Senin, 16 Juli 2012

Iman atau Perbuatan?


Sabtu, 14 Juli 2012
Bacaan Alkitab: Yak 2:18-22
Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.” (Yak 2:22)


Iman atau Perbuatan?


Jika saya perhatikan, ada kecenderungan bahwa gereja-gereja di Indonesia mulai mengerucut kepada dua aliran besar. Aliran pertama adalah aliran yang lebih menekankan pada hubungan pribadi dengan Tuhan, sehingga jemaat gereja tersebut sangat sering mengadakan ibadah-ibadah, bahkan mungkin gereja buka selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu dan 365 hari setahun. Gereja semacam ini kadang-kadang lupa bahwa mereka hidup di tengah-tengah masyarakat lain (yang mungkin juga adalah orang yang belum percaya). Mereka membangun gereja dengan megah, gereja fokus kepada berkat Tuhan sehingga jemaat datang dengan mobil-mobil yang mewah, padahal lingkungan sekitar mereka bukan lingkungan orang-orang berada.

Di satu sisi, ada aliran kedua, yaitu gereja-gereja yang memiliki visi sosial yang luar biasa baik. Mereka mendirikan sekolah-sekolah, mereka membuat panti asuhan, mereka membuka klinik yang menjangkau orang-orang yang miskin, dan lain sebagainya. Namun kadang-kadang mereka juga lupa untuk membangun jemaat untuk lebih mengenal Tuhan lebih intim lagi secara pribadi karena banyak waktu-waktu mereka digunakan untuk program-program gereja kepada masyarakat.

Saya tidak mengatakan bahwa aliran yang satu lebih baik daripada aliran yang lain, tetapi sesungguhnya inilah gambaran paradoks dari iman dan perbuatan. Manusia cenderung untuk memilih salah satu antara iman dan perbuatan (ay. 18). Hal ini pun sudah terjadi sejak zaman gereja mula-mula sehingga Yakobus pun merasa perlu untuk menulis surat yang membahas tentang iman dan perbuatan. Apa itu iman? Surat Ibrani menggambarkan definisi iman dengan sangat jelas, yaitu “Dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr 11:1). Pertanyaannya, apakah iman saja cukup? Jika patokan iman adalah percaya kepada Allah yang tidak kelihatan, maka iman tersebut adalah iman yang dangkal. Yakobus bahkan mengatakan bahwa setan saja percaya bahwa ada Allah (ay. 19). Jika demikian, perlu ada satu tingkatan iman yang dimiliki oleh orang-orang percaya.

Yakobus menekankan bagaimana pentingnya iman yang disertai dengan perbuatan (tindakan), karena iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong (ay. 20). Dalam contoh yang diberikan, Yakobus menulis bahwa Abraham adalah bapa orang beriman, namun iman Abraham itu terlihat jelas dalam perbuatan maupun tindakannya, terutama ketika Abraham mau mempersembahkan Ishak, anaknya di atas mezbah (ay. 21). Kita tahu bahwa Abraham percaya kepada Tuhan, itu adalah iman yang luar biasa. Tetapi andaikata Abraham “gagal” dalam ujian iman dari Tuhan untuk mempersembahkan anaknya tersebut, mungkin Abraham tidak akan dikatakan sebagai bapa orang beriman. Iman yang baik adalah iman yang disertai dengan perbuatan-perbuatan nyata. Tingkatan iman seseorang sesungguhnya dapat terlihat dari perkataan dan perbuatannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai anak-anak Tuhan, kita memang perlu memiliki iman kepada Tuhan. Karena dengan dasar iman itulah kita diselamatkan melalui kasih karunia Allah (Ef 2:8). Alkitab juga mengatakan bahwa iman akan menuntun hidup kita, karena orang benar akan hidup oleh iman (Rm 1:17). Akan tetapi penting untuk kita pahami bahwa iman itu adalah hal yang berkaitan antara kita dengan Tuhan secara pribadi, sehingga agar iman kita juga dapat dilihat oleh orang lain, kita perlu memiliki perbuatan-perbuatan yang berlandaskan iman kita, sehingga orang lain juga dapat menjadi percaya kepada Tuhan melalui iman kita. Ketika hidup kita memiliki iman dan perbuatan, maka iman dan perbuatan itu berkolaborasi sehingga membuat hidup kita menjadi sempurna (ay. 22). Di hadapan Tuhan kita pun sempurna dan orang lain pun dapat melihat hidup kita yang baik dan memuliakan Tuhan.


Bacaan Alkitab: Yak 2:18-22
2:18 Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."
2:19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
2:20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
2:21 Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?
2:22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.