Selasa, 14 Agustus 2012
Bacaan Alkitab: Kejadian 37:5-11
“Lalu ia [Yusuf] memimpikan pula mimpi yang
lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya. Katanya: "Aku
bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah
kepadaku."” (Kej 37:9)
Berpegang pada Visi dari Tuhan
Yusuf adalah
salah satu manusia yang luar biasa, tidak hanya pada zamannya, tetapi hingga
masa sekarang ini. Apa rahasia sukses Yusuf, sehingga ia bisa menjadi orang yang sangat hebat di
manapun ia berada? Salah satu kuncinya adalah bagaimana dalam masa mudanya, ia
mendapatkan visi dari Tuhan dan berpegang teguh pada visi itu hingga ia
berhasil mewujudkan visi tersebut.
Bacaan Alkitab
kita hari ini mengatakan bahwa pada suatu kali Yusuf mendapatkan mimpi dari
Tuhan, kemudian mimpi tersebut diceritakannya kepada saudara-saudaranya (ay.
5). Yusuf ini adalah anak pertama Yakub dari Rahel, isteri yang dicintainya,
sehingga Yusuf mendapatkan begitu banyak kasih sayang dari Yakub, dan hal
tersebut membuat saudara-saudaranya iri kepadanya (Kej 37:3-4). Saudara-saudara
Yusuf pun semakin iri kepada Yusuf karena mimpi yang diceritakan Yusuf itu,
yaitu berkas-berkas gandum milik saudaranya sujud menyembah kepada berkas
gandum milik Yusuf (ay. 6-7). Saudara-saudaranya kemudian berkata dengan nada
menyindir, “Apakah engkau ingin menjadi raja dan berkuasa atas kami?” (ay. 8).
Tetapi setelah
mimpi yang pertama tersebut, Yusuf kemudian mendapatkan mimpi yang lain yaitu
matahari, bulan, dan sebelas bintang sujud menyembah kepadanya (ay. 9). Setelah
mendapatkan mimpi yang kedua, Yusuf kemudian menceritakannya kepada ayahnya dan
saudara-saudaranya. Saat itu Yakub pun menegor Yusuf dengan berkata, “Mimpi apa
itu? Masakan aku dan ibumu dan saudara-saudaramu akan menyembah kepadamu?” (ay.
10). Alkitab mengatakan bahwa setelah mendengar mimpi tersebut,
saudara-saudaranya menjadi tambah benci kepada Yusuf, tetapi ayahnya (Yakub)
menyimpan hal itu dalam hatinya (ay. 11).
Apa yang dapat
kita pelajari di sini? Sebenarnya Yusuf pun sudah tahu makna dari mimpi-mimpi
tersebut. Hal ini terlihat dari tindakan Yusuf, yang pada mimpi pertama hanya
menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya, dan pada mimpi kedua ia
menceritakan juga kepada ayahnya dan saudara-saudaranya. Kemampuan mengartikan
mimpi tersebutlah yang akhirnya membawa Yusuf pada posisi sebagai wakil Firaun,
setelah ia berhasil mengartikan dua buah mimpi Firaun.
Dalam bahasa
Inggris, mimpi (dream) juga dapat
diartikan sebagai penglihatan (vision).
Kata vision ini juga dapat
diterjemahkan sebagai visi. Jadi Yusuf memegang teguh mimpi (visi) yang ia
dapatkan dari Tuhan, sehingga ia pun dapat menjadi orang yang berhasil. Visi
inilah yang membuat Yakub sanggup bertahan ketika ia dibuang ke dalam sumur,
dijual sebagai budak, bahkan menjadi tahanan karena apa yang ia sebenarnya
tidak lakukan. Visi itu membuat Yusuf sabar menantikan waktu Tuhan bahkan
ketika keadaan di sekitarnya tidak seperti apa yang ia inginkan. Dalam Alkitab
kita tidak pernah menemukan catatan bahwa Yusuf pernah mengeluh atas apa yang
ia alami dalam kehidupannya. Mengeluh dan bersyukur adalah dua hal yang saling
bertentangan. Orang yang mengeluh adalah orang yang tidak bersyukur, dan orang
yang tidak mengeluh berarti adalah orang yang bersyukur senantiasa kepada
Tuhan.
Sudah saatnya
kita berpegang kepada visi yang dari Tuhan. Paulus pun mengatakan kepada raja
Agripa bahwa “Kepada penglihatan yang dari sorga (heavenly vision) itu tidak pernah aku tidak taat”. Dari bahasa
Inggris ayat tersebut juga dapat berbunyi, “Kepada visi dari surga itu, tidak
pernah aku tidak taat”. Jika kita perhatikan sikap Yakub dan saudara-saudara
Yusuf yang lain pada ayat 11, kita pun akan melihat bahwa ketika
saudara-saudara Yusuf semakin benci kepada Yusuf, Yakub justru menyimpan semua
hal itu dalam hatinya. Yakub sebagai orang yang sudah berpengalaman dengan
hal-hal supranatural bersama Tuhan, menyadari bahwa jika Tuhan sudah memberikan
visi itu kepada Yusuf, maka bisa jadi memang Tuhan menginginkan Yusuf menjadi
raja, bahkan ketika Yakub harus menyembah Yusuf, anaknya yang ia kasihi
tersebut.
Memang kita pun
harus menguji apakah suatu visi yang kita terima itu adalah benar-benar visi
dari Tuhan. Akan berbahaya jika seorang pendeta misalnya, mengatakan kepada
jemaatnya bahwa ia mendapatkan visi dari Tuhan padahal sebenarnya itu adalah
visinya sendiri dan bukan visi dari Tuhan. Tuhan pasti akan menuntut
pertanggungjawaban dari pendeta tersebut ketika hari penghakiman tiba. Tetapi
apabila kita yakin bahwa visi tersebut adalah visi dari Tuhan, maka kita pun
harus berpegang teguh kepada visi tersebut.
Bacaan Alkitab: Kejadian 37:5-11
37:5 Pada suatu
kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada
saudara-saudaranya; sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya.
37:6 Karena
katanya kepada mereka: "Coba dengarkan mimpi yang kumimpikan ini:
37:7 Tampak kita
sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan
tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan
sujud menyembah kepada berkasku itu."
37:8 Lalu
saudara-saudaranya berkata kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi raja
atas kami? Apakah engkau ingin berkuasa atas kami?" Jadi makin bencilah
mereka kepadanya karena mimpinya dan karena perkataannya itu.
37:9 Lalu ia
memimpikan pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya.
Katanya: "Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang
sujud menyembah kepadaku."
37:10 Setelah hal
ini diceritakannya kepada ayah dan saudara-saudaranya, maka ia ditegor oleh
ayahnya: "Mimpi apa mimpimu itu? Masakan aku dan ibumu serta
saudara-saudaramu sujud menyembah kepadamu sampai ke tanah?"
37:11 Maka iri
hatilah saudara-saudaranya kepadanya, tetapi ayahnya menyimpan hal itu dalam
hatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.