Sabtu, 5 Januari 2013
Bacaan Alkitab: Ulangan 18:9-14
“Sebab bangsa-bangsa yang daerahnya akan
kaududuki ini mendengarkan kepada peramal atau petenung, tetapi engkau ini
tidak diizinkan TUHAN, Allahmu, melakukan yang demikian.” (Ul 18:14)
Pandangan Alkitab
Terhadap Ramalan, Tenungan, dan Sebagainya
Banyak suku bangsa di dunia ini yang memiliki
“budaya” ramal-meramal. Tidak usah jauh-jauh, di suku Jawa saja, biasanya
ketika seseorang mau mengadakan suatu acara semisal acara pernikahan, maka akan
dihitung “hari baik” berdasarkan tanggal lahir kedua calon mempelai berdasarkan
kalender jawa. Saya sendiri tidak terlalu memikirkan hal tersebut karena toh
menurut pendapat saya semua hari baik, karena ketika Tuhan menciptakan segala
sesuatu di langit dan bumi, Tuhan selalu melihat bahwa segala sesuatunya baik.
Bahkan di masa modern seperti saat ini,
justru saya melihat ada kemunduran moral pada manusia. Jika kita lihat, manusia
sekarang justru terikat dengan apa yang disebut ramalan. Lihat saja
majalah-majalah yang beredar di Indonesia saat ini, mulai dari majalah remaja,
majalah pemuda, majalah ibu-ibu hingga majalah bapak-bapak pun biasanya
memiliki rubrik “Zodiak Anda”, yang menunjukkan ramalan per masing-masing zodiak
untuk minggu atau bulan tersebut. Herannya, itu menjadi rubrik yang paling
dicari-cari oleh orang yang membaca majalah tersebut, walaupun mungkin hanya
iseng belaka atau bahkan memang karena mereka percaya akan ramalan zodiak
tersebut.
Lalu apa kata Alkitab terhadap ramalan? Setelah
saya mencari di dalam Alkitab, saya teringat akan bagian Alkitab yang saya
kutip hari ini. Kitab Ulangan bercerita tentang kisah perjalanan Israel dari
Mesir ke Tanah Perjanjian secara ringkas. Inti utama dari kitab ini adalah
bagaimana Musa mengingatkan bangsa Israel untuk tidak berpaling dari Tuhan
Allah dan tidak mengikuti cara-cara yang dilakukan bangsa-bangsa lain, karena
mereka adalah bangsa yang kudus (ay. 9).
Salah satunya adalah terkait dengan ilmu sihir (magic) yang umum dilakukan bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal
Tuhan, seperti mempersembahkan anak menjadi korban dan juga meramal nasib,
bertanya kepada arwah, dan lain sebagainya (ay. 10-11).
Ketika Alkitab menulis seperti ini, berarti
memang pada dasarnya aktivitas ini sudah terjadi sejak dulu kala, dan juga
terjadi di mana-mana. Bangsa mana yang tidak punya kebiasaan ramal-meramal?
Bangsa mana yang tidak mengenal adanya tumbal untuk mendapatkan sesuatu? Bahkan
di Indonesia ini pun penuh dengan hal-hal seperti itu. Alkitab tidak mengatakan
bahwa ramalan itu hanyalah joke semata. Praktek sihir seperti itu memang ada
dan memang bisa berhasil. Akan tetapi semuanya itu dikarenakan bahwa
sesungguhnya mereka sedang beribadah kepada Iblis.
Oleh karena itu Tuhan berfirman agar bangsa
Israel tidak ikut-ikutan hal ini, dan tidak meniru apa yang dilakukan
bangsa-bangsa lain, karena semua itu adalah kekejian di hadapan Tuhan (ay. 12).
Tuhan ingin agar bangsa Israel senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala hal, tidak
mengandalkan peramal atau petenung (ay. 14). Tuhan ingin agar bangsa Israel
kudus dan tidak bercacat dan bercela di hadapan Tuhan (ay. 13).
Hal yang sama juga masih berlaku bagi kita,
anak-anakNya yang hidup di masa sekarang ini. Ketika sekitar 3000 tahun yang
lalu Tuhan saja sudah berfirman seperti itu, masihkah kita sekarang meminta
ramalan kepada orang lain? Saya sendiri melihat bahwa orang yang suka diramal,
sesungguhnya hidupnya menjadi terikat dengan roh peramal itu sendiri. Padahal
sesungguhnya orang percaya hidupnya sudah ada di tangan Tuhan. Jadi seharusnya
kita menanyakan masa depan kita kepada Tuhan yang adalah pemilik hidup kita,
bukan kepada peramal. Bukankah Tuhan jauh lebih besar dari apapun yang ada di
dunia ini? Bukankah Tuhan juga sudah berjanji bahwa akan memberikan masa depan
yang penuh harapan kepada kita (Yer 29:11)?
Iblis pun bisa menyamar menjadi malaikat
terang (2 Kor 11:14). Iblis pun bisa memberikan kekayaan yang luar biasa,
bahkan Iblis pernah menawarkannya kepada Yesus ketika mencobaiNya di padang
gurun (Mat 4:8-9). Tetapi semuanya itu tidak akan berarti karena jiwa kita
menjadi milik Iblis. Alkitab mengatakan untuk apa kita memperoleh seisi dunia
tetapi jiwa kita binasa (Mat 16:26)? Saya sangat sedih ketika banyak orang
pergi ke dukun hanya untuk mencari kesembuhan, mencari kekayaan, atau bahkan
mencari santet dan pelet untuk mendapatkan sesuatu di dunia ini. Bukan di dunia
ini yang kita cari, tetapi di surga nanti. Hidup kita harus kita persiapkan
untuk hidup di surga nanti. Bagi kita anak-anak Tuhan, penyertaan dan
perlindungan Tuhan sudah sangat cukup bagi kita. Tidak perlu ikut-ikutan orang
dunia yang meminta berkat ke dukun, meminta perlindungan terhadap santet, dan
lain sebagainya. Tuhanlah Allah kita. Tidak akan ada mantera yang mempan
terhadap kita (Bil 23:23), selama kita setia mengiring Tuhan dan sepanjang kita
tidak membuka celah.
Bacaan Alkitab: Ulangan 18:9-14
18:9 "Apabila engkau sudah masuk ke
negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, maka janganlah engkau
belajar berlaku sesuai dengan kekejian yang dilakukan bangsa-bangsa itu.
18:10 Di antaramu janganlah didapati seorang
pun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai
korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal,
seorang penelaah, seorang penyihir,
18:11 seorang pemantera, ataupun seorang yang
bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada
orang-orang mati.
18:12 Sebab setiap orang yang melakukan
hal-hal ini adalah kekejian bagi TUHAN, dan oleh karena kekejian-kekejian
inilah TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu.
18:13 Haruslah engkau hidup dengan tidak
bercela di hadapan TUHAN, Allahmu.
18:14 Sebab bangsa-bangsa yang daerahnya akan
kaududuki ini mendengarkan kepada peramal atau petenung, tetapi engkau ini
tidak diizinkan TUHAN, Allahmu, melakukan yang demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.