Jumat, 3 Agustus 2012
Bacaan Alkitab: Yesaya 50:4-6
“Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah
seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada
orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar
seperti seorang murid.” (Yes 50:4)
Indera Seorang Hamba Tuhan
Seorang yang
telah menjadi hamba Tuhan, atau minimal mengaku sebagai hamba Tuhan, seharusnya
memiliki perilaku yang komplit luar dalam yang memuliakan Tuhan. Seorang hamba
Tuhan harus mencerminkan Tuhan yang ia layani dalam segala aspek hidupnya,
tidak hanya melalui perkataan yang ia sampaikan di atas mimbar misalnya, tetapi
juga dari apa yang ia lakukan, bahkan dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam
kehidupan bertetangga dan juga kehidupan keluarganya.
Nabi Yesaya
adalah salah satu hamba Tuhan yang dipanggil Tuhan dan dipakai Tuhan secara
luar biasa pada zamannya. Yesaya menyadari panggilannya, bahwa ia dipanggil
terutama untuk menjadi nabi Tuhan yang menyuarakan isi hati Tuhan kepada bangsa
Yehuda (Yes 6:8-9). Dalam pasal 50, kembali Yesaya menyampaikan bahwa Tuhan
telah memberikan kepada Yesaya lidah seorang murid (ay. 4). Lho, kok Tuhan
malah memberi Yesaya lidah seorang murid? Bukankah seharusnya Tuhan memberikan
lidah seorang pengajar?
Ini yang akan
kita pelajari dari Yesaya, bahwa seorang hamba Tuhan atau pelayan Tuhan
pertama-tama harus menjadi murid terlebih dahulu sebelum dapat memuridkan atau
mengajar orang lain. Kesebelas murid-murid Yesus (minus Yudas yang sudah mati
akibat berkhianat kepada Yesus), terlebih dahulu belajar dari Yesus selama
kurang lebih 3,5 tahun sebelum akhirnya mereka menjadi para pemberita Injil
yang akhirnya memuridkan orang lain.
Lidah adalah
salah satu indera terpenting yang dimiliki seorang hamba Tuhan, karena dengan
lidah ia memuji dan memuliakan Tuhan dan juga mengajar orang lain. Tetapi lidah
juga sangat mudah digunakan untuk mengucapkan kata-kata yang tidak pantas
diucapkan. Oleh karena itu penting bagi seorang hamba Tuhan untuk memiliki
lidah seorang murid, yang hanya menyampaikan apa yang diterima dari gurunya,
yaitu Tuhan sendiri, kepada orang yang membutuhkannya (ay. 4b).
Terkait dengan
hal itu, sebelum seorang hamba Tuhan bisa memiliki lidah yang dapat memberi
semangat bagi orang-orang yang letih lesu, hamba Tuhan tersebut perlu memiliki
telinga seorang murid (ay. 4c). Seorang murid harus mendengar apa yang
diajarkan gurunya. Ia tidak boleh mendengarkan apa yang diajarkan orang lain
tetapi harus fokus mendengar suara gurunya (ay. 5). Ketika seorang murid memberontak
dan tidak mau mendengarkan suara gurunya, maka di mata guru tersebut, orang itu
sudah bukan muridnya lagi. Ketika murid tersebut sudah memiliki level yang sama
dengan gurunya, barulah sang guru boleh menyatakan bahwa murid tersebut telah
lulus dalam pelajarannya. Jadi, jika seorang murid tidak mau mendengarkan apa
yang diajarkan oleh guru tersebut, bagaimana murid tersebut bisa memiliki
tingkatan yang sama dengan gurunya?
Selain itu,
seorang hamba Tuhan juga harus memiliki hati seperti murid. Sama seperti dunia
membenci Yesus karena Yesus tidak berasal dari dunia, maka seorang hamba Tuhan
juga harus siap dibenci oleh dunia karena ia adalah murid Yesus (Yoh 15:18-19).
Yesaya menggambarkan dengan jelas sekali konsekuensi atau risiko yang harus
ditanggung seorang hamba Tuhan, yaitu ketika ia harus mengalami aniaya, maka ia
harus siap menerimanya (ay. 6). Hal ini konsisten dengan ajaran Tuhan Yesus
yang menyatakan bahwa jika ada orang yang menampar pipi kanan kita, maka kita
pun harus memberikan pipi kiri kita (Mat 5:39).
Sekali lagi,
tidak mudah menjadi hamba Tuhan. Harus ada harga yang kita bayar untuk dapat
memiliki perkataan, pendengaran, dan hidup yang sesuai dengan standar Yesus. Menjadi
hamba Tuhan bukan hanya membayangkan hal yang enak-enak saja, tetapi juga harus
siap menghadapi aniaya yang mungkin harus kita terima. Untuk itulah seorang
hamba Tuhan harus memiliki sikap hati sebagai murid, yang selalu memiliki
keinginan dan kerinduan selalu belajar dari Guru Agung kita, yaitu Tuhan Yesus
Kristus.
Bacaan Alkitab: Yesaya 50:4-6
50:4 Tuhan ALLAH
telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku
dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia
mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.
50:5 Tuhan ALLAH
telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke
belakang.
50:6 Aku memberi
punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang
yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan
diludahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.