Sabtu, 14 Juli 2012
Bacaan Alkitab: Yak 2:18-22
“Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan
perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.” (Yak 2:22)
Iman atau Perbuatan?
Jika saya
perhatikan, ada kecenderungan bahwa gereja-gereja di Indonesia mulai mengerucut
kepada dua aliran besar. Aliran pertama adalah aliran yang lebih menekankan
pada hubungan pribadi dengan Tuhan, sehingga jemaat gereja tersebut sangat
sering mengadakan ibadah-ibadah, bahkan mungkin gereja buka selama 24 jam
sehari, 7 hari seminggu dan 365 hari setahun. Gereja semacam ini kadang-kadang
lupa bahwa mereka hidup di tengah-tengah masyarakat lain (yang mungkin juga
adalah orang yang belum percaya). Mereka membangun gereja dengan megah, gereja
fokus kepada berkat Tuhan sehingga jemaat datang dengan mobil-mobil yang mewah,
padahal lingkungan sekitar mereka bukan lingkungan orang-orang berada.
Di satu sisi, ada
aliran kedua, yaitu gereja-gereja yang memiliki visi sosial yang luar biasa
baik. Mereka mendirikan sekolah-sekolah, mereka membuat panti asuhan, mereka
membuka klinik yang menjangkau orang-orang yang miskin, dan lain sebagainya.
Namun kadang-kadang mereka juga lupa untuk membangun jemaat untuk lebih
mengenal Tuhan lebih intim lagi secara pribadi karena banyak waktu-waktu mereka
digunakan untuk program-program gereja kepada masyarakat.
Saya tidak
mengatakan bahwa aliran yang satu lebih baik daripada aliran yang lain, tetapi
sesungguhnya inilah gambaran paradoks dari iman dan perbuatan. Manusia
cenderung untuk memilih salah satu antara iman dan perbuatan (ay. 18). Hal ini
pun sudah terjadi sejak zaman gereja mula-mula sehingga Yakobus pun merasa
perlu untuk menulis surat yang membahas tentang iman dan perbuatan. Apa itu
iman? Surat Ibrani menggambarkan definisi iman dengan sangat jelas, yaitu “Dasar
dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak
kita lihat” (Ibr 11:1). Pertanyaannya, apakah iman saja cukup? Jika patokan
iman adalah percaya kepada Allah yang tidak kelihatan, maka iman tersebut
adalah iman yang dangkal. Yakobus bahkan mengatakan bahwa setan saja percaya
bahwa ada Allah (ay. 19). Jika demikian, perlu ada satu tingkatan iman yang
dimiliki oleh orang-orang percaya.
Yakobus
menekankan bagaimana pentingnya iman yang disertai dengan perbuatan (tindakan),
karena iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong (ay. 20). Dalam contoh yang
diberikan, Yakobus menulis bahwa Abraham adalah bapa orang beriman, namun iman
Abraham itu terlihat jelas dalam perbuatan maupun tindakannya, terutama ketika
Abraham mau mempersembahkan Ishak, anaknya di atas mezbah (ay. 21). Kita tahu
bahwa Abraham percaya kepada Tuhan, itu adalah iman yang luar biasa. Tetapi andaikata
Abraham “gagal” dalam ujian iman dari Tuhan untuk mempersembahkan anaknya
tersebut, mungkin Abraham tidak akan dikatakan sebagai bapa orang beriman. Iman
yang baik adalah iman yang disertai dengan perbuatan-perbuatan nyata. Tingkatan
iman seseorang sesungguhnya dapat terlihat dari perkataan dan perbuatannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai anak-anak
Tuhan, kita memang perlu memiliki iman kepada Tuhan. Karena dengan dasar iman
itulah kita diselamatkan melalui kasih karunia Allah (Ef 2:8). Alkitab juga
mengatakan bahwa iman akan menuntun hidup kita, karena orang benar akan hidup
oleh iman (Rm 1:17). Akan tetapi penting untuk kita pahami bahwa iman itu
adalah hal yang berkaitan antara kita dengan Tuhan secara pribadi, sehingga
agar iman kita juga dapat dilihat oleh orang lain, kita perlu memiliki
perbuatan-perbuatan yang berlandaskan iman kita, sehingga orang lain juga dapat
menjadi percaya kepada Tuhan melalui iman kita. Ketika hidup kita memiliki iman
dan perbuatan, maka iman dan perbuatan itu berkolaborasi sehingga membuat hidup
kita menjadi sempurna (ay. 22). Di hadapan Tuhan kita pun sempurna dan orang
lain pun dapat melihat hidup kita yang baik dan memuliakan Tuhan.
Bacaan Alkitab: Yak 2:18-22
2:18 Tetapi
mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada
perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu
tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari
perbuatan-perbuatanku."
2:19 Engkau
percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga
percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
2:20 Hai manusia
yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah
iman yang kosong?
2:21 Bukankah
Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan
Ishak, anaknya, di atas mezbah?
2:22 Kamu lihat,
bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan
itu iman menjadi sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.