Senin, 6 Maret 2017
Bacaan
Alkitab: Matius 13:36-42
Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan
mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan
dari dalam Kerajaan-Nya. (Mat 13:41)
Makna Perumpamaan tentang Lalang di antara Gandum
Perumpamaan tentang lalang di antara
gandum adalah perumpamaan yang cukup singkat. Intinya adalah bagaimana seorang
penabur yang menaburkan benih gandum di ladangnya, tetapi kemudian datanglah
musuhnya menaburkan benih lalang di ladang tersebut. Pada akhirnya, di ladang
itu tumbuh 2 jenis tanaman: gandum dan lalang. Sang pemilik lahan tidak
mencabut lalang tersebut ketika masih kecil (karena ada kemungkinan gandum yang
masih kecil ikut tercabut), tetapi membiarkannya saja dan akan mencabutnya
ketika sudah besar, dimana lalang tersebut akan dibuang dan dibakar dalam api.
Apa makna perumpamaan tersebut? Tuhan
Yesus sendiri yang memberikan perumpamaan lalang di antara gandum, Ia juga yang
memberikan penjelasan atas perumpamaan tersebut (ay. 36). Dalam hal ini, Tuhan
Yesus sendiri yang menjelaskan bahwa orang yang menaburkan benih gandum adalah
Anak Manusia (Tuhan Yesus sendiri melalui Firman-Nya) (ay. 37), sedangkan orang
musuh yang menaburkan benih lalang adalah iblis (ay. 39a). Benih gandum (benih
yang baik) adalah anak-anak Kerajaan dan benih lalang adalah anak-anak si jahat
(anak-anak iblis) (ay. 38b). Ladang sendiri adalah gambaran dunia ini, dimana
selalu terjadi “pertarungan” antara sisi yang baik dengan sisi yang jahat (ay.
38a).
Memang dunia ini sejak awal mulanya
selalu menyajikan pertarungan antara yang baik dengan yang jahat. Di taman Eden
pun sudah ada pertarungan tersebut, yaitu dalam diri Adam dan Hawa, apakah
mereka memilih untuk taat kepada suara Allah, atau justru mengikuti suara iblis
(yang digambarkan dalam bentuk ular). Pada akhirnya, Adam dan Hawa justru
memilih yang jahat. Demikian pula seterusnya, dimana tokoh-tokoh dalam Alkitab
juga harus menghadapi pertarungan ini antara yang baik dan yang jahat. Ada
beberapa yang tetap memilih sisi yang baik, tetapi banyak juga yang akhirnya
jatuh dan menjadi jahat. Hal ini berlangsung terus hingga saat ini, termasuk
kita apakah kita memilih yang baik atau yang jahat.
Jika kita berada di sisi yang baik,
kita akan memiliki suatu kerinduan supaya lalang itu dicabut dari ladang. Orang
yang hidupnya baik, hatinya bersih dan suci, akan seringkali berseru kepada
Tuhan, “Tuhan kapankah kejahatan dicabut dari muka bumi ini”. Bagi orang
Kristen yang sudah mengerti kebenaran, kalimat itu akan berbunyi demikian,
“Tuhan, kapan Engkau akan datang kembali sebagai Raja dan membawa orang-orang
saleh-Mu untuk memerintah bersama-sama dengan-Mu dalam Kerajaan Allah yang
kekal?”. Ya, sebenarnya karakter orang sudah dapat terlihat dari kerinduan
hatinya kepada Tuhan. Orang benar pasti tersiksa ketika melihat kejahatan
semakin merajalela, dan semakin rindu ingin bertemu Tuhan. Akan tetapi orang
yang masih belum mau hidup benar akan merasa semakin nyaman di dunia hingga
tidak mau pulang ke surga. Mereka merasa bahwa dunia ini adalah tempat dimana
mereka bisa membangun kerajaannya sendiri dan bukan mendatangkan kerajaan Tuhan
dalam hidupnya.
