Rabu, 23
Mei 2012
Bacaan
Alkitab: Imamat 25:1-7
“Tetapi pada tahun yang
ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu sabat, masa perhentian penuh, suatu
sabat bagi TUHAN. Ladangmu janganlah kautaburi dan kebun anggurmu janganlah
kaurantingi.” (Im 25:4)
Tak
Masuk Logika
Ketika saya membaca bagian Alkitab ini, saya agak
terheran-heran. Bagaimana mungkin Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk bercocok
tanam selama enam tahun dan pada tahun yang ketujuh, selama satu tahun penuh
tanah tersebut tidak boleh ditanami? Bahkan jika kita baca ayat-ayat
selanjutnya, kita akan menemukan bahwa pada tahun ke-50 (yaitu tahun Yobel),
tanah tersebut juga harus harus dibiarkan, dan bahkan tanah tersebut harus
diserahkan kembali ke pemilik aslinya dan semua orang juga harus kembali ke
tanahnya masing-masing. Masihkah Firman Tuhan tersebut relevan dengan kondisi
kita di masa kini yang menilai segala sesuatu dari untung dan ruginya?
Jika saya bayangkan kondisi tersebut pada masa
modern, berarti pabrik-pabrik yang beroperasi harus beroperasi penuh selama
enam tahun dan kemudian pada tahun yang ketujuh berhenti beroperasi. Mungkinkah
itu terjadi? Atau jikalau hal itu diterapkan pada petani-petani zaman sekarang,
masih adakah petani yang mau menerapkan hal tersebut? Bukankah mereka akan
dibilang sebagai petani yang gila oleh orang-orang di sekitarnya?
Saya rasa, Firman Tuhan yang ada di dalam Alkitab
kita memang penuh berisi dengan hal-hal yang tidak masuk di akal kita. Bagi
orang di luar orang percaya, bisa saja mereka mengatakan bahwa Alkitab berisi
tentang hal-hal yang gila, atau menyebutkan Alkitab sebagai buku orang gila.
Tetapi bagi kita yang merupakan orang percaya, segala yang tertulis di dalam
Alkitab, walaupun bagi kita sepertinya tidak masuk akal, tetapi itu adalah
iman. Semua tokoh dalam Alkitab, yang melakukan hal-hal di luar nalar, sepertu
Nuh yang membangun bahtera, Abraham yang mengorbankan anaknya, Gideon yang
melawan musuh dengan hanya 300 orang pasukan, dan lain-lain, semua itu adalah
tindakan yang didasarkan pada iman.
Iman kadang-kadang (atau bahkan sering) membuat
orang melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak masuk logika. Tuhan pun sering
mengadakan sesuatu yang tidak masuk logika. Tuhan melakukan mujizat,
menyembuhkan orang sakit, dan lain sebagainya, bukankah itu tidak masuk logika?
Ketika dokter angkat tangan tetapi Tuhan menyembuhkan, atau ketika kita tetap
memberikan perpuluhan dan Tuhan memberikan berkat yang entah darimana asalnya
sehingga kita tetap berkecukupan bahkan berkelimpahan hingga saat ini, itulah
hukum Tuhan yang seringkali memang tidak masuk akal kita.
Menurut saya, jika Tuhan melakukan hal-hal yang
biasa saja, justru Tuhan bukanlah Tuhan, karena apa yang dilakukan Tuhan juga
dapat dilakukan oleh manusia. Justru hukum Tuhan yang tidak dapat dimengerti
oleh logika manusia, seperti hukum tabur tuai, itulah yang membedakan Tuhan
dari manusia. Kita tidak dapat mengerti rencana Tuhan. Kita hanya debu di
hadapan Tuhan, bagaimana mungkin kita dapat mengerti rencana Tuhan dalam
kehidupan kita? Bagaimana mungkin juga kita menjadi sok tahu dengan meminta dan
memaksa Tuhan melakukan apa yang kita mau.
Saya tidak akan terlalu membahas tentang ayat
Alkitab pada hari ini, tetapi saya rindu kita semua menyadari bahwa ketika
Tuhan meminta kita melakukan sesuatu yang kadang-kadang tidak masuk logika
kita, itulah kesempatan bagi kita untuk mengalami janji-janji Tuhan. Tuhan yang
kita sembah adalah Tuhan yang mengatasi segala logika manusia. Kita sebagai
manusia ciptaanNya tidak punya hak apapun untuk menggugat Tuhan. Semua yang
Tuhan rencanakan dalam kehidupan kita sudah dipersiapkan Tuhan karena itu
adalah yang terbaik bagi kita, walaupun mungkin kita merasa sebaliknya. Bukan Tuhan
yang salah ketika ada perintah Tuhan yang tidak masuk logika kita, tetapi kita
yang salah karena kita tidak dapat mengerti logika Tuhan.
Bacaan
Alkitab: Imamat 25:1-7
25:1 TUHAN berfirman kepada Musa di gunung Sinai:
25:2 "Berbicaralah kepada orang Israel dan
katakan kepada mereka: Apabila kamu telah masuk ke negeri yang akan Kuberikan
kepadamu, maka tanah itu harus mendapat perhentian sebagai sabat bagi TUHAN.
25:3 Enam tahun lamanya engkau harus menaburi
ladangmu, dan enam tahun lamanya engkau harus merantingi kebun anggurmu dan
mengumpulkan hasil tanah itu,
25:4 tetapi pada tahun yang ketujuh haruslah ada
bagi tanah itu suatu sabat, masa perhentian penuh, suatu sabat bagi TUHAN.
Ladangmu janganlah kautaburi dan kebun anggurmu janganlah kaurantingi.
25:5 Dan apa yang tumbuh sendiri dari penuaianmu
itu, janganlah kautuai dan buah anggur dari pokok anggurmu yang tidak
dirantingi, janganlah kaupetik. Tahun itu harus menjadi tahun perhentian penuh
bagi tanah itu.
25:6 Hasil tanah selama sabat itu haruslah menjadi
makanan bagimu, yakni bagimu sendiri, bagi budakmu laki-laki, bagi budakmu
perempuan, bagi orang upahan dan bagi orang asing di antaramu, yang semuanya
tinggal padamu.
25:7 Juga bagi ternakmu, dan bagi binatang liar
yang ada di tanahmu, segala hasil tanah itu menjadi makanannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.