Minggu, 06 Mei 2012

Menyadari Diri Kita di Hadapan Tuhan dan Berserah KepadaNya


Minggu, 6 Mei 2012
Bacaan Alkitab: Yeremia 10:23-25
Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya. (Yer 10:23)


Menyadari Diri Kita di Hadapan Tuhan dan Berserah KepadaNya


Pernahkah kita menonton pertandingan sepakbola di televisi dan mendengarkan komentar dari komentator pertandingan? Mungkin bagi penggemar sepakbola, ada sebuah perbedaan yang mendasar antara komentator luar negeri yang biasanya menggunakan bahasa Inggris dengan komentator dalam negeri yang biasanya menggunakan bahasa Indonesia. Apa perbedaannya? Komentator luar negeri cenderung netral dalam mengomentari suatu pertandingan, dan justru ia hanya sedikit berbicara. Biasanya ia hanya menyebutkan nama pemain dan jarang memberikan komentar tambahan yang subyektif. Beda halnya dengan komentator dalam negeri yang cenderung “lebay” dalam memberikan komentar. Tendangan yang sangat jauh dari gawang pun dibilang sebagai tendangan yang “nyaris menjebol gawang”. Belum lagi rata-rata komentator dalam negeri itu cenderung lebih memihak salah satu tim, dan juga terlalu banyak memberi komentar-komentar yang tidak perlu.

Saya tidak memojokkan posisi komentator dalam negeri, tetapi hanya memberi contoh saja. Menurut pendapat saya, sebagian besar komentator dalam negeri merasa bahwa dirinya seakan-akan jauh lebih pintar daripada wasit ataupun pelatih itu sendiri. Seringkali mereka mengatakan bahwa wasit salah mengambil keputusan, atau si pelatih salah strategi, padahal jika mereka berada dalam posisi wasit atau si pelatih, belum tentu komentator itu akan mampu membuat timnya menang.

Seringkali kita pun bertindak sebagai komentator tersebut. Ketika ada orang lain yang mengalami masalah atau penderitaan, kita menghakimi mereka. Lebih parah lagi, kita menjadi komentator bagi Tuhan. Ketika hidup kita tidak seperti biasanya, kita menyalahkan Tuhan. Atau dalam doa kita memaksa Tuhan untuk menjawab permohonan kita, padahal sebenarnya Tuhan memiliki jawaban yang lain yang lebih baik bagi kita. Tetapi kita tetap memaksa Tuhan untuk menjawab permohonan kita, bahkan mungkin mengancam Tuhan dengan kata-kata “Tuhan, pokoknya kalau doaku tidak dijawab, aku tidak mau datang ke gereja lagi”.

Hal tersebut adalah hal yang keliru. Kita sebagai manusia yang diciptakan Tuhan, kita diberikan kehendak bebas untuk memilih apa yang kita ingin lakukan secara bebas. Walaupun demikian, sebagai ciptaan Tuhan, kita pun perlu tahu bahwa sebebas apapun kita bisa bertindak, ada Tuhan yang lebih berkuasa dari kita, yang sanggup menentukan jalan serta langkah hidup kita (ay. 23).

Selain itu, Tuhan sebagai pencipta kita juga memiliki hak untuk menghukum kita, ketika kita melakukan kesalahan (ay. 24a). Seringkali manusia tidak mau ditegur atau dihukum Tuhan, padahal menurut saya, justru ketika Tuhan menegur kita dengan masalah atau hal-hal lainnya, itu adalah pertanda bahwa Tuhan sangat sayang dengan kita (Why 3:19). Satu hal yang kita harus pahami adalah bahwa hajaran Tuhan itu tidak pernah melebihi kekuatan kita, karena jika Tuhan menghajar dengan penuh murka, maka kita semua pasti akan binasa di hadapan Tuhan (ay. 24b), sama seperti bangsa-bangsa lain yang telah merasakan murka Tuhan karena mereka tidak mau bertobat dari dosa-dosa mereka (ay. 25).

Sudah sepantasnya kita menempatkan Tuhan di tempat yang seharusnya. Bukan sebagai “pembantu” kita yang bertugas untuk mengabulkan permintaan dan permohonan kita, melainkan sebagai Tuhan, yang berkuasa atas kehidupan kita, yang mampu menentukan jalan hidup kita. Itulah mengapa kita pun seharusnya dalam doa-doa kita, senantiasa meminta Tuhan untuk memimpin kehidupan kita.


Bacaan Alkitab: Yeremia 10:23-25
10:23 Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.
10:24 Hajarlah aku, ya TUHAN, tetapi dengan selayaknya, jangan dengan murka-Mu, supaya aku jangan Kaubinasakan!
10:25 Tumpahkanlah kepanasan amarah-Mu ke atas bangsa-bangsa yang tidak mengenal Engkau, ke atas kaum-kaum keluarga yang tidak menyerukan nama-Mu; sebab mereka telah memakan Yakub dan menghabisinya, dan membuat tempat kediamannya menjadi puing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.