Jumat, 31 Agustus 2012

Apa yang Mendorong Kita?


Sabtu, 1 September 2012
Bacaan Alkitab: Ibrani 10:19-25
 Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.” (Ibr 10:24)


Apa yang Mendorong Kita?


Salah satu hal yang saya benci dari bus umum (kecuali bus Trans Jakarta mungkin) dan angkutan kota (angkot) di Jakarta adalah kebiasaan mereka untuk ngetem mencari penumpang. Sebagian besar bus dan angkot di Jakarta biasanya menunggu di tempat-tempat strategis untuk menunggu penumpang. Mereka tidak akan berangkat kecuali tempat duduk sudah terisi penuh atau khususnya bagi bus umum, ada bus lain yang terlihat sudah dekat dan akan menyusul mereka. Jika demikian, bus tersebut yang sebelumnya berjalan pelan-pelan atau berhenti, akan langsung tancap gas dan mengemudi dengan ugal-ugalan agar tidak disusul bus di belakangnya. Jika boleh saya simpulkan, supir bus kota melakukan pekerjaannya bukan karena ia ingin mengantarkan penumpangnya cepat sampai, melainkan karena takut disusul bus belakangnya. Itulah yang mendorong bus itu akhirnya dapat berjalan setelah beberapa waktu lamanya ngetem.

Ketika saya memperhatikan fenomena ini (karena saya cukup sering naik bus kota atau angkot), saya melihat bahwa hal seperti ini juga terjadi dalam kehidupan orang percaya. Apa buktinya? Masih cukup banyak orang percaya yang hidup dalam kondisi stagnan, diam, tidak bergerak, dan tidak maju-maju. Mereka ingin berada di zona nyaman dan tidak mau melakukan hal-hal yang membuat mereka tidak merasa tidak nyaman. Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satunya menurut saya adalah karena mereka memiliki faktor pendorong yang salah dalam kehidupan mereka, khususnya dalam kehidupan rohani mereka.

Bacaan Alkitab kita hari ini mengatakan bahwa dasar dari segala iman dan kepercayaan kita adalah oleh karena pengorbanan Kristus di atas kayu salib. Dengan pengorbanan Kristus tersebut, kita dapat masuk ke jalan yang baru yaitu masuk tempat kudus (ay. 19-20). Dalam Alkitab, tempat kudus merupakan gambaran tempat di mana Tuhan hadir. Dengan kata lain, Tuhan Yesuslah yang menjadi jalan sehingga kita bisa datang ke hadirat Allah (Yoh 14:6). Yesus telah menjadi Imam Besar bagi kita, untuk memperdamaikan kita yang berdosa ini dengan Allah (Ibr 2:17).

Selanjutnya, setelah kita memiliki keselamatan melalui iman, kita pun tidak boleh hanya bersikap pasif begitu saja. Kita harus memiliki kerinduan untuk selalu datang kepada Allah dan menghadap Allah, karena kita telah disucikan oleh Tuhan (ay. 22). Orang yang belum diperdamaikan oleh Tuhan tentu saja adalah musuh Tuhan, oleh karena itu mereka pasti memiliki ketakutan untuk menghadap Tuhan, sama seperti Adam dan Hawa ketika jatuh dalam dosa lalu bersembunyi ketika Allah datang (Kej 3:8). Akan tetapi kita yang telah diperdamaikan, terlebih telah disucikan Tuhan, kita harus memiliki keberanian untuk datang kepada Tuhan, dan bahkan justru berpegang pada iman dan pengharapan kita tersebut (ay. 23).

Lalu, apakah hal itu sudah cukup untuk mengisi kehidupan kita sebagai orang percaya? Tidak. Masih ada hal lain yang harus kita lakukan yaitu juga mendorong orang lain dalam kasih dan hal-hal baik yang kita lakukan (ay. 24). Kita diselamatkan bukan hanya bagi diri kita sendiri, tetapi juga bagi orang lain agar mereka juga memiliki mengenal keselamatan tersebut. Kita yang sudah ditebus oleh Kristus, tidak boleh hidup bagi diri kita sendiri, tetapi harus hidup bagi Tuhan dan melakukan kehendakNya (2 Kor 5:15). Oleh karena itu, kita pun  tidak boleh melalaikan pertemuan ibadah-ibadah kita, tetapi justru harus semakin sering melakukannya agar kita dapat saling menasihati dan membangun satu sama lain (ay. 25).

Inilah yang seharusnya mendorong setiap orang percaya dalam kehidupan rohaninya. Kita pun perlu memiliki faktor pendorong yang benar, yaitu yang dilandasi oleh kebenaran Firman Tuhan. Jangan sampai kita memiliki mental seperti bus kota, yang harus “diingatkan” atau “diancam” dulu baru mau melangkah di dalam Tuhan. Apa iya kita harus mengalami masalah dulu baru kita berdoa? Atau apa iya kita harus diberi kesusahan oleh Tuhan dulu baru kita datang ke gereja? Siapa yang memerlukan? Kita yang memerlukan Tuhan atau Tuhan yang memerlukan kita? Oleh karena itu, mari kita juga memiliki dasar yang benar, sehingga hal tersebut dapat mendorong kita untuk melakukan apa yang benar sesuai dengan Firman Tuhan.


Bacaan Alkitab: Ibrani 10:19-25
10:19 Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,
10:20 karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,
10:21 dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
10:22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
10:23 Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
10:24 Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
10:25 Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.