Minggu, 27 Januari 2013
Bacaan Alkitab: 1 Samuel 1:24-28
“Maka aku pun menyerahkannya kepada TUHAN;
seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN." Lalu sujudlah mereka di
sana menyembah kepada TUHAN.” (1 Sam 1:28)
Menyerahkan Anak Kita
kepada Tuhan
Dalam kebiasaan di denominasi gereja saya,
kami tidak mengenal adanya baptisan bagi anak kecil. Pandangan yang dianut
gereja saya adalah bahwa baptisan hanya untuk orang yang sudah mengerti
kebenaran Firman Tuhan dan mau menerima Yesus secara pribadi sebagai Tuhan dan
Juruselamat di dalam hidupnya (dimana hampir tidak mungkin seorang anak kecil
sudah memiliki pandangan seperti itu), oleh karena itu anak kecil hanya bisa “diserahkan
kepada Tuhan”, sehingga muncul istilah “penyerahan anak” di dalam gereja saya. Dalam
tulisan saya, saya tidak mempermasalahkan masalah baptisan karena itu kembali
lagi kepada kita masing-masing dan gereja kita masing-masing. Dalam hal ini
saya hanya menulis berdasarkan kebiasaan di gereja saya dan membagikannya
kepada para pembaca renungan ini.
Ketika anak saya lahir, saya pun melakukan penyerahan
anak bagi anak saya tersebut. Saat itu saya dan isteri saya membawa anak saya
(waktu itu masih berusia di bawah satu bulan), kemudian Pendeta mendoakan anak
saya dan meminta Tuhan menyertai hidup anak saya, karena anak saya sudah
menjadi milik Tuhan.
Saat itulah saya berdoa juga, dan meminta Tuhan
agar Tuhan pun boleh memakan anak saya bagi kemuliaan nama Tuhan, sehingga
melalui anak saya, banyak orang dapat mengenal Tuhan. Saya tidak membatasi
kuasa Tuhan, tentang apakah anak saya nantinya akan menjadi seorang pendeta
atau tidak, akan saya hanya meminta Tuhan boleh memakai anak saya bagi
kerajaanNya, soal bagaimana caranya itu terserah Tuhan.
Hal yang serupa terjadi juga dalam bacaan
Alkitab kita hari ini, tetapi dengan cara yang jauh lebih ekstrem. Hana, yang
berdoa meminta anak, sebelumnya telah berjanji bahwa apabila ia memperoleh
anak, maka anak tersebut akan diserahkan kepada Tuhan (dan memang benar-benar
diserahkan kepada Tuhan untuk menjadi pelayan Tuhan di rumah Tuhan). Ketika
Tuhan memberikan anak kepada Hana, maka Hana pun menepati janjinya. Setelah
anak tersebut disapih, Han pun mengantarkan anak tersebut dengan segala
persembahan yang dibawanya (lembu jantan, tepung dan anggur) dan mengantarkan
anak tersebut ke rumah Tuhan (ay. 24). Alkitab bahkan mengatakan bahwa saat itu
sang anak (Samuel) masih sangat kecil. Perkiraan saya saat itu Samuel masih di
bawah dua tahun (sesuai perkiraan pada usia berapa anak tersebut disapih).
Setelah Hana melakukan kewajiban agamanya,
yaitu menyembelih lembu yang ia bawa, Hana pun membawa Samuel kepada Imam Eli (ay.
25). Hana pun menjelaskan terlebih dahulu bagaimana Tuhan telah mendengarkan
doanya dan kemudian ia telah berjanji untuk menyerahkan anaknya tersebut kepada
Tuhan, dan saat ini ia pun menepati janjinya untuk membawa anaknya, Samuel,
kepada Tuhan (ay. 26-27).
Perhatikan kalimat Hana pada saat itu: “Seumur
hidup, terserahlah ia kiranya kepada Tuhan” (ay. 28). Ini adalah kalimat yang
sungguh luar biasa. Tidak mudah bagi orang tua (apalagi seorang ibu) untuk dapat
mengucapkan kalimat tersebut. Bagaimana ia boleh menyerahkan anaknya bagi
Tuhan, dan selanjutnya terserah Tuhan mau apakan anak tersebut. Hana sadar
bahwa ia sudah tidak memiliki hak lagi atas Samuel, anaknya, tetapi Tuhanlah
yang memiliki hak tersebut. Alkitab menulis bahwa Hana kemudian sujud menyembah
kepada Tuhan setelah ia menyerahkan anak tersebut. Ini adalah penundukan dan
penyerahan diri yang total kepada Tuhan.
Bagi Hana, Samuel sebenarnya sangat berharga
karena ini adalah anak pertamanya. Akan tetapi karena ia sudah terlanjur berjanji
kepada Tuhan maka ia pun harus menepati janjinya dengan memberikan anak
tersebut kepada Tuhan. Walaupun demikian, Tuhan adalah Tuhan yang sungguh luar
biasa. Ia tidak meninggalkan Hana begitu saja, tetapi Tuhan justru memberkati
Hana dengan cara memberikan tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan kepada
Hana (1 Sam 2:21). Ketika Hana menabur dengan memberikan Samuel kepada Tuhan,
Hana pun menuai hasil taburannya tersebut, yaitu anak laki-laki dan perempuan
bagi dirinya.
Hari ini kita belajar bagaimana seharunsnya
sikap kita sebagai orang tua terhadap anak kita. Ingat bahwa anak itu bukan
milik kita. Anak yang diberikan Tuhan itu adalah milik Tuhan yang hanya dititipkan kepada kita.
Tugas kita adalah merawat, menjaga dan mendidik anak kita dalam kebenaran
Firman Tuhan sehingga ia pun bisa melakukan segala sesuatunya sesuai dengan
Firman Tuhan. Sama seperti Tuhan memiliki hidup kita, demikian Tuhan memiliki
hidup anak-anak kita, sehingga kita pun harusnya berkata, “semua terserah Tuhan”.
Bagian kita adalah melakukan yang terbaik bagi anak-anak kita, sehingga nama
Tuhan pun dimuliakan. Sudahkah kita melakukan bagian kita?
Bacaan Alkitab: 1 Samuel 1:24-28
1:24 Setelah perempuan itu menyapih anaknya,
dibawanyalah dia, dengan seekor lembu jantan yang berumur tiga tahun, satu efa
tepung dan sebuyung anggur, lalu diantarkannya ke dalam rumah TUHAN di Silo.
Waktu itu masih kecil betul kanak-kanak itu.
1:25 Setelah mereka menyembelih lembu, mereka
mengantarkan kanak-kanak itu kepada Eli;
1:26 lalu kata perempuan itu: "Mohon
bicara tuanku, demi tuanku hidup, akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini
dekat tuanku untuk berdoa kepada TUHAN.
1:27 Untuk mendapat anak inilah aku berdoa,
dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya.
1:28 Maka aku pun menyerahkannya kepada
TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN." Lalu sujudlah
mereka di sana menyembah kepada TUHAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.