Selasa, 14 Agustus 2012

Memberi Sedekah


Rabu, 15 Agustus 2012
Bacaan Alkitab: Matius 6:1-4
Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.” (Mat 6:1)


Memberi Sedekah


Pada masa-masa menjelang hari raya Lebaran, kita melihat bahwa di sejumlah daerah, ada beberapa orang kaya yang membagikan sedekah kepada orang-orang miskin yang ada di sekitarnya. Pembagian sedekah ini kadang-kadang dilakukan secara besar-besaran bahkan hingga diliput oleh wartawan. Sayangnya, beberapa pembagian sedekah ini mengharuskan orang miskin yang mau menerimanya harus rela mengantri. Mereka harus berdesak-desakan untuk mendapatkan sedekah yang sebetulnya jumlahnya tidak seberapa. Agar mendapatkan sedekah yang lebih banyak (karena sedekah biasanya diberikan per kepala), orang-orang miskin ini bahkan rela membawa anak-anaknya dan bahkan orang-orang yang sudah tua juga. Karena informasi yang cepat menyebar, ada juga orang-orang yang datang dari luar daerah hanya untuk mendapatkan sedekah tersebut.

Sebetulnya dari fenomena seperti ini, kita dapat melihat dari kedua sisi, yaitu dari sisi orang miskin yang memiliki mental “miskin”, yaitu mental meminta-minta dan mengharapkan sumbangan dari orang lain. Padahal sebenarnya dalam kebanyakan kasus, jumlah sedekah atau barang yang diterima tidak sebanding dengan usaha yang harus dilakukan. Mereka harus datang dari luar daerah, membawa anak-anak bahkan nenek-nenek yang sudah tua, antri berdesak-desakan dan bahkan dalam liputan televisi kita bisa melihat cukup banyak pula yang terinjak-injak dan pingsan.

Di sisi lain, kita pun dapat melihat dari sudut pandang orang kaya yang tidak bijaksana. Mereka mungkin saja kaya, tetapi barangkali caranya kurang bijaksana. Saya rasa orang kaya tersebut bisa saja memberikan langsung sedekah kepada warga miskin yang ada di sekitarnya, tidak harus meminta warga tersebut mengantri sedekah. Bukankah lebih baik orang kaya tersebut yang mendatangi rumah orang miskin untuk memberikan bantuan? Atau apakah memang orang kaya tersebut ingin diliput wartawan sehingga orang lain dapat melihat bahwa ia adalah orang kaya yang dermawan?

Tuhan Yesus sendiri dengan tegas menyebutkan bahwa kita jangan melakukan kewajiban agama kita agar dilihat orang dan dipuji orang (ay. 1a). Tuhan Yesus memberi contoh yaitu orang-orang munafik yang ingin memberi sedekah lalu mencanangkannya (mengucapkan niatnya itu dengan suara keras agar didengar orang lain) di rumah ibadat dan di lorong-lorong agar mereka dipuji orang (ay. 2a). Tuhan Yesus mengatakan bahwa ketika orang lain memuji kita karena apa yang kita lakukan, maka sesungguhnya, itulah upah kita, yaitu pujian dari orang lain (ay. 2b). Akan tetapi ketika kita melakukannya tanpa motivasi untuk dipuji orang, maka sesungguhnya itulah upah kita dari Bapa di surga, yaitu ketika ibadah kita berkenan di hadapan Tuhan (ay. 1b & 4).

Dalam bahasa yang lebih “ekstrem” lagi, Tuhan Yesus berkata bahwa sedekah seharusnya diberikan dengan tersembunyi. Barangkali cukup kita dan orang yang kita berikan yang tahu. Jangan sampai tangan kiri tahu apa yang diberikan oleh tangan kanan kita (ay. 3). Saya yakin, jika dalam sedekah saja Tuhan meminta kita sampai melakukan seperti ini, hal ini juga berlaku ketika kita memberikan persembahan kepada Tuhan. Sayangnya masih banyak orang Kristen yang bersikap sama seperti orang kaya dalam cerita saya di atas. Ada yang memberikan persembahan secara terang-terangan dengan cara menulis nama lengkap + gelar pada amplop persembahan yang diberikannya. Atau dengan terbuka menyumbang sesuatu yang besar untuk pembangunan gereja, asal namanya ditulis sebagai daftar penyumbang di urutan pertama.

Memang Firman Tuhan itu kadang-kadang terasa berat untuk dapat dilakukan bukan karena perintah Tuhan itu berat, tetapi karena kita harus melawan ego kita. Semua manusia ingin dihormati, sehingga jika ego kita tidak dapat kita kendalikan, maka kita pun tidak akan dapat menuundukkan diri kepada Firman Tuhan. Jika ego kita tidak kita kendalikan, maka kita akan memberi dengan tangan kanan, dan bukan hanya tangan kiri yang tahu bahkan kaki kanan dan kaki kiri juga tahu (yang artinya ketika kita memberikan sedekah atau persembahan, kita “berkoar-koar” sehingga banyak orang lain yang tahu). Ingatlah bahwa kita harus berani tampil beda dari yang lain. Di saat orang lain begitu bersemangat dilihat orang bahwa mereka sudah melakukan kewajiban agama mereka, sudah saatnya kita pun memiliki sikap rendah hati di hadapan manusia, karena siapa yang merendahkan diri, justru akan ditinggikan oleh Tuhan (Mat 23:12, Luk 14:11).



Bacaan Alkitab: Matius 6:1-4
6:1 "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.
6:2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.
6:4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.