Minggu, 19 Agustus 2012
Bacaan Alkitab: Markus 6:1-6a
“Maka Yesus berkata kepada mereka:
"Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di
antara kaum keluarganya dan di rumahnya."” (Mrk 6:4)
Ketika Tuhan Yesus “Mudik”
Saat-saat ini,
menjelang Hari Raya Lebaran, sudah menjadi tradisi di Indonesia untuk mudik
alias pulang ke kampung halaman dan bertemu dengan orang tua dan sanak saudara.
Saat ini mudik pun sudah bukan menjadi sesuatu yang identik dengan agama
tertentu, tetapi sudah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Saya sendiri juga
mengalami mudik, bahkan saya menulis renungan ini di kampung halaman isteri
saya. Saya juga mengalami bagaimana susahnya mencari tiket mudik hingga harus
antre berjam-jam. Saya mudik memang memanfaatkan kesempatan cuti bersama yang
diberikan kepada pegawai-pegawai di instansi saya. Saya merasa sayang apabila
diberikan kesempatan cuti bersama dan berlibur tetapi tidak dimanfaatkan untuk
bertemu sanak saudara. Terkait dengan hal tersebut, saya melihat ternyata dalam
Alkitab ada sebuah contoh yang menunjukkan bahwa Tuhan Yesus pun pernah
“mudik”.
Akan tetapi,
berbeda dengan mudik dalam konteks di Indonesia ini, Tuhan Yesus “mudik” bukan
dalam rangka bersilaturahmi dengan sanak saudaraNya. Alkitab mengatakan bahwa
Tuhan Yesus berkunjung ke kota-kota, termasuk ke kota tempat asal-Nya (yaitu
tempat Ia dibesarkan di kota Nazaaret) dalam rangka menceritakan Kabar Baik
kepada orang-orang yang ditemuiNya. Yesus pergi ke Nazaret didampingi oleh
murid-muridNya (ay. 1).
Seperti kebiasaan
pada waktu itu, orang yang dianggap sudah dewasa pun mendapat giliran untuk
membacakan Taurat di rumah ibadah yang ada. Saat itu, pada hari Sabat, Yesus
pun mulai mendapatkan giliran untuk membacakan Taurat dan mengajar pada rumah
ibadah di kota asalNya (ay. 2a). Saat itulah, orang banyak menjadi takjub
karena hikmat yang dimilikiNya (ay. 2b). Seharusnya para penduduk Nazaret
menjadi bangga, karena adalah salah satu warganya yang memiliki hikmat luar
biasa untuk mengajar dengan luar biasa pula, bahkan membuat mujizat di hadapan
orang banyak.
Akan tetapi
menarik melihat reaksi dari para penduduk Nazaret, yang notabene adalah
orang-orang yang mengenal Yesus sejak kecil hingga Ia memulai pelayananNya.
Orang Nazaret justru mengatakan hal yang negatif, “Bukankah Ia ini tukang kayu,
anak Maria? Bukankah saudara-saudaraNya ada bersama kita?” (ay. 3a). Penduduk
Nazaret justru melihat bahwa seharusnya Yesus itu tidak bisa melakukan mujizat
seperti ini. Mereka berpikir bahwa Yesus adalah orang biasa, seorang tukang
kayu, yang saudara-saudaraNya hidup di antara mereka. Alkitab mengatakan bahwa
orang Nazaret pun justru kecewa dan menolak Dia (ay. 3b).
Cukup aneh
mengapa harus penduduk Nazaret yang kecewa? Bukankah seharusnya Tuhan Yesus
yang lebih kecewa? Bisa jadi penduduk Nazaret kecewa mengapa kok justru Yesus
yang menjadi “nabi Tuhan”, bukan mereka. Akibatnya fatal, Yesus tidak
mengadakan satu mujizat pun di sana (ay. 5). Ia hanya menyembuhkan beberapa
orang sakit (yang tentunya mereka termasuk orang-orang yang percaya penuh
kepada Tuhan Yesus, bukan kebanyakan penduduk Nazaret). Saking herannya, Yesus
pun berkata, “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya
sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya” (ay. 4). Yesus pun heran
akan ketidakpercayaan mereka (ay. 6a).
Apa yang dapat
kita pelajari hari ini adalah bahwa kadang-kadang kita belum siap melihat Tuhan
memakai orang-orang terdekat kita, bahkan mungkin anggota keluarga kita,
sedangkan kita belum. Kita merasa iri mengapa Tuhan kok memakai orang itu,
bukankah kita juga sepertinya masih lebih baik dari orang itu? Ya ini sikap
yang harus kita hilangkan. Kita harus memiliki sikap berserah kepada Tuhan.
Jika memang Tuhan memakai orang lain selain kita, berarti ada maksud Tuhan yang
lain, bisa saja karena memang belum waktu kita, atau justru kita yang belum
siap dipakai Tuhan. Jangan menghakimi orang lain atau justru bersikap seperti
penduduk Nazaret tersebut. Jangan sampai karena sikap kita, justru Kerajaan
Allah tidak dapat hadir di tempat kita.
Bacaan Alkitab: Markus 6:1-6a
6:1 Kemudian
Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya
mengikuti Dia.
6:2 Pada hari
Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika
mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?
Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian
bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?
6:3 Bukankah Ia
ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan
bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka
kecewa dan menolak Dia.
6:4 Maka Yesus
berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di
tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."
6:5 Ia tidak
dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang
sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka.
6:6a Ia merasa
heran atas ketidakpercayaan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.