Rabu, 15 Agustus 2012
Bacaan Alkitab: Matius 6:1-4
“Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban
agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu
tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.” (Mat 6:1)
Memberi Sedekah
Pada masa-masa
menjelang hari raya Lebaran, kita melihat bahwa di sejumlah daerah, ada
beberapa orang kaya yang membagikan sedekah kepada orang-orang miskin yang ada
di sekitarnya. Pembagian sedekah ini kadang-kadang dilakukan secara
besar-besaran bahkan hingga diliput oleh wartawan. Sayangnya, beberapa
pembagian sedekah ini mengharuskan orang miskin yang mau menerimanya harus rela
mengantri. Mereka harus berdesak-desakan untuk mendapatkan sedekah yang
sebetulnya jumlahnya tidak seberapa. Agar mendapatkan sedekah yang lebih banyak
(karena sedekah biasanya diberikan per kepala), orang-orang miskin ini bahkan
rela membawa anak-anaknya dan bahkan orang-orang yang sudah tua juga. Karena
informasi yang cepat menyebar, ada juga orang-orang yang datang dari luar
daerah hanya untuk mendapatkan sedekah tersebut.
Sebetulnya dari
fenomena seperti ini, kita dapat melihat dari kedua sisi, yaitu dari sisi orang
miskin yang memiliki mental “miskin”, yaitu mental meminta-minta dan
mengharapkan sumbangan dari orang lain. Padahal sebenarnya dalam kebanyakan
kasus, jumlah sedekah atau barang yang diterima tidak sebanding dengan usaha
yang harus dilakukan. Mereka harus datang dari luar daerah, membawa anak-anak
bahkan nenek-nenek yang sudah tua, antri berdesak-desakan dan bahkan dalam
liputan televisi kita bisa melihat cukup banyak pula yang terinjak-injak dan
pingsan.
Di sisi lain,
kita pun dapat melihat dari sudut pandang orang kaya yang tidak bijaksana.
Mereka mungkin saja kaya, tetapi barangkali caranya kurang bijaksana. Saya rasa
orang kaya tersebut bisa saja memberikan langsung sedekah kepada warga miskin
yang ada di sekitarnya, tidak harus meminta warga tersebut mengantri sedekah.
Bukankah lebih baik orang kaya tersebut yang mendatangi rumah orang miskin
untuk memberikan bantuan? Atau apakah memang orang kaya tersebut ingin diliput
wartawan sehingga orang lain dapat melihat bahwa ia adalah orang kaya yang
dermawan?
Tuhan Yesus
sendiri dengan tegas menyebutkan bahwa kita jangan melakukan kewajiban agama
kita agar dilihat orang dan dipuji orang (ay. 1a). Tuhan Yesus memberi contoh
yaitu orang-orang munafik yang ingin memberi sedekah lalu mencanangkannya
(mengucapkan niatnya itu dengan suara keras agar didengar orang lain) di rumah
ibadat dan di lorong-lorong agar mereka dipuji orang (ay. 2a). Tuhan Yesus
mengatakan bahwa ketika orang lain memuji kita karena apa yang kita lakukan,
maka sesungguhnya, itulah upah kita, yaitu pujian dari orang lain (ay. 2b).
Akan tetapi ketika kita melakukannya tanpa motivasi untuk dipuji orang, maka
sesungguhnya itulah upah kita dari Bapa di surga, yaitu ketika ibadah kita
berkenan di hadapan Tuhan (ay. 1b & 4).
Dalam bahasa yang
lebih “ekstrem” lagi, Tuhan Yesus berkata bahwa sedekah seharusnya diberikan dengan
tersembunyi. Barangkali cukup kita dan orang yang kita berikan yang tahu.
Jangan sampai tangan kiri tahu apa yang diberikan oleh tangan kanan kita (ay.
3). Saya yakin, jika dalam sedekah saja Tuhan meminta kita sampai melakukan
seperti ini, hal ini juga berlaku ketika kita memberikan persembahan kepada
Tuhan. Sayangnya masih banyak orang Kristen yang bersikap sama seperti orang
kaya dalam cerita saya di atas. Ada yang memberikan persembahan secara
terang-terangan dengan cara menulis nama lengkap + gelar pada amplop
persembahan yang diberikannya. Atau dengan terbuka menyumbang sesuatu yang
besar untuk pembangunan gereja, asal namanya ditulis sebagai daftar penyumbang
di urutan pertama.
Memang Firman
Tuhan itu kadang-kadang terasa berat untuk dapat dilakukan bukan karena
perintah Tuhan itu berat, tetapi karena kita harus melawan ego kita. Semua
manusia ingin dihormati, sehingga jika ego kita tidak dapat kita kendalikan,
maka kita pun tidak akan dapat menuundukkan diri kepada Firman Tuhan. Jika ego
kita tidak kita kendalikan, maka kita akan memberi dengan tangan kanan, dan
bukan hanya tangan kiri yang tahu bahkan kaki kanan dan kaki kiri juga tahu
(yang artinya ketika kita memberikan sedekah atau persembahan, kita
“berkoar-koar” sehingga banyak orang lain yang tahu). Ingatlah bahwa kita harus
berani tampil beda dari yang lain. Di saat orang lain begitu bersemangat
dilihat orang bahwa mereka sudah melakukan kewajiban agama mereka, sudah
saatnya kita pun memiliki sikap rendah hati di hadapan manusia, karena siapa
yang merendahkan diri, justru akan ditinggikan oleh Tuhan (Mat 23:12, Luk
14:11).
Bacaan Alkitab: Matius 6:1-4
6:1
"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya
dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang
di sorga.
6:2 Jadi apabila
engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang
dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya
mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat
upahnya.
6:3 Tetapi jika
engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat
tangan kananmu.
6:4 Hendaklah
sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang
tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.