Rabu, 11 Juli 2012
Bacaan Alkitab: 1 Raja-Raja 6:37
– 7:1
“Salomo mendirikan istananya sampai tiga belas
tahun lamanya, barulah selesai seluruh istananya itu.” (1 Raj 7:1)
Untuk Tuhan atau Untuk Kita?
Jika mau jujur,
sebenarnya berapa besar porsi yang kita berikan untuk Tuhan dan berapa besar
porsi yang kita berikan untuk diri kita sendiri? Tidak usah jauh-jauh, apa yang
kita rasakan ketika pendeta berkhotbah lebih lama daripada biasanya dalam
ibadah Minggu di gereja? Jika biasanya pendeta kita berkhotbah hanya 45 menit,
kemudian ternyata sudah 60 menit tapi pendeta belum menunjukkan tanda-tanda
akan mengakhiri khotbahnya, bukankah kita akan gelisah dan terus menerus
melihat jam? Tetapi apa yang kita rasakan ketika dalam pertandingan final
sepakbola sampai 90 menit waktu normal kedudukan masih seri? Bukankah kita
justru akan bersukacita karena akan ada waktu tambahan 2 x 15 menit, apalagi
jika ada adu tendangan penalti.
Demikian juga
yang kita akan pelajari dari raja Salomo. Raja Salomo adalah raja yang penuh
dengan hikmat. Tidak ada orang yang hidup sebelum dan setelah raja Salomo yang
memiliki hikmat seperti dirinya (1 Raj 3:12). Tuhan juga mengizinkan Salomo
untuk membangun Bait Suci, sesuatu yang tidak Tuhan izinkan kepada Daud,
ayahnya. Raja Salomo pun membangun Bait Suci dengan sangat megahnya, dengan
emas yang tak terhitung banyaknya. Alkitab mengatakan bahwa Raja Salomo mulai
mendirikan dasar rumah Tuhan (Bait Suci) pada bulan Ziw (bulan kedelapan) tahun
keempat dari pemerintahannya, dan selesai membangun Bait Suci tersebut pada
bulan Bul (bulan kedua) tahun kesebelas dari pemerintanannya (ay. 37-38).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Raja Salomo membangun Bait Suci yang
adalah rumah Tuhan selama [hampir] tujuh tahun lamanya, atau lebih tepatnya
lagi 6,5 tahun lamanya.
Jika kita
bandingkan dengan masa sekarang ini, sangat jarang ada proyek-proyek pemerintah
yang dibangun sampai tujuh tahun lamanya. Akan tetapi Bait Suci ini membutuhkan
waktu tujuh tahun, sesuatu yang luar biasa bagi zamannya bahkan sampai saat
ini. Akan tetapi, jika kita membaca pasal selanjutnya (pasal 7), maka kita akan
menemukan hal yang lebih mengejutkan lagi, yaitu setelah membangun rumah Tuhan
itu, barulah Salomo membangun istananya, dan ia membutuhkan waktu 13 tahun
lamanya untuk membangun istananya. Jika kita bandingkan dengan waktu yang
dibutuhkan untuk membangun Bait Suci, raja Salomo menggunakan waktu untuk
membangun istananya dua kali lipat daripada waktu yang dibutuhkannya untuk
membangun istana bagi Tuhan.
Jika sepintas
kita melihat apa yang dilakukan raja Salomo, sepertinya ia sudah melakukan yang
benar, yaitu mendahulukan membangun rumah Tuhan terlebih dahulu sebelum
membangun istana baginya. Akan tetapi, sesungguhnya Salomo justru melakukan hal
yang sebaliknya, yaitu membangun istananya dua kali lipat lebih lama daripada
ketika saat membangun rumah Tuhan. Dapat juga disimpulkan bahwa raja Salomo
mungkin saja membangun istananya dua kali lipat lebih megah dan lebih mewah
daripada Bait Suci. Jadi sebenarnya apa yang dilakukan raja Salomo itu adalah
hal yang kurang baik, padahal raja Salomo sendiri adalah orang yang paling
berhikmat, tetapi mengapa ia sampai melakukan “kesalahan” seperti itu?
Menurut saya,
salah satu “kesalahan” yang amat mendasar yang dilakukannya adalah mengambil
anak Firaun sebagai isterinya (1 Raj 3:1). Ia mencoba menjalin aliansi dengan
Mesir melalui perkawinan. Kemungkinan besar anak Firaun ini menjadi permaisuri
raja Salomo. Oleh karena itu, besar kemungkinan raja Salomo akhirnya “berkompromi”
dengan membuatkan istana khusus bagi isterinya tersebut dengan suasana khas
Mesir, termasuk dewa-dewa Mesir yang berjumlah banyak tersebut. Inilah dasar
dari kehancuran raja Salomo, akibatnya ia pun mencintai banyak perempuan asing
(1 Raj 11:1) dan pada masa tuanya ia justru jatuh ke dalam penyembahan berhala
(1 Raj 11:4).
Hal tersebut
bukan tidak mungkin terjadi pada kita di masa sekarang ini. Kita yang tidak
waspada akan mudah untuk digoyahkan karena celah yang kita buat sendiri. Kita
cenderung lebih melakukan apa yang kita suka daripada melakukan apa yang Tuhan
suka. Salomo sebenarnya bisa saja mencari permaisuri dan isteri-isteri dari
suku-suku Israel. Saya yakin tidak akan ada orang Israel yang keberatan jika
anak gadisnya menjadi isteri atau gundik raja Salomo. Tetapi karena raja Salomo
lebih mementingkan keinginannya sendiri yaitu perempuan-perempuan asing,
akhirnya hal itulah yang menjadi jerat baginya. Apakah jerat yang mengancam
kita? Jika kita sadar bahwa apa yang kita suka itu akan berpotensi untuk
menjadi jerat bagi kita, lebih baik kita tinggalkan dan melakukan apa yang
Tuhan mau. Jangan pikirkan apa yang apa yang menjadi keinginan kita, tetapi
pikirkanlah apa yang menjadi keinginan Tuhan.
Bacaan Alkitab: 1 Raja-Raja 6:37
– 7:1
6:37 Dalam tahun
yang keempat, dalam bulan Ziw, diletakkanlah dasar rumah TUHAN,
6:38 dan dalam
tahun yang kesebelas, dalam bulan Bul, yaitu bulan kedelapan, selesailah rumah
itu dengan segala bagian-bagiannya dan sesuai dengan segala rancangannya; jadi
tujuh tahun lamanya ia mendirikan rumah itu.
7:1 Salomo
mendirikan istananya sampai tiga belas tahun lamanya, barulah selesai seluruh
istananya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.