Jumat, 24 Agustus 2012

Ketika Tuhan Yesus “Mudik”


Minggu, 19 Agustus 2012
Bacaan Alkitab: Markus 6:1-6a
 Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."” (Mrk 6:4)


Ketika Tuhan Yesus “Mudik”


Saat-saat ini, menjelang Hari Raya Lebaran, sudah menjadi tradisi di Indonesia untuk mudik alias pulang ke kampung halaman dan bertemu dengan orang tua dan sanak saudara. Saat ini mudik pun sudah bukan menjadi sesuatu yang identik dengan agama tertentu, tetapi sudah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Saya sendiri juga mengalami mudik, bahkan saya menulis renungan ini di kampung halaman isteri saya. Saya juga mengalami bagaimana susahnya mencari tiket mudik hingga harus antre berjam-jam. Saya mudik memang memanfaatkan kesempatan cuti bersama yang diberikan kepada pegawai-pegawai di instansi saya. Saya merasa sayang apabila diberikan kesempatan cuti bersama dan berlibur tetapi tidak dimanfaatkan untuk bertemu sanak saudara. Terkait dengan hal tersebut, saya melihat ternyata dalam Alkitab ada sebuah contoh yang menunjukkan bahwa Tuhan Yesus pun pernah “mudik”.

Akan tetapi, berbeda dengan mudik dalam konteks di Indonesia ini, Tuhan Yesus “mudik” bukan dalam rangka bersilaturahmi dengan sanak saudaraNya. Alkitab mengatakan bahwa Tuhan Yesus berkunjung ke kota-kota, termasuk ke kota tempat asal-Nya (yaitu tempat Ia dibesarkan di kota Nazaaret) dalam rangka menceritakan Kabar Baik kepada orang-orang yang ditemuiNya. Yesus pergi ke Nazaret didampingi oleh murid-muridNya (ay. 1).

Seperti kebiasaan pada waktu itu, orang yang dianggap sudah dewasa pun mendapat giliran untuk membacakan Taurat di rumah ibadah yang ada. Saat itu, pada hari Sabat, Yesus pun mulai mendapatkan giliran untuk membacakan Taurat dan mengajar pada rumah ibadah di kota asalNya (ay. 2a). Saat itulah, orang banyak menjadi takjub karena hikmat yang dimilikiNya (ay. 2b). Seharusnya para penduduk Nazaret menjadi bangga, karena adalah salah satu warganya yang memiliki hikmat luar biasa untuk mengajar dengan luar biasa pula, bahkan membuat mujizat di hadapan orang banyak.

Akan tetapi menarik melihat reaksi dari para penduduk Nazaret, yang notabene adalah orang-orang yang mengenal Yesus sejak kecil hingga Ia memulai pelayananNya. Orang Nazaret justru mengatakan hal yang negatif, “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria? Bukankah saudara-saudaraNya ada bersama kita?” (ay. 3a). Penduduk Nazaret justru melihat bahwa seharusnya Yesus itu tidak bisa melakukan mujizat seperti ini. Mereka berpikir bahwa Yesus adalah orang biasa, seorang tukang kayu, yang saudara-saudaraNya hidup di antara mereka. Alkitab mengatakan bahwa orang Nazaret pun justru kecewa dan menolak Dia (ay. 3b).

Cukup aneh mengapa harus penduduk Nazaret yang kecewa? Bukankah seharusnya Tuhan Yesus yang lebih kecewa? Bisa jadi penduduk Nazaret kecewa mengapa kok justru Yesus yang menjadi “nabi Tuhan”, bukan mereka. Akibatnya fatal, Yesus tidak mengadakan satu mujizat pun di sana (ay. 5). Ia hanya menyembuhkan beberapa orang sakit (yang tentunya mereka termasuk orang-orang yang percaya penuh kepada Tuhan Yesus, bukan kebanyakan penduduk Nazaret). Saking herannya, Yesus pun berkata, “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya” (ay. 4). Yesus pun heran akan ketidakpercayaan mereka (ay. 6a).

Apa yang dapat kita pelajari hari ini adalah bahwa kadang-kadang kita belum siap melihat Tuhan memakai orang-orang terdekat kita, bahkan mungkin anggota keluarga kita, sedangkan kita belum. Kita merasa iri mengapa Tuhan kok memakai orang itu, bukankah kita juga sepertinya masih lebih baik dari orang itu? Ya ini sikap yang harus kita hilangkan. Kita harus memiliki sikap berserah kepada Tuhan. Jika memang Tuhan memakai orang lain selain kita, berarti ada maksud Tuhan yang lain, bisa saja karena memang belum waktu kita, atau justru kita yang belum siap dipakai Tuhan. Jangan menghakimi orang lain atau justru bersikap seperti penduduk Nazaret tersebut. Jangan sampai karena sikap kita, justru Kerajaan Allah tidak dapat hadir di tempat kita.


Bacaan Alkitab: Markus 6:1-6a
6:1 Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia.
6:2 Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?
6:3 Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.
6:4 Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."
6:5 Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka.
6:6a Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.