Jumat, 24 Agustus 2012

Memaafkan Lahir Batin


Senin, 20 Agustus 2012
Bacaan Alkitab: Matius 18:21-22
 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. "” (Mat 18:22)


Memaafkan Lahir Batin


Pada hari raya Idul Fitri ini, kita pasti familiar dengan istilah “mohon maaf lahir dan batin”. Memang tidak ada salahnya memaafkan orang lain, terlebih memaafkan lahir dan batin, yang jika diistilahkan dengan kata-kata saya, hal itu sama saja dengan memaafkan seluruhnya, bahkan memaafkan tidak hanya jasmani juga, tetapi  memaafkan dalam jiwa dan roh kita. Kita mudah saja mengatakan kepada orang yang pernah menyakiti kita, “Ya, saya sudah memaafkan anda”, tetapi pertanyaannya, apakah kita sudah sungguh-sungguh memaafkan orang tersebut dari dalam hati? Apakah itu hanya perkataan yang keluar dari bibir kita tetapi di dalam hati kita masih dongkol?

Dalam bacaan Alkitab kali ini, kita melihat bagaimana Petrus tiba-tiba datang kepada Tuhan Yesus dan berkata, “Berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia bersalah terhadap aku? Apakah sampai tujuh kali?” (ay. 21). Pertanyaan Petrus tersebut mungkin didasari bahwa ada orang lain yang bersalah kepadanya, entah dalam hal apa karena Alkitab pun tidak menceritakan latar belakang hal tersebut. Petrus mungkin berpikir dalam hatinya, tujuh kali mengampuni sudah sangat banyak bagi seseorang. Akan tetapi Yesus menjawab dengan tegas, “Bukan sampai tujuh kali, tetapi sampai tujuh puluh kali tujuh kali” (ay. 22). Tujuh puluh kali tujuh itu sama dengan 490 kali. Banyak di antara kita yang mungkin bertanya, apakah memang angka 490 kali ini merupakan angka yang mutlak atau hanya gambaran saja bahwa kita harus mengampuni hingga tidak terhingga?

Saya mencoba memberi gambaran seperti ini. Jika kita mampu mengampuni hingga 490 kali untuk kesalahan seseorang kepada kita, saya yakin kita pasti sudah tidak mempermasalahkan kesalahan orang tersebut. Artinya adalah bahwa Tuhan ingin kita selalu mengampuni kesalahan orang lain. Tetapi kita juga tetap harus bersikap bijaksana dan penuh hikmat dari Tuhan. Contohnya adalah jika ada orang menipu kita dalam urusan bisnis, ya memang kita harus memaafkan kesalahan orang tersebut. Tetapi di sisi lain kita pun perlu memiliki hikmat, agar kita jangan sampai kena tipu lagi. Yang sudah berlalu biarlah berlalu, tetapi untuk ke depannya kita pun perlu lebih berhati-hati ketika berbisnis dengan orang tersebut.

Orang yang tidak bisa mengampuni sebetulnya merupakan orang yang seharusnya paling dikasihani. Mengapa demikian? Karena orang tersebut akan menyimpan dendam tersebut di dalam hatinya. Alkitab memberi contoh Kain yang mendendam kepada Habel, padahal sebenarnya Habel tidak melakukan kesalahan kepada Kain. Tuhan sebenarnya sudah mengingatkan Kain, “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya” (Kej 4:6-7). Andaikata Kain segera “memaafkan” Habel, mungkin ceritanya akan lain dan Habel tidak perlu dibunuh. Akan tetapi karena Kain tidak mau “memaafkan” Habel, maka akhirnya Kain pun membunuh Habel.

Orang yang tidak bisa mengampuni atau memaafkan itu memiliki potensi untuk bersikap nekad, bahkan mungkin bisa sampai membunuh orang tersebut. Kita sebagai anak-anak Tuhan tidak boleh memiliki sikap yang sama seperti dunia, yaitu “mata ganti mata, gigi ganti gigi”. Tuhan Yesus mengatakan bahwa jika kita mengasihi orang yang berbuat baik kepada kita, semua orang juga sudah melakukannya. Tetapi Tuhan mau agar kita mengasihi musuh kita. Dan bagaimanakah cara kita  mengasihi musuh kita? Langkah pertama adalah dengan cara memaafkan atau mengampuni orang tersebut. Tanpa pengampunan tidak akan ada kasih. Kita sudah terlebih dahulu diampuni oleh Tuhan, itulah sebabnya kita pun harus mengampuni orang lain. Doa Bapa Kami antara lain menyatakan bahwa “Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami” (Mat 6:12). Jadi jika kita tidak mau mengampuni orang lain, maka Tuhan pun tidak akan mau mengampuni kita. Jadikan pengampunan kita sebagai gaya hidup kita sebagai anak-anak Tuhan, sehingga orang lain pun bisa melihat bahwa hidup kita pun memancarkan kasih Tuhan yang telah terlebih dahulu mengampuni kita. Jangan hanya memaafkan sekali setahun, tetapi maafkanlah orang lain setiap hari, bahkan setiap saat.


Bacaan Alkitab: Matius 18:21-22
18:21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
18:22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.