Jumat, 27 Juli 2012

Memiliki Sikap Mencukupkan Diri sebagai Bukti Keyakinan Iman Kita


Selasa, 24 Juli 2012
Bacaan Alkitab: Ibrani 13:5-6
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."” (Ibr 13:5)


Memiliki Sikap Mencukupkan Diri sebagai Bukti Keyakinan Iman Kita


Beberapa waktu yang lalu saya pernah menulis tentang sikap mencukupkan diri yang harus dijadikan sebagai salah satu gaya hidup (life style) orang percaya. Bukan berarti bahwa kita tidak boleh memiliki keinginan untuk hidup berkelimpahan, akan tetapi ketika kita bisa memiliki sikap mencukupkan diri dalam kondisi apapun, maka tidak akan menjadi masalah bagi kita ketika Tuhan membuka keran berkatNya lebar-lebar dan memberkati kita dengan penuh kelimpahan. Akan tetapi orang yang tidak dapat mencukupkan diri dan hanya memiliki pandangan tentang kelimpahan, maka ketika Tuhan menguji orang tersebut dengan mengambil atau menahan sebagian berkatNya, maka orang tersebut akan mudah sekali goyah.

Banyak sekali contoh dalam Alkitab yang secara tidak langsung menunjukkan sikap mencukupkan diri. Yusuf misalnya, dahulu adalah anak orang kaya, akan tetapi ia pernah menjadi budak, menjadi tahanan, sebelum akhirnya menjadi penguasa di Mesir. Daud misalnya, dahulu adalah anak orang kaya (keturunan Boas yang adalah tuan tanah), tetapi Daud mau menggembalakan domba di padang, menjadi buronan raja Saul, sebelum akhirnya ia menanjak hingga menjadi raja Israel. Setelah menjadi raja pun ia pernah menjadi pelarian dan mengungsi bersama rakyat, sebelum akhirnya mendapatkan tahtanya kembali. Ayub misalnya, ia memiliki kekayaan yang luar biasa, tetapi ketika kekayaannya habis, ia tidak mengeluh karena ia memiliki sikap hati yang benar di hadapan Tuhan.

Bacaan Alkitab kita hari ini juga mengingatkan kita  untuk memiliki sikap mencukupkan diri. Apa itu mencukupkan diri? Artinya kita harus belajar untuk hidup sesuai berkat yang Tuhan berikan bagi kita. Jika kita mendapat berkat (dalam konteks ini lebih ke arah materi) banyak, kita harus dapat mengelola berkat tersebut agar kita dapat hidup, sementara jika kita mendapatkan materi sedikit, kita harus memiliki sikap yang mampu mengelola materi yang sedikit tersebut. Intinya sikap mencukupkan diri tidak tergantung pada keadaan, melainkan lebih kepada sikap hati kita ketika melihat berkat Tuhan.

Mencukupkan diri berarti kita menjadi hamba Tuhan, bukan hamba uang (ay. 5a). Ketika kita menjadi hamba Tuhan, itu berarti kita menjadikan Tuhan sebagai tuan kita, dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Seorang hamba menyerahkan seluruh kehidupannya, bahkan kehidupan keluarganya kepada tuannya. Seorang hamba mengandalkan gaji dan pemberian dari tuannya agar ia dan keluarganya dapat hidup. Itulah prinsip menjadi hamba Tuhan. Kita bersyukur memiliki Tuhan sebagai tuan kita, karena Tuhan telah berjanji tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita (ay. 5b).

Mencukupkan diri itu adalah bukti nyata tindakan iman kita. Ketika kita mau belajar untuk mencukupkan diri, berarti kita percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Kita lebih percaya dan mengandalkan Tuhan dalam segala hal, bahkan ketika sepertinya berkat Tuhan (secara materi) itu hanya sedikit. Ketika uang kita hanya sedikit dan kita bisa berkata “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut” (ay. 6), itu adalah tanda bahwa kita sudah berhasil mencapai taraf mencukupkan diri. Jika kita sudah mencapai tahap tersebut, maka tidak akan menjadi masalah bagi kita, seberapa banyak berkat yang Tuhan berikan kepada kita, karena yang terpenting adalah iman kepada Tuhan Sang Pemberi Berkat, bukan iman kepada berkat itu sendiri.



Bacaan Alkitab: Ibrani 13:5-6
13:5 Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."
13:6 Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.