Kamis, 03 Mei 2012

Tangan yang Rajin


Rabu, 25 April 2012
Bacaan Alkitab: Amsal 10:3-5
Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.” (Ams 10:4)


Tangan yang Rajin


Dahulu saya cukup sering menonton acara reality show di televisi yang pada umumnya menayangkan tentang kisah kehidupan orang-orang yang dapat dikatakan sebagai orang-orang pinggiran yang kurang beruntung. Pernah dikisahkan tentang orang yang walaupun sudah bekerja keras di sana sini, namun hanya membawa pulang kurang dari Rp10.000,00 per harinya. Tentunya kita yang menyaksikan acara tersebut akan terenyuh melihat bagaimana kerja keras orang tersebut hanya dihargai dengan uang yang jumlahnya tidak seberapa. Barangkali kita menghabiskan uang tiga kali lipatnya hanya untuk membeli secangkir kopi di kafe. Namun syukurlah, hampir semua acara reality show tersebut menyajikan akhir yang cukup baik, dimana biasanya orang tersebut akhirnya mendapatkan “rejeki” mendadak dari pembuat program.

Saya kira, dalam membuat reality show tersebut, stasiun televisi tidak akan mencari orang yang miskin tetapi malas. Mereka akan mencari orang yang miskin tetapi memiliki kemauan kuat dalam mencari uang, namun nasib mereka saja yang tidak dapat lepas dari jerat kemiskinan. Demikian juga dengan apa yang dikatakan dalam kitab Amsal hari ini, “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya” (ay. 4). Tapi kenyataannya, mengapa kita masih saja mendengar atau melihat orang-orang yang berkata bahwa dirinya sudah rajin tapi kok keadaannya tetap saja miskin? Apakah Firman Tuhan dalam kitab Amsal ini sudah tidak relevan pada kondisi di masa kini?

Saya berpendapat bahwa Firman Tuhan adalah Firman selalu relevan dari sejak mulai ditulis sekitar 6.000 tahun yang lalu bahkan hingga saat ini. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa tangan orang rajin menjadikan kaya. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang mengaku dirinya rajin tetapi belum kaya? Saya rasa orang tersebut pertama-tama harus melihat kepada diri mereka sendiri terlebih dahulu. Berapa persen mereka mengerahkan kerajinan mereka? Apakah mereka selama ini menganggap bahwa bekerja 75% sudah tergolong rajin? Apakah mereka yang bekerja 100% sudah dapat dikatakan rajin? Bukankah kita masih bisa bekerja lebih dari 100%? Dalam Perjanjian Baru pun Paulus mengatakan bahwa jika ada orang yang tidak bekerja, maka janganlah ia makan (2 Tes 3:10). Hal ini menunjukkan bahwa kita memang harus bekerja keras untuk mencari nafkah. Hal itu adalah salah satu akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa. Kita harus bersusah payah bahkan hingga berpeluh dalam mencari rejeki kita (Kej 3:17-19).

Memang ada faktor lainnya yang lebih penting, yaitu Tuhan itu sendiri. Tuhan adalah sumber berkat, dan hal tersebut yang membedakan antara kita sebagai orang percaya dengan orang lain yang belum percaya. Ketika kita hidup benar di hadapan Tuhan, maka Tuhan pasti tidak akan membiarkan kita menderita kelaparan (ay. 3). Sudah banyak contoh di Alkitab, bahkan dari kesaksian yang kita dengar bahwa Tuhan selalu menolong anak-anakNya tepat pada waktuNya. Dengan kata lain, kombinasi dari iman dan usaha itulah yang akan membuat kita mampu hidup dalam berkat Tuhan bahkan dalam segala kelimpahanNya.

Ketika kita merasa bahwa kehidupan kita selalu susah, pernahkah kita intropeksi diri kita, apakah selama ini kita sudah hidup benar di hadapan Tuhan, dan apakah kita memang sudah sungguh-sungguh berusaha untuk mengubah kehidupan kita? Sudahkah dalam bekerja kita memberikan yang terbaik bahkan hingga berpeluh (gambaran bekerja yang sungguh-sungguh)? Kitab Amsal sendiri menyatakan bahwa kita pun harus bekerja keras agar kita bisa menikmati hasilnya. Bagaimana kita dapat menikmati berkat Tuhan ketika kita malas? Bagaimana lumbung kita bisa terisi penuh jika ketika musim panas (musim panen) kita justru tidur dan tidak mengumpulkan makanan? Tuhan kita adalah Tuhan yang kaya, tetapi kita pun juga tetap perlu berusaha untuk menggapai berkat Tuhan  tersebut.


Bacaan Alkitab: Amsal 10:3-5
10:3 TUHAN tidak membiarkan orang benar menderita kelaparan, tetapi keinginan orang fasik ditolak-Nya.
10:4 Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.
10:5 Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi; siapa tidur pada waktu panen membuat malu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.