Jumat, 10 Agustus 2012
Bacaan Alkitab: 1 Korintus
13:11-12
“Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata
seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti
kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat
kanak-kanak itu.” (1 Kor 13:11)
Masih Kanak-kanak atau Sudah Dewasa?
Ketika saya masih
sekolah di tingkat SMU, adik perempuan saya yang masih SMP menjalin hubungan
(entah pacaran atau entah masih cinta monyet) dengan salah seorang remaja di
gereja saya. Mungkin karena usianya masih muda, jadi apa yang mereka lakukan ya
hampir sama seperti apa yang biasa remaja-remaja lakukan, yaitu jalan bareng,
ngobrol bareng, dan lain sebagainya. Hanya saja, mereka biasanya hanya bertemu
di gereja saja setiap minggunya. Tiba-tiba suatu hari remaja itu datang ke
rumah saya untuk bertemu adik saya itu. Akan tetapi, ada yang aneh, ia datang
dengan mengajak teman-teman SMP-nya dengan total enam orang termasuk dirinya.
Saya saat itu agak heran dengan anak ini, okelah jika ingin berkunjung dan malu
datang sendiri, ya sebaiknya mengajak satu orang teman saja sudah cukup, lha ini malah mengajak serombongan dan
“bertamunya” pun hanya di luar rumah di depan pagar. Sejak itu sepertinya
hubungan adik saya dengan anak tersebut lama-lama renggang dan akhirnya putus.
Ketika saya
mengingat kembali kejadian tersebut, saya berpikir, mengapa anak itu sampai
melakukan hal yang aneh seperti itu ya? Mungkin saja kalau ia berani datang
sendiri ke rumah, ia akan diterima dengan baik di rumah saya. Tetapi justru
karena membawa teman-temannya, hal itu malah menjatuhkan image-nya di depan adik saya dan seluruh keluarga saya. Akan tetapi
saya teringat bahwa apa yang dilakukan anak tersebut mungkin wajar menurut
pemikiran anak seusianya. Akan tetapi, bagi orang yang lebih dewasa, apalagi
bagi orang tua saya, hal itu adalah hal yang sangat kekanak-kanakan.
Dalam bacaan
Alkitab kita hari ini, kita melihat bagaimana Paulus mengingatkan jemaat
Korintus agar tidak selalu memiliki pola pikir seperti kanak-kanak. Sama
seperti manusia bertumbuh secara jasmani, dari bayi, kanak-kanak, remaja,
pemuda, dan menjadi dewasa, demikian pula manusia juga harus bertumbuh secara
rohani (ay. 11). Ketika kita baru percaya kepada Yesus Kristus sebagai
Juruselamat pribadi kita, itu dinamakan sebagai lahir baru (lahir secara
rohani), dan selanjutnya kita harus bertumbuh dan menjadi dewasa secara rohani.
Inilah tujuan hidup kita, bukan hanya puas sebagai kanak-kanak rohani, tetapi
menjadi dewasa secara rohani. Ketika kita masih kanak-kanak, maka pola pikir
dan iman kita pun adalah pola pikir kanak-kanak dan iman secara kanak-kanak.
Kita berdoa hanya untuk meminta bagi diri kita sendiri. Kita membaca Alkitab
dan datang ke gereja pun hanya karena rutinitas. Akan tetapi ketika kita sudah
mencapai tingkatan dewasa secara rohani, maka kita pun akan berdoa dengan pola
pikir yang lebih dewasa, yaitu agar kehendak Allah terjadi dalam kehidupan kita
dan dalam dunia ini.
Paulus
menekankan, bahwa inti dari perbedaan kanak-kanak dan dewasa adalah seberapa
banyak kita mengenal Tuhan dan memiliki hubungan dengan Tuhan (ay. 12). Ketika
kita kanak-kanak, kita masih melihat Tuhan sebagai gambaran yang samar-samar.
Akan tetapi, seiring dengan pertumbuhan rohani kita, kita harus semakin
bertambah mengenal Tuhan, karena nanti ketika kita berada di surga dalam
kekekalan, maka kita akan melihat Tuhan secara langsung, muka-dengan muka. Ukuran
pertumbuhan rohani kita diukur bagaimana hubungan kita dengan Tuhan, apakah
selama ini kita hanya seperti anak-anak yang hanya bisa terus menerus meminta
sesuatu kepada Bapa kita yang di surga, atau semakin hari semakin kita menjadi
mempelai perempuan yang berusaha untuk menyenangkan mempelai laki-laki yaitu
Tuhan Yesus Kristus. Pilihan ada pada kita, apakah kita mau hidup tetap seperti
anak-anak, ataukah kita mau berani melangkah dan belajar untuk menjadi dewasa,
yang tidak mudah diombang-ambingkan oleh keadaan dunia di sekitar kita?
Bacaan Alkitab: 1 Korintus
13:11-12
13:11 Ketika aku
kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti
kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi
dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
13:12 Karena
sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi
nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan
tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku
sendiri dikenal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.