Sabtu, 1 September 2012
Bacaan Alkitab: Ibrani 10:19-25
“Dan marilah kita saling memperhatikan supaya
kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.” (Ibr 10:24)
Apa yang Mendorong Kita?
Salah satu hal
yang saya benci dari bus umum (kecuali bus Trans Jakarta mungkin) dan angkutan
kota (angkot) di Jakarta adalah kebiasaan mereka untuk ngetem mencari penumpang. Sebagian besar bus dan angkot di Jakarta
biasanya menunggu di tempat-tempat strategis untuk menunggu penumpang. Mereka
tidak akan berangkat kecuali tempat duduk sudah terisi penuh atau khususnya
bagi bus umum, ada bus lain yang terlihat sudah dekat dan akan menyusul mereka.
Jika demikian, bus tersebut yang sebelumnya berjalan pelan-pelan atau berhenti,
akan langsung tancap gas dan mengemudi dengan ugal-ugalan agar tidak disusul
bus di belakangnya. Jika boleh saya simpulkan, supir bus kota melakukan
pekerjaannya bukan karena ia ingin mengantarkan penumpangnya cepat sampai,
melainkan karena takut disusul bus belakangnya. Itulah yang mendorong bus itu
akhirnya dapat berjalan setelah beberapa waktu lamanya ngetem.
Ketika saya
memperhatikan fenomena ini (karena saya cukup sering naik bus kota atau
angkot), saya melihat bahwa hal seperti ini juga terjadi dalam kehidupan orang
percaya. Apa buktinya? Masih cukup banyak orang percaya yang hidup dalam
kondisi stagnan, diam, tidak bergerak, dan tidak maju-maju. Mereka ingin berada
di zona nyaman dan tidak mau melakukan hal-hal yang membuat mereka tidak merasa
tidak nyaman. Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satunya menurut saya adalah
karena mereka memiliki faktor pendorong yang salah dalam kehidupan mereka,
khususnya dalam kehidupan rohani mereka.
Bacaan Alkitab
kita hari ini mengatakan bahwa dasar dari segala iman dan kepercayaan kita
adalah oleh karena pengorbanan Kristus di atas kayu salib. Dengan pengorbanan
Kristus tersebut, kita dapat masuk ke jalan yang baru yaitu masuk tempat kudus
(ay. 19-20). Dalam Alkitab, tempat kudus merupakan gambaran tempat di mana
Tuhan hadir. Dengan kata lain, Tuhan Yesuslah yang menjadi jalan sehingga kita
bisa datang ke hadirat Allah (Yoh 14:6). Yesus telah menjadi Imam Besar bagi
kita, untuk memperdamaikan kita yang berdosa ini dengan Allah (Ibr 2:17).
Selanjutnya,
setelah kita memiliki keselamatan melalui iman, kita pun tidak boleh hanya bersikap
pasif begitu saja. Kita harus memiliki kerinduan untuk selalu datang kepada
Allah dan menghadap Allah, karena kita telah disucikan oleh Tuhan (ay. 22).
Orang yang belum diperdamaikan oleh Tuhan tentu saja adalah musuh Tuhan, oleh
karena itu mereka pasti memiliki ketakutan untuk menghadap Tuhan, sama seperti
Adam dan Hawa ketika jatuh dalam dosa lalu bersembunyi ketika Allah datang (Kej
3:8). Akan tetapi kita yang telah diperdamaikan, terlebih telah disucikan
Tuhan, kita harus memiliki keberanian untuk datang kepada Tuhan, dan bahkan
justru berpegang pada iman dan pengharapan kita tersebut (ay. 23).
Lalu, apakah hal
itu sudah cukup untuk mengisi kehidupan kita sebagai orang percaya? Tidak.
Masih ada hal lain yang harus kita lakukan yaitu juga mendorong orang lain
dalam kasih dan hal-hal baik yang kita lakukan (ay. 24). Kita diselamatkan
bukan hanya bagi diri kita sendiri, tetapi juga bagi orang lain agar mereka
juga memiliki mengenal keselamatan tersebut. Kita yang sudah ditebus oleh
Kristus, tidak boleh hidup bagi diri kita sendiri, tetapi harus hidup bagi
Tuhan dan melakukan kehendakNya (2 Kor 5:15). Oleh karena itu, kita pun tidak boleh melalaikan pertemuan
ibadah-ibadah kita, tetapi justru harus semakin sering melakukannya agar kita
dapat saling menasihati dan membangun satu sama lain (ay. 25).
Inilah yang
seharusnya mendorong setiap orang percaya dalam kehidupan rohaninya. Kita pun
perlu memiliki faktor pendorong yang benar, yaitu yang dilandasi oleh kebenaran
Firman Tuhan. Jangan sampai kita memiliki mental seperti bus kota, yang harus
“diingatkan” atau “diancam” dulu baru mau melangkah di dalam Tuhan. Apa iya
kita harus mengalami masalah dulu baru kita berdoa? Atau apa iya kita harus
diberi kesusahan oleh Tuhan dulu baru kita datang ke gereja? Siapa yang
memerlukan? Kita yang memerlukan Tuhan atau Tuhan yang memerlukan kita? Oleh
karena itu, mari kita juga memiliki dasar yang benar, sehingga hal tersebut
dapat mendorong kita untuk melakukan apa yang benar sesuai dengan Firman Tuhan.
Bacaan Alkitab: Ibrani 10:19-25
10:19 Jadi,
saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke
dalam tempat kudus,
10:20 karena Ia
telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu
diri-Nya sendiri,
10:21 dan kita
mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
10:22 Karena itu
marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman
yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat
dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
10:23 Marilah
kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang
menjanjikannya, setia.
10:24 Dan marilah
kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam
pekerjaan baik.
10:25 Janganlah
kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan
oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat
melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.