Sabtu, 26 Januari 2013

Menyerahkan Anak Kita kepada Tuhan



Minggu, 27 Januari 2013
Bacaan Alkitab: 1 Samuel 1:24-28
Maka aku pun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN." Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN.” (1 Sam 1:28)


Menyerahkan Anak Kita kepada Tuhan


Dalam kebiasaan di denominasi gereja saya, kami tidak mengenal adanya baptisan bagi anak kecil. Pandangan yang dianut gereja saya adalah bahwa baptisan hanya untuk orang yang sudah mengerti kebenaran Firman Tuhan dan mau menerima Yesus secara pribadi sebagai Tuhan dan Juruselamat di dalam hidupnya (dimana hampir tidak mungkin seorang anak kecil sudah memiliki pandangan seperti itu), oleh karena itu anak kecil hanya bisa “diserahkan kepada Tuhan”, sehingga muncul istilah “penyerahan anak” di dalam gereja saya. Dalam tulisan saya, saya tidak mempermasalahkan masalah baptisan karena itu kembali lagi kepada kita masing-masing dan gereja kita masing-masing. Dalam hal ini saya hanya menulis berdasarkan kebiasaan di gereja saya dan membagikannya kepada para pembaca renungan ini.

Ketika anak saya lahir, saya pun melakukan penyerahan anak bagi anak saya tersebut. Saat itu saya dan isteri saya membawa anak saya (waktu itu masih berusia di bawah satu bulan), kemudian Pendeta mendoakan anak saya dan meminta Tuhan menyertai hidup anak saya, karena anak saya sudah menjadi milik Tuhan.

Saat itulah saya berdoa juga, dan meminta Tuhan agar Tuhan pun boleh memakan anak saya bagi kemuliaan nama Tuhan, sehingga melalui anak saya, banyak orang dapat mengenal Tuhan. Saya tidak membatasi kuasa Tuhan, tentang apakah anak saya nantinya akan menjadi seorang pendeta atau tidak, akan saya hanya meminta Tuhan boleh memakai anak saya bagi kerajaanNya, soal bagaimana caranya itu terserah Tuhan.

Hal yang serupa terjadi juga dalam bacaan Alkitab kita hari ini, tetapi dengan cara yang jauh lebih ekstrem. Hana, yang berdoa meminta anak, sebelumnya telah berjanji bahwa apabila ia memperoleh anak, maka anak tersebut akan diserahkan kepada Tuhan (dan memang benar-benar diserahkan kepada Tuhan untuk menjadi pelayan Tuhan di rumah Tuhan). Ketika Tuhan memberikan anak kepada Hana, maka Hana pun menepati janjinya. Setelah anak tersebut disapih, Han pun mengantarkan anak tersebut dengan segala persembahan yang dibawanya (lembu jantan, tepung dan anggur) dan mengantarkan anak tersebut ke rumah Tuhan (ay. 24). Alkitab bahkan mengatakan bahwa saat itu sang anak (Samuel) masih sangat kecil. Perkiraan saya saat itu Samuel masih di bawah dua tahun (sesuai perkiraan pada usia berapa anak tersebut disapih).

Setelah Hana melakukan kewajiban agamanya, yaitu menyembelih lembu yang ia bawa, Hana pun membawa Samuel kepada Imam Eli (ay. 25). Hana pun menjelaskan terlebih dahulu bagaimana Tuhan telah mendengarkan doanya dan kemudian ia telah berjanji untuk menyerahkan anaknya tersebut kepada Tuhan, dan saat ini ia pun menepati janjinya untuk membawa anaknya, Samuel, kepada Tuhan (ay. 26-27).

Perhatikan kalimat Hana pada saat itu: “Seumur hidup, terserahlah ia kiranya kepada Tuhan” (ay. 28). Ini adalah kalimat yang sungguh luar biasa. Tidak mudah bagi orang tua (apalagi seorang ibu) untuk dapat mengucapkan kalimat tersebut. Bagaimana ia boleh menyerahkan anaknya bagi Tuhan, dan selanjutnya terserah Tuhan mau apakan anak tersebut. Hana sadar bahwa ia sudah tidak memiliki hak lagi atas Samuel, anaknya, tetapi Tuhanlah yang memiliki hak tersebut. Alkitab menulis bahwa Hana kemudian sujud menyembah kepada Tuhan setelah ia menyerahkan anak tersebut. Ini adalah penundukan dan penyerahan diri yang total kepada Tuhan.

Bagi Hana, Samuel sebenarnya sangat berharga karena ini adalah anak pertamanya. Akan tetapi karena ia sudah terlanjur berjanji kepada Tuhan maka ia pun harus menepati janjinya dengan memberikan anak tersebut kepada Tuhan. Walaupun demikian, Tuhan adalah Tuhan yang sungguh luar biasa. Ia tidak meninggalkan Hana begitu saja, tetapi Tuhan justru memberkati Hana dengan cara memberikan tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan kepada Hana (1 Sam 2:21). Ketika Hana menabur dengan memberikan Samuel kepada Tuhan, Hana pun menuai hasil taburannya tersebut, yaitu anak laki-laki dan perempuan bagi dirinya.

Hari ini kita belajar bagaimana seharunsnya sikap kita sebagai orang tua terhadap anak kita. Ingat bahwa anak itu bukan milik kita. Anak yang diberikan Tuhan itu adalah milik  Tuhan yang hanya dititipkan kepada kita. Tugas kita adalah merawat, menjaga dan mendidik anak kita dalam kebenaran Firman Tuhan sehingga ia pun bisa melakukan segala sesuatunya sesuai dengan Firman Tuhan. Sama seperti Tuhan memiliki hidup kita, demikian Tuhan memiliki hidup anak-anak kita, sehingga kita pun harusnya berkata, “semua terserah Tuhan”. Bagian kita adalah melakukan yang terbaik bagi anak-anak kita, sehingga nama Tuhan pun dimuliakan. Sudahkah kita melakukan bagian kita?


Bacaan Alkitab: 1 Samuel 1:24-28
1:24 Setelah perempuan itu menyapih anaknya, dibawanyalah dia, dengan seekor lembu jantan yang berumur tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur, lalu diantarkannya ke dalam rumah TUHAN di Silo. Waktu itu masih kecil betul kanak-kanak itu.
1:25 Setelah mereka menyembelih lembu, mereka mengantarkan kanak-kanak itu kepada Eli;
1:26 lalu kata perempuan itu: "Mohon bicara tuanku, demi tuanku hidup, akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini dekat tuanku untuk berdoa kepada TUHAN.
1:27 Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya.
1:28 Maka aku pun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN." Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.