Selasa, 24 Juli 2012
Bacaan Alkitab: Ibrani 13:5-6
“Janganlah kamu menjadi hamba uang dan
cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman:
"Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak
akan meninggalkan engkau."” (Ibr 13:5)
Memiliki Sikap Mencukupkan Diri sebagai Bukti Keyakinan
Iman Kita
Beberapa waktu
yang lalu saya pernah menulis tentang sikap mencukupkan diri yang harus
dijadikan sebagai salah satu gaya hidup (life
style) orang percaya. Bukan berarti bahwa kita tidak boleh memiliki
keinginan untuk hidup berkelimpahan, akan tetapi ketika kita bisa memiliki
sikap mencukupkan diri dalam kondisi apapun, maka tidak akan menjadi masalah
bagi kita ketika Tuhan membuka keran berkatNya lebar-lebar dan memberkati kita
dengan penuh kelimpahan. Akan tetapi orang yang tidak dapat mencukupkan diri
dan hanya memiliki pandangan tentang kelimpahan, maka ketika Tuhan menguji
orang tersebut dengan mengambil atau menahan sebagian berkatNya, maka orang
tersebut akan mudah sekali goyah.
Banyak sekali
contoh dalam Alkitab yang secara tidak langsung menunjukkan sikap mencukupkan
diri. Yusuf misalnya, dahulu adalah anak orang kaya, akan tetapi ia pernah
menjadi budak, menjadi tahanan, sebelum akhirnya menjadi penguasa di Mesir. Daud
misalnya, dahulu adalah anak orang kaya (keturunan Boas yang adalah tuan
tanah), tetapi Daud mau menggembalakan domba di padang, menjadi buronan raja
Saul, sebelum akhirnya ia menanjak hingga menjadi raja Israel. Setelah menjadi
raja pun ia pernah menjadi pelarian dan mengungsi bersama rakyat, sebelum
akhirnya mendapatkan tahtanya kembali. Ayub misalnya, ia memiliki kekayaan yang
luar biasa, tetapi ketika kekayaannya habis, ia tidak mengeluh karena ia
memiliki sikap hati yang benar di hadapan Tuhan.
Bacaan Alkitab
kita hari ini juga mengingatkan kita
untuk memiliki sikap mencukupkan diri. Apa itu mencukupkan diri? Artinya
kita harus belajar untuk hidup sesuai berkat yang Tuhan berikan bagi kita. Jika
kita mendapat berkat (dalam konteks ini lebih ke arah materi) banyak, kita
harus dapat mengelola berkat tersebut agar kita dapat hidup, sementara jika
kita mendapatkan materi sedikit, kita harus memiliki sikap yang mampu mengelola
materi yang sedikit tersebut. Intinya sikap mencukupkan diri tidak tergantung
pada keadaan, melainkan lebih kepada sikap hati kita ketika melihat berkat
Tuhan.
Mencukupkan diri
berarti kita menjadi hamba Tuhan, bukan hamba uang (ay. 5a). Ketika kita
menjadi hamba Tuhan, itu berarti kita menjadikan Tuhan sebagai tuan kita, dan
percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Seorang hamba menyerahkan seluruh
kehidupannya, bahkan kehidupan keluarganya kepada tuannya. Seorang hamba
mengandalkan gaji dan pemberian dari tuannya agar ia dan keluarganya dapat
hidup. Itulah prinsip menjadi hamba Tuhan. Kita bersyukur memiliki Tuhan
sebagai tuan kita, karena Tuhan telah berjanji tidak akan membiarkan dan
meninggalkan kita (ay. 5b).
Mencukupkan diri
itu adalah bukti nyata tindakan iman kita. Ketika kita mau belajar untuk
mencukupkan diri, berarti kita percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Kita lebih
percaya dan mengandalkan Tuhan dalam segala hal, bahkan ketika sepertinya
berkat Tuhan (secara materi) itu hanya sedikit. Ketika uang kita hanya sedikit
dan kita bisa berkata “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut” (ay. 6),
itu adalah tanda bahwa kita sudah berhasil mencapai taraf mencukupkan diri.
Jika kita sudah mencapai tahap tersebut, maka tidak akan menjadi masalah bagi
kita, seberapa banyak berkat yang Tuhan berikan kepada kita, karena yang
terpenting adalah iman kepada Tuhan Sang Pemberi Berkat, bukan iman kepada
berkat itu sendiri.
Bacaan Alkitab: Ibrani 13:5-6
13:5 Janganlah
kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.
Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan
engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."
13:6 Sebab itu
dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan
takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.