Jumat, 24 Agustus 2012

Persembahan yang Benar


Kamis, 23 Agustus 2012
Bacaan Alkitab: Lukas 21:1-4
 Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.” (Luk 21:4)


Persembahan yang Benar 


Saya sendiri sebenarnya tidak terlalu suka gereja yang meletakkan peti persembahan dan orang kemudian maju untuk memasukkan persembahannya ke dalam kotak tersebut. Saya lebih cenderung suka dengan sistem kantong kolekte yang diedarkan kemudian diedarkan ke jemaat dan jemaat memasukkan persembahan, entah itu kolekte biasa atau persembahan persepuluhan atau hal lainnya. Mengapa demikian, karena ketika orang maju untuk memasukkan uang atau amplop persembahan ke peti persembahan di depan, maka orang akan cenderung melihat siapa-siapa saja yang maju untuk memberikan persembahan. Bisa jadi orang yang suka memegahkan diri akan sering maju untuk memasukkan persembahannya ke dalam peti persembahan pada setiap ibadah dilaksanakan.

Yesus pada saat itu juga melihat banyak orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan (ay. 1). Berapa yang mereka masukkan, memang tidak dicatat secara jelas di dalam Alkitab. Justru Alkitab mencatat persembahan seorang janda miskin yang memasukkan uang sebesar dua peser ke dalam peti persembahan tersebut (ay. 2). Dalam kamus Alkitab, nilai dua peser ini dikatakan sama dengan satu duit, tetapi nilainya tidak diketahui, hanya dikatakan bahwa nilai tersebut sangat kecil.

Saya mengajak kita semua membayangkan apa yang dirasakan janda miskin tersebut. Ia mengantri untuk memasukkan persembahannya. Ia melihat orang-orang sebelumnya memasukkan banyak uang ke dalam persembahan, kemudian ia maju ke peti persembahan kemudian memasukkan uang dua peser ke dalam peti itu. Bisa dibayangkan mungkin ia merasa malu karena persembahannya paling sedikit di antara orang-orang lainnya. Akan tetapi justru Tuhan Yesus mengatakan bahwa janda miskin tersebut memberi lebih banyak daripada semua orang itu (ay. 3). Perhatikan ayat tersebut baik-baik, persembahan janda miskin tersebut jauh lebih besar daripada seluruh persembahan orang kaya yang tadi memasukkan persembahannya ke dalam peti.

Mengapa demikian? Memang Yesus sendiri sudah mengatakan alasannya, yaitu bahwa janda miskin tersebut memberi dari kekurangannya, bahkan memberi seluruh nafkahnya, sementara orang kaya itu memberi dari kelimpahannya (ay. 4). Janda miskin itu sudah tidak memiliki siapa-siapa untuk membantu dirinya, bahkan mungkin untuk makan pun ia menggantungkan hidupnya dari belas kasihan orang lain. Mungkin saja, uang dua peser tersebut sebenarnya bisa digunakan untuk membeli makan, akan tetapi janda miskin tersebut mempersembahkannya untuk Tuhan.

Memang jika kita baca sekilas, sepertinya Tuhan tidak melihat berapa nominal persembahan yang diberikan, tetapi melihat berapa persen persembahan yang diberikan. Orang kaya tersebut mungkin saja memberikan uang yang setara jutaan Rupiah, tetapi ketika kekayaan orang tersebut mencapai triliunan Rupiah, mungkin persembahan orang kaya hanya 0,0001% dari kekayaannya atau penghasilannya. Bandingkan dengan hukum Tuhan yang mengatakan bahwa seseorang harus memberikan minimal 10% dari penghasilannya kepada Tuhan (Mal 3:10). Janda miskin tersebut barangkali memberikan lebih dari 10% dari penghasilannya. Akan tetapi saya melihat perkataan Tuhan Yesus lebih dari itu, yaitu dimana kita juga harus memberikan seluruh hidup kita bagi Tuhan.

Sering kali kita lupa bahwa ketika kita memberi persembahan kepada Tuhan, kita harus memberikan dengan hati yang tulus. Janda miskin itu tidak punya motivasi lain untuk memberi persembahan selain karena ia ingin melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Sementara orang kaya mungkin saja memiliki motivasi lain yaitu agar persembahannya dilihat orang lain, dan orang lain pun dapat memuji bahwa orang kaya tersebut sudah memberikan banyak uang kepada Tuhan. Tetapi hal ini justru tidak sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus sendiri. Jika Tuhan Yesus saja memerintahkan agar ketika kita memberikan sedekah sebaiknya jangan sampai kita melakukannya dengan motivasi untuk dilihat dan dipuji orang (Mat 6:1-4), apalagi ketika kita memberi persembahan, tentunya harus dengan motivasi yang benar.

Lalu bagaimana yang harus kita lakukan? Bagaimana jika di gereja kita pun memang sudah disediakan peti persembahan, khususnya untuk persembahan persepuluhan, maka kita pun harus tetap memberikan persembahan melalui peti tersebut. Akan tetapi perlu kita ingat bahwa alangkah baiknya jika kita memberikan persembahan tersebut dengan hati dan motivasi yang murni di hadapan Tuhan. Jika memungkinkan, saya rasa tidak perlu menulis nama kita di dalam amplop persembahan, tetapi cukup dengan inisial atau jika perlu tidak perlu menulis nama. Bukankah tujuan kita memberikan persembahan bukan agar nama kita tercantum di daftar pemberi persembahan?


Bacaan Alkitab: Lukas 21:1-4
21:1 Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan.
21:2 Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu.
21:3 Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu.
21:4 Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.