Selasa, 15 Januari 2013

Andaikan Tuhan Tidak Menolong Pun, Kami Akan Tetap Percaya kepada Tuhan



Jumat,  11 Januari 2013
Bacaan Alkitab: Daniel 3:13-18
Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (Dan 3:17-18)


Andaikan Tuhan Tidak Menolong Pun, Kami Akan Tetap Percaya kepada Tuhan


Bayangkan jika kita dihadapkan pada situasi seperti apa yang dialami Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Mereka bertiga dihadapkan pada raja Nebukadnezar karena mereka tidak mau menyembah patung yang didirikan raja Nebukadnezar. Dalam marah dan geramnya, Nebukadnezar memerintahkan ketiga orang tersebut untuk menghadap dirinya (ay. 13). Perlu diketahui bahwa pada saat itu posisi Sadrakh, Mesakh, dan Abednego sudah tinggi, yaitu sebagai penguasa pemerintahan wilayah Babel (Dan 2:49). Akan tetapi mereka tetap takut kepada Allah dan tidak mau menyembah patung tersebut.

Nebukadnear bertanya kepada mereka bertiga, mengapa mereka tidak mau sujud menyembah kepada patung emas yang didirikan raja Nebukadnezar (ay. 14). Dalam pembicaraan itu pun raja Nebukadnezar menawarkan kesempatan sekali lagi bagi Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Dalam bahasa sehari-hari mungkin raja berkata, “Ayolah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, kalian cukup sujud saja kok, tidak perlu macam-macam, yang penting orang banyak bisa melihat kalian tunduk terhadap perintahku. Setelah itu kamu pasti akan kuberi harta dan posisi yang bagus bagimu” (ay. 15a). Raja Nebukadnezar pun mungkin sudah membujuk ketiga orang tersebut agar mau menyembah patung itu, dan ketika mereka tetap bersikukuh tidak mau menyembah, maka raja pun mengancam akan menghukum mereka dengan mencampakkan ke perapian yang menyala-nyala (ay. 15b).

Nebukadnezar merupakan raja Babel, dimana pada saat itu bangsa Babel menyembah banyak dewa, terlebih karena bangsa Babel saat itu merupakan bangsa yang besar, yang telah mengalahkan banyak bangsa-bangsa lain, sehingga bangsa Babel mungkin saja mengenal banyak dewa-dewa, baik dari kebudayaan asli mereka sendiri, maupun dari bangsa-bangsa yang mereka jajah. Itulah mengapa Nebukadnezar sampai berkata, “Dewa manakah yang dapat melepaskan umatNya dari perapian yang menyala-nyala tersebut?” (ay. 15c).

Itu adalah pikiran logis seorang manusia, apalagi seorang raja yang berkuasa. Akan tetapi Sadrakh, Mesakh dan Abednego punya pandangan yang berbeda. Mereka bertiga tahu bahwa mereka tidak akan mungkin menang berdebat kepada raja (ay. 16). Akan tetapi di balik itu semua mereka bertiga pun tahu bahwa Allah mereka yang mereka sembah adalah Allah yang berbeda dengan dewa-dewa lain. Mereka tahu bahwa Allah mereka adalah Allah yang berkuasa, yang tidak ada bandingannya dengan allah manapun di dunia ini. Perhatikan jawaban Sadrakh, Mesakh dan Abednego: “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja” (ay. 17). Mereka percaya Allah sanggup melepaskan mereka dari perapian yang menyala itu, tetapi semuanya kembali lagi kepada kehendak Allah. Jika Allah mau, maka apa yang diinginkan Allah pasti terlaksana. Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil (Yer 32:17 & 27).

Namun perhatikan kembali ayat selanjutnya: “Tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu” (ay. 17). Ini adalah sikap yang luar biasa dari Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Mereka tidak memaksakan kehendak mereka akan tetapi berserah kepada kehendak Allah. Jika Allah mau melepaskan, mereka pasti akan selamat. Jika tidak pun, mereka akan tetap beribadah kepada Allah dan menjaga kekudusan mereka dengan tidak menyembah patung yang ada. Inilah tingkatan doa atau permintaan yang tertinggi, yaitu membiarkan kehendak Allah yang terjadi dan tidak memaksakan kehendak kita. Pada intinya, apa yang dilakukan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego hampir mirip dengan doa Yesus di taman Getsemani (Mat 26:39).

Jika kita mau jujur, berapa kali kita berdoa dengan memaksakan kehendak kita? Berapa kali kita memaksa: “Tuhan, jawab doa kami”. Bagaimana jika ternyata Tuhan tidak menjawab doa kita? Ingat bahwa Sadrakh, Mesakh dan Abednego pastilah ingin agar Allah mereka melepaskan mereka. Mereka adalah orang-orang yang luar biasa, yang sangat taat kepada Tuhan walaupun risikonya adalah kehilangan nyawa mereka. Apakah ketika mereka tidak ditolong Tuhan maka Tuhan itu tidak berkuasa? Tidak, Tuhan tetap adalah Tuhan yang berkuasa apapun nanti jawaban Tuhan atas permintaan mereka. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego tahu akan hal itu, dan mereka percaya sepenuhnya kedalam tangan Tuhan, sekalipun doa mereka tidak dijawab Tuhan pun. Sudahkah kita juga memiliki pola pikir seperti ini? Biarlah kehendakMu yang jadi Tuhan, dan jangan kehendak kami.


Bacaan Alkitab: Daniel 3:13-18
3:13 Sesudah itu Nebukadnezar memerintahkan dalam marahnya dan geramnya untuk membawa Sadrakh, Mesakh dan Abednego menghadap. Setelah orang-orang itu dibawa menghadap raja,
3:14 berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: "Apakah benar, hai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu?
3:15 Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?"
3:16 Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.
3:17 Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja;
3:18 tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.