Jumat, 25 Januari 2013
Bacaan Alkitab: Matius 18:21-22
“Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku
berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan [mengampuni] sampai tujuh
puluh kali tujuh kali.” (Mat 18:22)
Forgive and
Forget
Saya pernah membaca suatu ilustrasi bagaimana
kesalahan yang orang lain buat kepada kita itu bagaikan paku yang ditancapkan
di sebuah kayu. Memang ketika kita mengampuni orang lain yang bersalah tersebut
itu ibarat kita mencabut paku-paku yang telah menancap. Akan tetapi walaupun
paku tersebut sudah dicabut, paku-paku tersebut tetap menimbulkan bekas pada
kayu itu. Ilustrasi ini sebetulnya lebih mengingatkan kita agar kita juga tidak
sembarangan berbuat salah kepada orang lain, termasuk dari sikap dan perkataan
kita yang harus kita jaga agar jangan sampai hal tersebut seperti paku yang
merusak kayu milik orang lain.
Tetapi kemudian saya berpikir, benarkah
demikian? Apakah kayu tersebut sudah tidak mungkin lagi untuk kembali mulus
seperti dulu?
Bacaan Alkitab kita hari ini berbicara
tentang Petrus (yang adalah salah satu murid Yesus yang paling menonjol dan salah
satu yang paling mengerti tentang Firman Tuhan) yang tiba-tiba bertanya kepada
Yesus tentang berapa kali ia harus mengampuni saudaranya ketika ia berbuat dosa
kepadanya. Saat itu dia justru membuat standar sendiri: apakah sampai tujuh
kali sudah cukup (ay. 21)?
Bagi kita manusia, mengampuni tujuh kali itu
sudah suatu prestasi tersendiri. Coba bayangkan jika ada orang yang menipu kita
dan kemudian meminta maaf kepada kita, apakah kita mau memaafkannya jika setelah
ia meminta maaf kepada kita kemudian ia kembali mengulangi kesalahannya dan
kembali meminta maaf kepada kita, begitu seterusnya hingga tujuh kali?
Tidak mudah untuk memaafkan orang yang sudah
berbuat salah kepada kita. Akan tetapi Yesus membuat standarNya sendiri, yaitu
kita harus memaafkan sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali yaitu 490 kali (ay.
22). Saya kurang begitu tahu tentang makna angka-angka di dalam Alkitab jadi
saya pun tidak akan membahas tentang makna angka 70 x 7 = 490 tersebut. Tetapi
saya membayangkan jika kita bisa mengampuni sampai 490 kali, itu ada dua makna:
kita memang sungguh-sungguh hebat (karena bisa menghitung sampai 490 kali
mengampuni kesalahan yang sama dari seseorang), atau sebenarnya kita pun sudah
melupakan kesalahan orang tersebut. Saya rasa tidak ada orang yang akan
mengampuni hingga 490 kali untuk satu kesalahan yang sama. Sebelum kita mengampuni
sampai 100 kali pun, saya rasa kita pun sudah melupakannya.
Ini adalah inti dari mengampuni. Mengampuni
tidak hanya sekedar memaafkan (forgive)
tetapi mengampuni juga mengandung unsur melupakan (forget). Teladan terbesar dari mengampuni adalah Tuhan sendiri. Ketika
Tuhan mengampuni kita, Ia tidak hanya sekedar memaafkan kita tetapi juga
melupakan segala dosa-dosa kita. Untuk itulah kita pun harus serius ketika
minta ampun kepada Tuhan. Jangan sampai kita hanya “main-main” ketika minta
ampun kepada Tuhan. Ketika kita meminta pengampunan dari Tuhan, itu harus kita
lakukan dengan serius dan juga dengan sikap hati yang benar, alias jangan
sampai kita meminta ampun dari Tuhan padahal kita juga tidak mau mengampuni
orang lain yang bersalah terhadap kita (Mat 6:12).
Terkait dengan ilustrasi di atas, walaupun
ilustrasi tersebut sangat bagus sekali, tetapi saya merasa bahwa masih ada yang
kurang. Satu-satunya cara agar kayu yang dahulu penuh dengan bekas paku tersebut
dapat kembali mulus adalah dengan cara mengganti kayu yang lama dengan kayu
yang baru. Ketika kita mengampuni orang lain, mintalah agar Tuhan yang
mengganti hati kita dengan hati yang baru (Yeh 36:26). Hanya Tuhanlah yang
dapat mengganti hati kita, Ketika hati kita sudah penuh dengan luka akibat
kesalahan orang lain, maka ketika kita mau mengampuni orang tersebut dengan
cara memaafkan (forgive) dan
melupakan (forget), maka Tuhan akan mengganti
hati kita dengan hati yang baru, hati yang tidak ada bekas luka akibat “paku-paku” kesalahan orang lain kepada kita.
Pertanyaannya adalah, maukah kita melakukan bagian kit auntuk mengampuni, memaafkan
dan melupakan? Memang sulit, terutama ketika ego kita masih belum mau
mengampuni. Tetapi tidak ada yang mustahil. Ketika kita taat, maka Tuhan akan
memampukan kita agar kita dapat melakukan bagian kita sesuai dengan FirmanNya. Kembali
lagi, pertanyaannya adalah apakah kita mau mengampuni, ataukah kita tetap ingin
menyimpan “paku-paku” dan/atau “lubang bekas paku” tersebut di dalam hati kita?
Bacaan Alkitab: Matius 18:21-22
18:21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata
kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku
jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
18:22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan!
Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh
kali tujuh kali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.