Senin, 20 Agustus 2012
Bacaan Alkitab: Matius 18:21-22
“Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku
berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali
tujuh kali. "” (Mat 18:22)
Memaafkan Lahir Batin
Pada hari raya
Idul Fitri ini, kita pasti familiar dengan istilah “mohon maaf lahir dan
batin”. Memang tidak ada salahnya memaafkan orang lain, terlebih memaafkan
lahir dan batin, yang jika diistilahkan dengan kata-kata saya, hal itu sama
saja dengan memaafkan seluruhnya, bahkan memaafkan tidak hanya jasmani juga,
tetapi memaafkan dalam jiwa dan roh
kita. Kita mudah saja mengatakan kepada orang yang pernah menyakiti kita, “Ya,
saya sudah memaafkan anda”, tetapi pertanyaannya, apakah kita sudah
sungguh-sungguh memaafkan orang tersebut dari dalam hati? Apakah itu hanya
perkataan yang keluar dari bibir kita tetapi di dalam hati kita masih dongkol?
Dalam bacaan
Alkitab kali ini, kita melihat bagaimana Petrus tiba-tiba datang kepada Tuhan
Yesus dan berkata, “Berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia bersalah
terhadap aku? Apakah sampai tujuh kali?” (ay. 21). Pertanyaan Petrus tersebut
mungkin didasari bahwa ada orang lain yang bersalah kepadanya, entah dalam hal
apa karena Alkitab pun tidak menceritakan latar belakang hal tersebut. Petrus
mungkin berpikir dalam hatinya, tujuh kali mengampuni sudah sangat banyak bagi
seseorang. Akan tetapi Yesus menjawab dengan tegas, “Bukan sampai tujuh kali, tetapi
sampai tujuh puluh kali tujuh kali” (ay. 22). Tujuh puluh kali tujuh itu sama
dengan 490 kali. Banyak di antara kita yang mungkin bertanya, apakah memang
angka 490 kali ini merupakan angka yang mutlak atau hanya gambaran saja bahwa
kita harus mengampuni hingga tidak terhingga?
Saya mencoba
memberi gambaran seperti ini. Jika kita mampu mengampuni hingga 490 kali untuk
kesalahan seseorang kepada kita, saya yakin kita pasti sudah tidak
mempermasalahkan kesalahan orang tersebut. Artinya adalah bahwa Tuhan ingin
kita selalu mengampuni kesalahan orang lain. Tetapi kita juga tetap harus
bersikap bijaksana dan penuh hikmat dari Tuhan. Contohnya adalah jika ada orang
menipu kita dalam urusan bisnis, ya memang kita harus memaafkan kesalahan orang
tersebut. Tetapi di sisi lain kita pun perlu memiliki hikmat, agar kita jangan
sampai kena tipu lagi. Yang sudah berlalu biarlah berlalu, tetapi untuk ke
depannya kita pun perlu lebih berhati-hati ketika berbisnis dengan orang
tersebut.
Orang yang tidak
bisa mengampuni sebetulnya merupakan orang yang seharusnya paling dikasihani. Mengapa
demikian? Karena orang tersebut akan menyimpan dendam tersebut di dalam
hatinya. Alkitab memberi contoh Kain yang mendendam kepada Habel, padahal
sebenarnya Habel tidak melakukan kesalahan kepada Kain. Tuhan sebenarnya sudah
mengingatkan Kain, “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak
akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik,
dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau
harus berkuasa atasnya” (Kej 4:6-7). Andaikata Kain segera “memaafkan” Habel,
mungkin ceritanya akan lain dan Habel tidak perlu dibunuh. Akan tetapi karena
Kain tidak mau “memaafkan” Habel, maka akhirnya Kain pun membunuh Habel.
Orang yang tidak
bisa mengampuni atau memaafkan itu memiliki potensi untuk bersikap nekad,
bahkan mungkin bisa sampai membunuh orang tersebut. Kita sebagai anak-anak
Tuhan tidak boleh memiliki sikap yang sama seperti dunia, yaitu “mata ganti
mata, gigi ganti gigi”. Tuhan Yesus mengatakan bahwa jika kita mengasihi orang
yang berbuat baik kepada kita, semua orang juga sudah melakukannya. Tetapi
Tuhan mau agar kita mengasihi musuh kita. Dan bagaimanakah cara kita mengasihi musuh kita? Langkah pertama adalah
dengan cara memaafkan atau mengampuni orang tersebut. Tanpa pengampunan tidak
akan ada kasih. Kita sudah terlebih dahulu diampuni oleh Tuhan, itulah sebabnya
kita pun harus mengampuni orang lain. Doa Bapa Kami antara lain menyatakan
bahwa “Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang
yang bersalah kepada kami” (Mat 6:12). Jadi jika kita tidak mau mengampuni
orang lain, maka Tuhan pun tidak akan mau mengampuni kita. Jadikan pengampunan
kita sebagai gaya hidup kita sebagai anak-anak Tuhan, sehingga orang lain pun
bisa melihat bahwa hidup kita pun memancarkan kasih Tuhan yang telah terlebih
dahulu mengampuni kita. Jangan hanya memaafkan sekali setahun, tetapi maafkanlah orang lain setiap hari, bahkan setiap saat.
Bacaan Alkitab: Matius 18:21-22
18:21 Kemudian
datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku
harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh
kali?"
18:22 Yesus
berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali,
melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.