Rabu, 25
April 2012
Bacaan
Alkitab: Amsal 10:3-5
“Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan
orang rajin menjadikan kaya.” (Ams 10:4)
Tangan yang Rajin
Dahulu saya cukup sering menonton acara reality show di televisi yang pada
umumnya menayangkan tentang kisah kehidupan orang-orang yang dapat dikatakan
sebagai orang-orang pinggiran yang kurang beruntung. Pernah dikisahkan tentang
orang yang walaupun sudah bekerja keras di sana sini, namun hanya membawa
pulang kurang dari Rp10.000,00 per harinya. Tentunya kita yang menyaksikan
acara tersebut akan terenyuh melihat bagaimana kerja keras orang tersebut hanya
dihargai dengan uang yang jumlahnya tidak seberapa. Barangkali kita
menghabiskan uang tiga kali lipatnya hanya untuk membeli secangkir kopi di
kafe. Namun syukurlah, hampir semua acara reality
show tersebut menyajikan akhir yang cukup baik, dimana biasanya orang
tersebut akhirnya mendapatkan “rejeki” mendadak dari pembuat program.
Saya kira, dalam membuat reality show tersebut, stasiun televisi tidak akan mencari orang
yang miskin tetapi malas. Mereka akan mencari orang yang miskin tetapi memiliki
kemauan kuat dalam mencari uang, namun nasib mereka saja yang tidak dapat lepas
dari jerat kemiskinan. Demikian juga dengan apa yang dikatakan dalam kitab
Amsal hari ini, “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin
menjadikan kaya” (ay. 4). Tapi kenyataannya, mengapa kita masih saja mendengar
atau melihat orang-orang yang berkata bahwa dirinya sudah rajin tapi kok
keadaannya tetap saja miskin? Apakah Firman Tuhan dalam kitab Amsal ini sudah
tidak relevan pada kondisi di masa kini?
Saya berpendapat bahwa Firman Tuhan adalah Firman
selalu relevan dari sejak mulai ditulis sekitar 6.000 tahun yang lalu bahkan
hingga saat ini. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa tangan orang rajin
menjadikan kaya. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang mengaku dirinya rajin
tetapi belum kaya? Saya rasa orang tersebut pertama-tama harus melihat kepada
diri mereka sendiri terlebih dahulu. Berapa persen mereka mengerahkan kerajinan
mereka? Apakah mereka selama ini menganggap bahwa bekerja 75% sudah tergolong
rajin? Apakah mereka yang bekerja 100% sudah dapat dikatakan rajin? Bukankah
kita masih bisa bekerja lebih dari 100%? Dalam Perjanjian Baru pun Paulus
mengatakan bahwa jika ada orang yang tidak bekerja, maka janganlah ia makan (2
Tes 3:10). Hal ini menunjukkan bahwa kita memang harus bekerja keras untuk
mencari nafkah. Hal itu adalah salah satu akibat kejatuhan manusia ke dalam
dosa. Kita harus bersusah payah bahkan hingga berpeluh dalam mencari rejeki
kita (Kej 3:17-19).
Memang ada faktor lainnya yang lebih penting,
yaitu Tuhan itu sendiri. Tuhan adalah sumber berkat, dan hal tersebut yang
membedakan antara kita sebagai orang percaya dengan orang lain yang belum
percaya. Ketika kita hidup benar di hadapan Tuhan, maka Tuhan pasti tidak akan
membiarkan kita menderita kelaparan (ay. 3). Sudah banyak contoh di Alkitab,
bahkan dari kesaksian yang kita dengar bahwa Tuhan selalu menolong anak-anakNya
tepat pada waktuNya. Dengan kata lain, kombinasi dari iman dan usaha itulah
yang akan membuat kita mampu hidup dalam berkat Tuhan bahkan dalam segala
kelimpahanNya.
Ketika kita merasa bahwa kehidupan kita selalu
susah, pernahkah kita intropeksi diri kita, apakah selama ini kita sudah hidup
benar di hadapan Tuhan, dan apakah kita memang sudah sungguh-sungguh berusaha
untuk mengubah kehidupan kita? Sudahkah dalam bekerja kita memberikan yang
terbaik bahkan hingga berpeluh (gambaran bekerja yang sungguh-sungguh)? Kitab
Amsal sendiri menyatakan bahwa kita pun harus bekerja keras agar kita bisa
menikmati hasilnya. Bagaimana kita dapat menikmati berkat Tuhan ketika kita
malas? Bagaimana lumbung kita bisa terisi penuh jika ketika musim panas (musim
panen) kita justru tidur dan tidak mengumpulkan makanan? Tuhan kita adalah
Tuhan yang kaya, tetapi kita pun juga tetap perlu berusaha untuk menggapai
berkat Tuhan tersebut.
Bacaan
Alkitab: Amsal 10:3-5
10:3 TUHAN tidak membiarkan orang benar menderita
kelaparan, tetapi keinginan orang fasik ditolak-Nya.
10:4 Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi
tangan orang rajin menjadikan kaya.
10:5 Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia
berakal budi; siapa tidur pada waktu panen membuat malu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.