Jumat, 25 Mei 2012

Halal dan Haram


Sabtu, 26 Mei 2012
Bacaan Alkitab: Imamat 11:45-47
Yakni untuk membedakan antara yang najis dengan yang tahir, antara binatang yang boleh dimakan dengan binatang yang tidak boleh dimakan.” (Im 11:47)


Halal dan Haram


Jika kita sepintas melihat judul renungan ini, sepertinya bakal banyak yang protes, “Hari gini masih bahas makanan yang halal dan haram? Bukannya di dalam Tuhan sudah tidak ada lagi makanan yang halal dan haram?”.  Memang betul, Tuhan sendiri memberikan penglihatan kepada Petrus tentang makanan haram dan meminta Petrus untuk memakannya. Tuhan sendiri menyatakan bahwa “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram” (Kis 10:15). Tuhan Yesus sendiri juga secara eksplisit pernah mengatakan bahwa segala makanan adalah halal (Mrk 7:18-19). Paulus juga mengatakan bahwa di dalam Kristus memang segala seuatu adalah halal (1 Kor 6:12), tetapi ingat bahwa di ayat yang sama juga ada lanjutannya, yaitu “Tetapi bukan semuanya berguna”.

Saya memiliki pola pikir sepert ini, jika memang Tuhan Yesus sendiri menyatakan segala sesuatu adalah halal, mengapa kita tidak pernah membaca bahwa Tuhan Yesus makan sesuatu yang haram? Atau jika ditarik lebih jauh lagi, mengapa di ayat-ayat pada Perjanjian Lama yang kita baca ini, bangsa Israel dilarang makan makanan-makanan tertentu, sedangkan di Perjanjian baru kemudia dinyatakan bahwa segala sesuatu adalah halal? Apakah kemudian Firman Tuhan dalam Perjanjian Lama itu berarti tidak berlaku lagi ketika ada Firman Tuhan di Perjanjian Baru? Saya sendiri berpendapat bahwa seluruh Firman Tuhan, mau itu di Perjanjian Lama maupun di Perjanjian Baru, masih tetap relevan hingga saat ini. Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan atau menghilangkan atau membatalkan hukum Taurat (Perjanjian Lama), tetapi untuk menggenapinya (Mat 5:17).

Saya meyakini, bahwa tujuan Allah memberikan perintah bagi bangsa Israel untuk menghindari hewan-hewan tertentu yang haram alias tidak boleh dimakan, adalah untuk menjaga agar bangsa Israel selalu dalam kondisi sehat. Saya rasa alasan utamanya bukan karena Firman tersebut diberikan di padang gurun dan di padang gurun tidak ada babi, lalu kemudian bangsa Israel dilarang makan babi. Toh, nanti begitu masuk ke tanah Kanaan, mereka akan mendapatkan makanan yang berlimpah, termasuk babi dan segala hewan yang dinyatakan haram. Jadi menurut saya, dengan perintah mengenai apa yang halal dan haram, Tuhan sebenarnya ingin membuat bangsa Israel menjadi bangsa yang kudus, sebab Tuhan itu adalah kudus (ay. 45).

Apa artinya kudus? Secara sederhana, kudus berarti “dipisahkan keluar”. Persembahan yang dikuduskan adalah persembahan yang dipisahkan karena akan dipersembahkan khusus kepada Tuhan. Demikian juga bangsa Israel juga adalah bangsa yang kudus, karena dipisahkan keluar dari bangsa-bangsa lain untuk menjadi bangsa kesayangan Tuhan. Bangsa Israel memiliki peraturan yang khusus yang membedakan dari bangsa-bangsa lain. Jika bangsa lain memiliki banyak dewa, bangsa Israel hanya memiliki satu Tuhan, Tuhan yang esa dan Tuhan yang berkuasa, pencipta langit dan bumi. Demikian juga dengan hal-hal lainnya, bahkan Tuhan sampai mengatur pola makan bangsa Israel, apa yang boleh dimakan, dan apa yang tidak boleh.

Jika kita melihat dan memperhatikan daftar hewan yang tidak boleh dimakan oleh bangsa Israel, sesungguhnya kita pun akan mengerti alasannya. Hampir semua hewan yang dinyatakan haram, memang sebenarnya tidak baik bagi kesehatan karena pada umumnya mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi, walaupun bagi orang-orang yang pernah memakannya, mereka pasti berkata bahwa makanan-makanan yang dilarang itu adalah makanan yang enak-enak, contohnya saja: babi (karena berkuku belah), udang, kepiting, kerang (karena tidak bersirip dan bersisik), katak, siput, belut (karena merayap), dan lain-lain. Kita pasti setuju bahwa makanan tersebut sebenarnya adalah makanan yang enak walaupun memang mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi.

Saya melihat seperti ini, perintah Tuhan tentang makanan adalah agar kita bisa membedakan mana yang najis dengan yang tahir, mana yang haram dan yang halal, mana yang boleh dimakan dan mana yang tidak boleh dimakan (ay. 46-47), semata-mata adalah agar kita dapat hidup sehat. Perintah Tuhan untuk menjauhi makanan-makanan yang haram memang berguna agar kita bisa hidup sehat. Malah jika kita membaca Perjanjian Lama, ketika orang Israel mempersembahkan hewan sebagai korban maka seluruh isi perut (jeroan) dari hewan tersebut harus dipersembahkan kepada Tuhan, dan hanya dagingnya yang boleh dimakan. Sedangkan di budaya kita, justru jeroan yang menjadi makanan favorit, walau kita tahu bahwa jeroan itu adalah makanan yang “berbahaya” terutama terkait kolesterolnya yang tinggi. Salah seorang teman saya pernah bercanda, “Pantas saja orang Indonesia banyak yang sakit, lha wong seharusnya jeroan itu dipersembahkan kepada Tuhan, kok malah dimakan sama orang Indonesia. Makanan Tuhan kok ya malah dimakan manusia, ya makanya nggak heran kalau banyak penyakit-penyakit baru karena makanan”. Ingatlah, tubuh kita adalah Bait Tuhan, dan kita harus menjaga tubuh kita sebagai Bait Tuhan ini dengan cara makan makanan yang sehat, sehingga kita juga bisa memuliakan Tuhan dengan tubuh kita. Renungan kita hari ini, bagaimana kita bisa melayani Tuhan jika tubuh kita sakit? Walaupun tidak ada halal dan haram lagi di dalam Tuhan, usahakanlah kita makan makanan yang sehat dan berimbang, agar kita pun dapat melayani Tuhan dengan maksimal.


Bacaan Alkitab: Imamat 11:45-47
11:45 Sebab Akulah TUHAN yang telah menuntun kamu keluar dari tanah Mesir, supaya menjadi Allahmu; jadilah kudus, sebab Aku ini kudus.
11:46 Itulah hukum tentang binatang berkaki empat, burung-burung dan segala makhluk hidup yang bergerak di dalam air dan segala makhluk yang mengeriap di atas bumi,
11:47 yakni untuk membedakan antara yang najis dengan yang tahir, antara binatang yang boleh dimakan dengan binatang yang tidak boleh dimakan."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.