya didapati berkenan ketika Tuhan Yesus datang kembali. Dan spirit itulah yang ingin saya bagikan kepada pembaca renungan ini supaya kita sungguh-sungguh berjuang untuk hidup berkenan di hadapan Allah. Saya rindu menjadi gandum yang berbuah banyak, yang akan dituai masuk ke dalam kerajaan-Nya kelak. 

Persoalannya, banyak orang yang tidak sadar bahwa mereka sedang menyesatkan. Dengan memberi contoh bahwa kita hidup tidak suci, bahwa dosa itu wajar, bahwa kita menikmati hidup di dunia, sebenarnya secara tidak langsung kita sudah menyesatkan orang lain. Ya, bagaimana tidak, jika hidup kita masih penuh dosa (apalagi dosa yang mencolok) dan kita menganggap hal itu adalah suatu kewajaran, maka ketika ada orang lain yang baru datang ke dalam gereja dan melihat hidup kita, maka orang tersebut tidak akan terdorong untuk memiliki hidup yang kudus dan benar di hadapan Tuhan. Ia akan mencontoh hidup kita dan menganggap hidup kita adalah wajar, padahal bukan itu yang Tuhan inginkan. Jika demikian, maka kita harus benar-benar berhati-hati dalam hidup kita, supaya hidup kita tidak menjadi batu sandungan atau menyesatkan orang lain. Mari kita jaga hidup kita dengan kekudusan di dunia ini, supaya kita jangan masuk ke dalam golongan orang-orang yang akan dibuang dari hadirat Allah dan masuk ke dalam api kekal selama-lamanya (ay. 42).


Bacaan Alkitab: Matius 13:36-42
13:36 Maka Yesus pun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu."
13:37 Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia;
13:38 ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat.
13:39 Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat.
13:40 Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman.
13:41 Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya.
13:42 Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.