Senin, 27 Agustus 2012
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul
18:1-3
“Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang
sama, ia [Paulus] tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja
bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah.” (Kis 18:3)
Hamba Tuhan yang Bekerja
Salah satu
kesulitan bagi para hamba-hamba Tuhan yang melayani Tuhan adalah ketika mereka
mencoba mencari nafkah di luar pelayanan mereka. Jika hamba Tuhan itu adalah
seorang part timer, tentu saja tidak
menjadi masalah. Banyak orang-orang yang bergelar pendeta (entah itu Pdt, Pdm,
atau Pdp) tetapi juga masih bekerja di dunia sekuler, entah sebagai pegawai
atau sebagai pengusaha (businessman).
Akan tetapi bagaimana dengan hamba Tuhan yang melayani secara full timer? Bolehkah ia melakukan usaha
lain selain melayani Tuhan?
Memang hal ini
pun adalah suatu isu yang sensitif. Posisi seorang pendeta sebagai hamba Tuhan
itu sepertinya selalu salah. Jika pendeta tidak punya mobil, ia dianggap sebagai
seseorang yang kurang berkat, padahal jemaatnya saja sudah banyak yang punya
mobil. Jika pendeta punya mobil, ia dianggap sebagai seseorang yang tidak mau
merasakan nasib jemaatnya, karena masih ada jemaat yang belum memiliki mobil
kok pendetanya sudah punya mobil. Demikian juga jika pendeta bekerja sampingan,
maka ia dikatakan sebagai orang yang tidak beriman karena masih mencari “tambahan”
di luar. Sementara jika pendeta tidak bekerja tetapi hidupnya pas-pasan, maka
ia dianggap sebagai orang yang tidak mau mengambil kesempatan dan berkat yang
sudah disediakan oleh Tuhan.
Tetapi terlepas
dari perdebatan tersebut, saya ingin melihat salah satu contoh dalam Alkitab.
Memang Tuhan Yesus sendiri tidak bekerja dan Ia melayani Tuhan secara full time. Demikian juga dengan
mayoritas kedua belas murid-murid Yesus yang melayani Tuhan secara full time. Akan tetapi apakah Paulus (yang
adalah salah seorang hamba Tuhan yang sangat luar biasa yang menginjili
bangsa-bangsa di luar bangsa Yahudi) juga memiliki kehidupan yang sama dengan
Yesus dan keduabelar murid-muridNya?
Bacaan Alkitab kita
hari ini menulis tentang Paulus yang dalam pelayanannya pindah dari Atena
menuju ke kota Korintus (ay. 1). Di kota Korintus tersebut, ia bertemu dengan Priskila
dan Akwila, yaitu orang Yahudi yang diusir dari kota Roma (ay. 2). Priskila dan
Akwila ini pun nantinya akan menjadi rekan sekerja Paulus dalam memberitakan
Injil (Kis 18:26, walaupun mereka tidak selalu berada di sisi Paulus dalam
pelayanannya, namun dalam beberapa surat yang ditulis Paulus, nama Priskila dan
Akwila beberapa kali disebut dalam salam oleh Paulus (Rm 16:3 dan 1 Kor 16:19).
Priskila dan
Akwila ini adalah tukang kemah, dan Alkitab mengatakan bahwa Paulus pun
memiliki pekerjaan (profesi) yang sama dengan mereka, yaitu tukang kemah (ay.
3). Saya pun awalnya bertanya-tanya, apa mungkin Paulus itu tidak melayani
Tuhan secara full time ya? Tapi jika
melihat apa yang dilakukan Paulus yaitu berkeliling ke seluruh kerajaan Romawi
untuk mengabarkan Injil (bisa dilihat sejauh mana perjalanan Paulus di peta
Alkitab di bagian belakang Alkitab terbitan LAI), pastilah Paulus ini merupakan
seorang hamba Tuhan full timer.
