Sabtu, 26 Januari 2013

Forgive and Forget



Jumat, 25 Januari 2013
Bacaan Alkitab: Matius 18:21-22
Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan [mengampuni] sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” (Mat 18:22)


Forgive and Forget


Saya pernah membaca suatu ilustrasi bagaimana kesalahan yang orang lain buat kepada kita itu bagaikan paku yang ditancapkan di sebuah kayu. Memang ketika kita mengampuni orang lain yang bersalah tersebut itu ibarat kita mencabut paku-paku yang telah menancap. Akan tetapi walaupun paku tersebut sudah dicabut, paku-paku tersebut tetap menimbulkan bekas pada kayu itu. Ilustrasi ini sebetulnya lebih mengingatkan kita agar kita juga tidak sembarangan berbuat salah kepada orang lain, termasuk dari sikap dan perkataan kita yang harus kita jaga agar jangan sampai hal tersebut seperti paku yang merusak kayu milik orang lain.

Tetapi kemudian saya berpikir, benarkah demikian? Apakah kayu tersebut sudah tidak mungkin lagi untuk kembali mulus seperti dulu?

Bacaan Alkitab kita hari ini berbicara tentang Petrus (yang adalah salah satu murid Yesus yang paling menonjol dan salah satu yang paling mengerti tentang Firman Tuhan) yang tiba-tiba bertanya kepada Yesus tentang berapa kali ia harus mengampuni saudaranya ketika ia berbuat dosa kepadanya. Saat itu dia justru membuat standar sendiri: apakah sampai tujuh kali sudah cukup (ay. 21)?

Bagi kita manusia, mengampuni tujuh kali itu sudah suatu prestasi tersendiri. Coba bayangkan jika ada orang yang menipu kita dan kemudian meminta maaf kepada kita, apakah kita mau memaafkannya jika setelah ia meminta maaf kepada kita kemudian ia kembali mengulangi kesalahannya dan kembali meminta maaf kepada kita, begitu seterusnya hingga tujuh kali?

Tidak mudah untuk memaafkan orang yang sudah berbuat salah kepada kita. Akan tetapi Yesus membuat standarNya sendiri, yaitu kita harus memaafkan sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali yaitu 490 kali (ay. 22). Saya kurang begitu tahu tentang makna angka-angka di dalam Alkitab jadi saya pun tidak akan membahas tentang makna angka 70 x 7 = 490 tersebut. Tetapi saya membayangkan jika kita bisa mengampuni sampai 490 kali, itu ada dua makna: kita memang sungguh-sungguh hebat (karena bisa menghitung sampai 490 kali mengampuni kesalahan yang sama dari seseorang), atau sebenarnya kita pun sudah melupakan kesalahan orang tersebut. Saya rasa tidak ada orang yang akan mengampuni hingga 490 kali untuk satu kesalahan yang sama. Sebelum kita mengampuni sampai 100 kali pun, saya rasa kita pun sudah melupakannya.

Ini adalah inti dari mengampuni. Mengampuni tidak hanya sekedar memaafkan (forgive) tetapi mengampuni juga mengandung unsur melupakan (forget). Teladan terbesar dari mengampuni adalah Tuhan sendiri. Ketika Tuhan mengampuni kita, Ia tidak hanya sekedar memaafkan kita tetapi juga melupakan segala dosa-dosa kita. Untuk itulah kita pun harus serius ketika minta ampun kepada Tuhan. Jangan sampai kita hanya “main-main” ketika minta ampun kepada Tuhan. Ketika kita meminta pengampunan dari Tuhan, itu harus kita lakukan dengan serius dan juga dengan sikap hati yang benar, alias jangan sampai kita meminta ampun dari Tuhan padahal kita juga tidak mau mengampuni orang lain yang bersalah terhadap kita (Mat 6:12).

Terkait dengan ilustrasi di atas, walaupun ilustrasi tersebut sangat bagus sekali, tetapi saya merasa bahwa masih ada yang kurang. Satu-satunya cara agar kayu yang dahulu penuh dengan bekas paku tersebut dapat kembali mulus adalah dengan cara mengganti kayu yang lama dengan kayu yang baru. Ketika kita mengampuni orang lain, mintalah agar Tuhan yang mengganti hati kita dengan hati yang baru (Yeh 36:26). Hanya Tuhanlah yang dapat mengganti hati kita, Ketika hati kita sudah penuh dengan luka akibat kesalahan orang lain, maka ketika kita mau mengampuni orang tersebut dengan cara memaafkan (forgive) dan melupakan (forget), maka Tuhan akan mengganti hati kita dengan hati yang baru, hati yang tidak ada bekas luka akibat “paku-paku”  kesalahan orang lain kepada kita. Pertanyaannya adalah, maukah kita melakukan bagian kit auntuk mengampuni, memaafkan dan melupakan? Memang sulit, terutama ketika ego kita masih belum mau mengampuni. Tetapi tidak ada yang mustahil. Ketika kita taat, maka Tuhan akan memampukan kita agar kita dapat melakukan bagian kita sesuai dengan FirmanNya. Kembali lagi, pertanyaannya adalah apakah kita mau mengampuni, ataukah kita tetap ingin menyimpan “paku-paku” dan/atau “lubang bekas paku” tersebut di dalam hati kita?


Bacaan Alkitab: Matius 18:21-22
18:21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
18:22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.