Akan tetapi, Tuhan Yesus sendiri
berjanji bahwa akan ada suatu masa penuaian, dimana gandum dan lalang akan
dituai, yaitu pada akhir zaman (ay. 39b). Bedanya adalah, mereka yang masuk
kategori lalang akan dikumpulkan dan dibakar dalam api, yaitu api neraka yang
kekal, keterpisahan dengan Allah selama-lamanya (ay. 40). Sebaliknya, mereka
yang masuk kategori gandum akan dikumpulkan dalam lumbung-Nya, yaitu dalam
kerajaan-Nya yang kekal.
Menarik untuk dilihat dalam ayat 41,
dimana Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa Ia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya
untuk mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang
melakukan kejahatan dari dalam kerajaan-Nya (ay. 41). Ini berarti sangat
mungkin bahwa selama ini memang ada orang-orang yang menyesatkan dan melakukan
kejahatan di dalam kerajaan-Nya (yang dapat diartikan sebagai di dalam
persekutuan atau gereja Tuhan). Dan, permasalahannya, Tuhan seperti membiarkan
begitu saja mereka melakukan penyesatan. Saya yakin bahwa bukan Tuhan tidak
bisa menghilangkan para penyesat dari dalam gereja, tetapi penyesatan itu pun
juga diperlukan supaya kita menjadi waspada dan peka terhadap apa yang benar
dan apa yang salah. Penyesatan adalah salah satu bentuk ujian bagi iman kita,
apakah kita tetap di jalan yang benar, atau kita kemudian terbawa penyesatan
yang dilakukan oleh para penyesat tersebut.
Oleh karena itu, saya sendiri tidak
mengharapkan bahwa penyesatan akan semakin berkurang, karena memang menjelang
kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, di situ penyesatan justru akan
bertambah-tambah. Dan ketika saya melihat penyesatan yang semakin memuncak,
saya semakin bersyukur bahwa waktu kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali pun
semakin dekat. Itulah yang membuat saya semakin ingin belajar kebenaran supaya
saya tidak disesatkan, itulah yang membuat saya semakin rindu ingin hidup
kudus, supaya saya didapati berkenan ketika Tuhan Yesus datang kembali. Dan
spirit itulah yang ingin saya bagikan kepada pembaca renungan ini supaya kita
sungguh-sungguh berjuang untuk hidup berkenan di hadapan Allah. Saya rindu
menjadi gandum yang berbuah banyak, yang akan dituai masuk ke dalam
kerajaan-Nya kelak.
Persoalannya, banyak orang yang tidak
sadar bahwa mereka sedang menyesatkan. Dengan memberi contoh bahwa kita hidup
tidak suci, bahwa dosa itu wajar, bahwa kita menikmati hidup di dunia,
sebenarnya secara tidak langsung kita sudah menyesatkan orang lain. Ya,
bagaimana tidak, jika hidup kita masih penuh dosa (apalagi dosa yang mencolok)
dan kita menganggap hal itu adalah suatu kewajaran, maka ketika ada orang lain
yang baru datang ke dalam gereja dan melihat hidup kita, maka orang tersebut
tidak akan terdorong untuk memiliki hidup yang kudus dan benar di hadapan
Tuhan. Ia akan mencontoh hidup kita dan menganggap hidup kita adalah wajar,
padahal bukan itu yang Tuhan inginkan. Jika demikian, maka kita harus
benar-benar berhati-hati dalam hidup kita, supaya hidup kita tidak menjadi batu
sandungan atau menyesatkan orang lain. Mari kita jaga hidup kita dengan
kekudusan di dunia ini, supaya kita jangan masuk ke dalam golongan orang-orang
yang akan dibuang dari hadirat Allah dan masuk ke dalam api kekal
selama-lamanya (ay. 42).
Bacaan
Alkitab: Matius 13:36-42
13:36 Maka Yesus pun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang.
Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami
perumpamaan tentang lalang di ladang itu."
13:37 Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah
Anak Manusia;
13:38 ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang
anak-anak si jahat.
13:39 Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah
akhir zaman dan para penuai itu malaikat.
13:40 Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian
juga pada akhir zaman.
13:41 Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan
mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan
kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya.
13:42 Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan
terdapat ratapan dan kertakan gigi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.