Jadi kembali lagi
ke pertanyaan di atas, apakah seorang hamba Tuhan (pendeta) boleh melakukan
pekerjaan di luar pelayanannya? Jawaban saya (meski saya yakin pasti ada orang
yang tidak setuju dengan jawaban saya ini) adalah hal itu tergantung pada
motivasinya. Paulus bekerja sebagai tukang kemah salah satunya adalah agar
tidak membebani jemaat yang dilayaninya, sehingga jemaat dapat memberikan
persembahan mereka ke hamba Tuhan lain yang membutuhkannya, bahkan hasil dari
pekerjaan Paulus pun dapat digunakan untuk membantu hamba-hamba Tuhan lainnya
(Kis 20:34-35). Paulus memberi teladan yang luar biasa dalam hal ini. Pekerjaan
yang dilakukannya bukanlah hal yang utama, tetapi sebagai penunjang, yaitu
selain untuk menambah uang bagi pelayanan, tetapi juga menjadi kesempatan bagi
Paulus untuk dapat menyampaikan Injil di tengah-tengah pekerjaannya.
Dalam konteks
saat ini, saya sendiri secara pribadi tidak mempermasalahkan hamba Tuhan yang bekerja,
walaupun status hamba Tuhan itu adalah hamba Tuhan full time sepanjang pekerjaan yang dilakukannya tidak menjadi hal
yang lebih utama daripada pelayannya, pekerjaan tersebut tidak mengganggu
pelayanannya dan dapat digunakan untuk mendukung pelayanannya. Contoh
sederhananya, seorang hamba Tuhan di desa sah-sah saja menanam tanaman di
kebunnya yang kemudian dapat dijual dan dananya dapat digunakan untuk membantu
pelayanannya. Contoh lainnya, bisa saja isteri hamba Tuhan membuat kue-kue dan
menjualnya sehingga dana hasil penjualan kue tersebut dapat digunakan untuk
membantu pelayanan suaminya.
Memang batasan
antara pekerjaan yang patut dan yang tidak patut dilakukan seorang hamba Tuhan full timer itu sangat tipis, bahkan bisa
saya bilang batasannya sangat samar-samar dan kabur. Akan tetapi, mari kita
kembali ke diri kita sendiri. Bagi hamba Tuhan yang ingin bekerja sambilan
misalnya, coba dipikirkan baik-baik apakah kegiatan atau pekerjaan tersebut akan
menjadi batu sandungan bagi jemaat atau tidak (1 Kor 8:9-13)? Ingat, Tuhan akan
meminta tanggung jawab kita terkait jemaat yang kita gembalakan. Jadi jangan
sampai apa yang anda lakukan justru tidak menjadi berkat bagi jemaat. Masih
banyak pekerjaan yang bisa dilakukan yang selain juga dapat menambah
penghasilan, tetapi juga dapat menjadi berkat bagi orang lain, misalnya menjadi
guru agama atau menjadi dosen.
Saya memang tidak
dapat mengatakan secara mutlak apakah seorang hamba Tuhan boleh bekerja atau
tidak, karena hal tersebut sangat tergantung pada kondisi hamba Tuhan yang
bersangkutan. Tetapi Alkitab sendiri
tidak melarang seseorang bekerja, bahkan seorang hamba Tuhan full timer sekalipun. Tetapi mari kita
sendiri yang menguji motivasi kita, apakah dalam bekerja itu nama Tuhan
dipermuliakan, atau justru ada motivasi lain di balik itu? Biarlah segala yang
kita lakukan, entah itu makan atau minum, atau bahkan bekerja sekalipun, kita
lakukan dengan motivasi untuk mempermuliakan nama Tuhan (1 Kor 10:31).
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul
18:1-3
18:1 Kemudian
Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus.
18:2 Di Korintus
ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia
baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius
telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus
singgah ke rumah mereka.
18:3 Dan karena
mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka.
Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.