Rabu, 09 Mei 2012

Menanggung Risiko Masing-masing


Rabu, 9 Mei 2012
Bacaan Alkitab: Yehezkiel 18:19-20
Tetapi kamu berkata: Mengapa anak tidak turut menanggung kesalahan ayahnya? -- Karena anak itu melakukan keadilan dan kebenaran, melakukan semua ketetapan-Ku dengan setia, maka ia pasti hidup.” (Yeh 18:19)


Menanggung Risiko Masing-masing


Beberapa waktu yang lalu, ada seseorang yang bertanya kepada saya. Jika ada seseorang berbuat dosa di hadapan Tuhan, apakah dampak dari dosa tersebut akan terjadi turun temurun dan akan dirasakan juga oleh, misalnya, anak atau keturunannya? Jujur saya pun bukan seorang ahli teologi dan tidak tahu jawaban yang pasti. Tetapi saya coba mencari beberapa referensi di dalam Alkitab. Ada yang mengatakan bahwa ada dosa turunan, yaitu karena dosa satu orang (Adam), maka seluruh manusia pun telah jatuh ke dalam dosa (Rm 5:15). Ada juga yang mengutip bahwa Tuhan juga akan membalaskan kesalahan seseorang bahkan hingga kepada keturunannya yang keempat (Bil 14:18). Jadi dengan demikian, apakah memang jika kita berbuat suatu kesalahan, maka hal tersebut akan berdampak hingga kepada keturunan kita yang keempat?

Memang menurut saya, di dalam Alkitab ada yang namanya hukum “tabur tuai”. Apa yang ditabur seseorang, itu juga yang akan dituainya (Gal 6:7). Tetapi saya mencoba melihat beberapa ayat lain, termasuk ayat pada bacaan Kitab Suci kita pada hari ini untuk melihat hal ini dari sudut pandang yang lebih luas.

Pada masa itu, Nabi Yehezkiel menyuarakan Firman Tuhan kepada bangsa Yehuda yang sedang dalam pembuangan. Saat itu bangsa Yehuda merasa bahwa hukuman yang mereka terima adalah karena akibat dosa-dosa para leluhur dan nenek moyang mereka. Mereka tidak sadar bahwa mereka pun turut ambil bagian dalam akumulasi kesalahan bangsa Yehuda. Saat itu bangsa Yehuda berkata “Mengapa anak tidak turut menanggung kesalahan ayahnya?” (ay. 19a). Mereka menghindar dari tanggung jawab mereka dan seakan-akan “cuci tangan” atas apa yang terjadi pada bangsa mereka.

Tetapi Tuhan menjawab melalui nabi Yehezkiel, walaupun terkait hukuman pembuangan bangsa Yehuda memang ada (dan banyak) peran atas kesalahan dari para nenek moyang tersebut, tetapi sebenarnya juga ada peran orang-orang yang dibuang tersebut. Firman Tuhan berkata “Jika seorang anak melakukan keadilan dan kebenaran, melakukan semua ketetapan Tuhan dengan setia, pasti ia akan hidup” (ay. 19b). Dalam konteks ini, Tuhan mengandaikan bila seluruh orang Yehuda pada waktu itu benar-benar berbalik dari dosa-dosanya dan melakukan kebenaran, maka Tuhan tidak akan menghukum bangsa Israel. Contoh nyata dari hal ini adalah ketika Tuhan akan memusnahkan kota Niniwe, namun ketika nabi Yunus menyampaikan seruan pertobatan dan semua penduduk kota Niniwe bertobat, maka Tuhan pun mengurungkan niatNya untuk memusnahkan kota Niniwe tersebut (Yun 3:1-10).

Inti dari hal ini adalah bahwa memang ada dampak dari dosa turunan, yaitu karena dosa Adam dan Hawa, maka kita semua pun ikut merasakan dampaknya. Tetapi ada satu poin penting yang harus kita perhatikan di sini adalah bahwa masing-masing orang bertanggung jawab terhadap dirinya masing-masing. Anak seorang pencuri belum tentu menjadi seorang pencuri. Anak seorang pelacur belum tentu menjadi seorang pelacur. Yesus sendiri berasal dari keturunan Tamar (yang mengandung dari mertuanya sendiri) dan dari keturunan Rahab (pelacur di kota Yerikho). Oleh karena itu, Firman Tuhan dalam bacaan Kitab Suci hari ini  berkata bahwa seorang anak tidak akan menanggung kesalahan ayahnya dan seorang ayah tidak akan menanggung kesalahan anaknya. Setiap orang nantinya harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di hadapan Tuhan, termasuk segala dosa-dosa yang dilakukannya secara pribadi (Why 20:12-13).

Walaupun demikian, hal ini tidak berarti bahwa kita tidak membutuhkan Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Karena dosa Adam dan Hawa, maka semua manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Rm 3:23). Hal tersebut tentu saja karena di dalam diri kita sudah ada potensi untuk berbuat dosa dan melanggar perintah Allah. Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang pernah hidup yang tidak berdosa, kecuali Tuhan Yesus sendiri, karena Dia adalah Anak Allah. Oleh karena itu, kita semua butuh keselamatan di dalam nama Yesus. Hal ini juga berarti bahwa tidak ada jaminan seorang anak pendeta akan masuk surga, apabila anak pendeta tersebut tidak mau menerima keselamatan, di satu sisi, seorang anak ateis pun bisa masuk surga apabila anak ateis tersebut percaya kepada Tuhan.

Pertanyaannya, sudahkah kita secara pribadi percaya kepada Tuhan? Tuhan tidak melihat jabatan orang tua kita, apakah seorang pendeta, penginjil, atau pelayan Tuhan. Tuhan melihat diri kita masing-masing dan akan meminta pertanggungjawaban kita masing-masing. Dan saat ini, apabila Tuhan sedang berbicara dan mengetuk pintu hati kita, janganlah keraskan hati kita, melainkan ijinkanlah Tuhan masuk ke dalam hati kita, untuk menjadi raja atas hidup kita dan memimpin langkah kehidupan kita.



Bacaan Alkitab: Yehezkiel 18:19-20
18:19 Tetapi kamu berkata: Mengapa anak tidak turut menanggung kesalahan ayahnya? -- Karena anak itu melakukan keadilan dan kebenaran, melakukan semua ketetapan-Ku dengan setia, maka ia pasti hidup.
18:20 Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.