Kamis, 03 Mei 2012

Ketika Tuhan Mengaudit Hidup Kita


Sabtu, 28 April 2012
Bacaan Alkitab: Roma 12:1-2
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Rm 12:2)


Ketika Tuhan Mengaudit Hidup Kita


Saya sendiri bukan seorang yang ahli dalam hal audit, tetapi sejak saya lulus dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, saya sudah didaulat menjadi internal auditor dan hingga saat ini saya bekerja sebagai pegawai negeri sipil di sebuah badan yang bergerak di bidang audit. Secara singkat dapat saya katakan bahwa audit itu sebenarnya adalah membandingkan kenyataan (kondisi di lapangan) dengan standar (kriteria yang ada). Jika kondisi sudah sesuai dengan kriteria maka dapat dikatakan bahwa hal tersebut adalah wajar, tetapi jika masih terdapat hal-hal yang menyimpang dari standar atau kriteria yang ada, maka hal tersebut adalah tidak wajar. Dalam audit atas laporan keuangan, ada empat tingkatan predikat audit yaitu “Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)”, “Wajar Dengan Pengecualian (WDP)”, “Tidak Wajar”, dan “Tidak Menyatakan/Memberikan Pendapat”.

Ternyata, saya sebagai auditor juga merasa diaudit oleh Tuhan. Bukan mengada-ada, tetapi memang kita semua pun sedang diaudit oleh Tuhan. Apa dasarnya? Jika boleh saya katakan, Tuhan memiliki standar yang jelas bagi kehidupan kita, yaitu Firman Tuhan. Tentu saja, Tuhan ingin agar kehidupan kita pun bisa sesuai dengan Firman Tuhan. Permasalahannya, apakah saat ini kita sudah sadar bahwa kehidupan kita pun harus sesuai dengan Firman Tuhan? Sesuai yang bagaimana yang dimaksud dalam Alkitab?

Bacaan Alkitab kita hari ini berkata tentang bagaimana kita harus hidup di hadapan Tuhan. Firman Tuhan tersebut berbicara tentang bagaimana kita mempersembahkan kehidupan kita bagi Tuhan. Sudahkah kita memberi hidup kita kepadaNya, yang telah memberikan kehidupan itu kepada kita? Kriteria kita mempersembahkan hidup kita adalah sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan (ay. 1). Itulah ibadah yang sejati bagi Tuhan.

Terkait dengan standar ibadah sejati yang sudah ditetapkan Tuhan di ayat 1 tersebut, kita harus bisa tampil beda dan berubah, menuju ke arah yang lebih baik lagi. Kita tidak dapat menjadi serupa atau sama dengan dunia ini, tetapi kehidupan kita harus semakin hari menjadi semakin baik lagi (ay. 2a). Seperti tingkatan audit yang biasa dilakukan oleh manusia, Tuhan pun memiliki tiga tingkatan audit bagi kehidupan kita (ay. 2b), yaitu:

Pertama, tingkat “Baik”. Baik di sini berarti tidak buruk atau tidak jelek. Ketika kita percaya kepada Tuhan, itu baik. Ketika kita berdoa kepada Tuhan, itu baik. Ketika kita datang ke gereja untuk beribadah, itu baik. Tetapi tidak hanya cukup sampai di tingkat baik saja, hidup kita pun harus kita bawa ke tingkatan selanjutnya.

Kedua, tingkat “Berkenan”. Berkenan di sini berarti apa yang kita lakukan sudah mulai menyenangkan hati Tuhan. Kita tidak datang ke gereja hanya karena kita merasa wajib datang sebagai orang Kristen, atau karena malu ditanya tetangga mengapa pada hari minggu kita tidak pergi ke gereja. Kita seharusnya pergi ke gereja karena kita ingin bertemu Tuhan. Demikian juga dengan hal-hal lain yang terkait dengan kehidupan kita.

Ketiga, tingkat “Sempurna”. Memang sulit untuk menentukan contoh dari tingkat sempurna ini, tetapi semakin kita ingin menyenangkan hati Tuhan dan ingin selalu melakukan apa yang Tuhan perintahkan, maka semakin dekat kita dengan tingkat sempurna ini. Ini adalah tingkatan tertinggi dari kehidupan rohani orang-orang percaya, karena Tuhan Yesus sendiri pun meminta agar kita menjadi sempurna, karena Bapa di Surga juga sempurna (Mat 5:48).

Jadi mari kita lihat kembali diri kita masing-masing, andaikata saat ini Tuhan datang untuk kedua kalinya, bagaimanakah kita mempertanggungjawabkan kehidupan kita kepadaNya? Apakah kita yakin bahwa kehidupan kita sudah merupakan kehidupan yang baik di hadapan Tuhan? Apakah kehidupan kita juga sudah masuk ke dalam tingkat kehidupan yang berkenan atau sempurna? Ataukah kita justru akan mendengar Tuhan berkata bahwa kehidupan kita adalah kehidupan yang sama sekali tidak sempurna, tidak berkenan dan tidak baik? Kita yang tahu bagaimana kualitas kehidupan kita saat ini, dan marilah kita pun berusaha untuk hidup sebaik-baiknya serta sesempurna mungkin di hadapan Tuhan, agar kita mampu mendapatkan tingkatan yang paling tinggi ketika Tuhan mengaudit kehidupan kita.


Bacaan Alkitab: Roma 12:1-2
12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.