Jumat, 24 Agustus 2012

Hamba Tuhan yang Bekerja


Senin, 27 Agustus 2012
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 18:1-3
 Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia [Paulus] tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah.” (Kis 18:3)


Hamba Tuhan yang Bekerja


Salah satu kesulitan bagi para hamba-hamba Tuhan yang melayani Tuhan adalah ketika mereka mencoba mencari nafkah di luar pelayanan mereka. Jika hamba Tuhan itu adalah seorang part timer, tentu saja tidak menjadi masalah. Banyak orang-orang yang bergelar pendeta (entah itu Pdt, Pdm, atau Pdp) tetapi juga masih bekerja di dunia sekuler, entah sebagai pegawai atau sebagai pengusaha (businessman). Akan tetapi bagaimana dengan hamba Tuhan yang melayani secara full timer? Bolehkah ia melakukan usaha lain selain melayani Tuhan?

Memang hal ini pun adalah suatu isu yang sensitif. Posisi seorang pendeta sebagai hamba Tuhan itu sepertinya selalu salah. Jika pendeta tidak punya mobil, ia dianggap sebagai seseorang yang kurang berkat, padahal jemaatnya saja sudah banyak yang punya mobil. Jika pendeta punya mobil, ia dianggap sebagai seseorang yang tidak mau merasakan nasib jemaatnya, karena masih ada jemaat yang belum memiliki mobil kok pendetanya sudah punya mobil. Demikian juga jika pendeta bekerja sampingan, maka ia dikatakan sebagai orang yang tidak beriman karena masih mencari “tambahan” di luar. Sementara jika pendeta tidak bekerja tetapi hidupnya pas-pasan, maka ia dianggap sebagai orang yang tidak mau mengambil kesempatan dan berkat yang sudah disediakan oleh Tuhan.

Tetapi terlepas dari perdebatan tersebut, saya ingin melihat salah satu contoh dalam Alkitab. Memang Tuhan Yesus sendiri tidak bekerja dan Ia melayani Tuhan secara full time. Demikian juga dengan mayoritas kedua belas murid-murid Yesus yang melayani Tuhan secara full time. Akan tetapi apakah Paulus (yang adalah salah seorang hamba Tuhan yang sangat luar biasa yang menginjili bangsa-bangsa di luar bangsa Yahudi) juga memiliki kehidupan yang sama dengan Yesus dan keduabelar murid-muridNya?

Bacaan Alkitab kita hari ini menulis tentang Paulus yang dalam pelayanannya pindah dari Atena menuju ke kota Korintus (ay. 1). Di kota Korintus tersebut, ia bertemu dengan Priskila dan Akwila, yaitu orang Yahudi yang diusir dari kota Roma (ay. 2). Priskila dan Akwila ini pun nantinya akan menjadi rekan sekerja Paulus dalam memberitakan Injil (Kis 18:26, walaupun mereka tidak selalu berada di sisi Paulus dalam pelayanannya, namun dalam beberapa surat yang ditulis Paulus, nama Priskila dan Akwila beberapa kali disebut dalam salam oleh Paulus (Rm 16:3 dan 1 Kor 16:19).

Priskila dan Akwila ini adalah tukang kemah, dan Alkitab mengatakan bahwa Paulus pun memiliki pekerjaan (profesi) yang sama dengan mereka, yaitu tukang kemah (ay. 3). Saya pun awalnya bertanya-tanya, apa mungkin Paulus itu tidak melayani Tuhan secara full time ya? Tapi jika melihat apa yang dilakukan Paulus yaitu berkeliling ke seluruh kerajaan Romawi untuk mengabarkan Injil (bisa dilihat sejauh mana perjalanan Paulus di peta Alkitab di bagian belakang Alkitab terbitan LAI), pastilah Paulus ini merupakan seorang hamba Tuhan full timer.

Jadi kembali lagi ke pertanyaan di atas, apakah seorang hamba Tuhan (pendeta) boleh melakukan pekerjaan di luar pelayanannya? Jawaban saya (meski saya yakin pasti ada orang yang tidak setuju dengan jawaban saya ini) adalah hal itu tergantung pada motivasinya. Paulus bekerja sebagai tukang kemah salah satunya adalah agar tidak membebani jemaat yang dilayaninya, sehingga jemaat dapat memberikan persembahan mereka ke hamba Tuhan lain yang membutuhkannya, bahkan hasil dari pekerjaan Paulus pun dapat digunakan untuk membantu hamba-hamba Tuhan lainnya (Kis 20:34-35). Paulus memberi teladan yang luar biasa dalam hal ini. Pekerjaan yang dilakukannya bukanlah hal yang utama, tetapi sebagai penunjang, yaitu selain untuk menambah uang bagi pelayanan, tetapi juga menjadi kesempatan bagi Paulus untuk dapat menyampaikan Injil di tengah-tengah pekerjaannya.

Dalam konteks saat ini, saya sendiri secara pribadi tidak mempermasalahkan hamba Tuhan yang bekerja, walaupun status hamba Tuhan itu adalah hamba Tuhan full time sepanjang pekerjaan yang dilakukannya tidak menjadi hal yang lebih utama daripada pelayannya, pekerjaan tersebut tidak mengganggu pelayanannya dan dapat digunakan untuk mendukung pelayanannya. Contoh sederhananya, seorang hamba Tuhan di desa sah-sah saja menanam tanaman di kebunnya yang kemudian dapat dijual dan dananya dapat digunakan untuk membantu pelayanannya. Contoh lainnya, bisa saja isteri hamba Tuhan membuat kue-kue dan menjualnya sehingga dana hasil penjualan kue tersebut dapat digunakan untuk membantu pelayanan suaminya.

Memang batasan antara pekerjaan yang patut dan yang tidak patut dilakukan seorang hamba Tuhan full timer itu sangat tipis, bahkan bisa saya bilang batasannya sangat samar-samar dan kabur. Akan tetapi, mari kita kembali ke diri kita sendiri. Bagi hamba Tuhan yang ingin bekerja sambilan misalnya, coba dipikirkan baik-baik apakah kegiatan atau pekerjaan tersebut akan menjadi batu sandungan bagi jemaat atau tidak (1 Kor 8:9-13)? Ingat, Tuhan akan meminta tanggung jawab kita terkait jemaat yang kita gembalakan. Jadi jangan sampai apa yang anda lakukan justru tidak menjadi berkat bagi jemaat. Masih banyak pekerjaan yang bisa dilakukan yang selain juga dapat menambah penghasilan, tetapi juga dapat menjadi berkat bagi orang lain, misalnya menjadi guru agama atau menjadi dosen.

Saya memang tidak dapat mengatakan secara mutlak apakah seorang hamba Tuhan boleh bekerja atau tidak, karena hal tersebut sangat tergantung pada kondisi hamba Tuhan yang bersangkutan. Tetapi Alkitab sendiri  tidak melarang seseorang bekerja, bahkan seorang hamba Tuhan full timer sekalipun. Tetapi mari kita sendiri yang menguji motivasi kita, apakah dalam bekerja itu nama Tuhan dipermuliakan, atau justru ada motivasi lain di balik itu? Biarlah segala yang kita lakukan, entah itu makan atau minum, atau bahkan bekerja sekalipun, kita lakukan dengan motivasi untuk mempermuliakan nama Tuhan (1 Kor 10:31).


Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 18:1-3
18:1 Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus.
18:2 Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka.
18:3 Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.