Rabu, 9 Januari 2013
Bacaan Alkitab: Lukas 1:1-4
“Karena itu, setelah aku menyelidiki segala
peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk
membukukannya dengan teratur bagimu.” (Luk 1:3)
Membukukan bagi
Orang Lain
Pernahkah kita mencoba untuk memahami
bagaimana hari ini kita bisa begitu mudahnya membaca Alkitab? Saat ini kita
sudah menemukan Alkitab dalam edisi elektronik/softcopy. Alkitab bahkan dengan mudah ditemui di toko-toko buku
utama di kota kita, dengan harga yang terjangkau. Bahkan kita pun dapat membaca
Alkitab dalam berbagai bahasa daerah di
Indonesia ini. Tetapi kondisinya sangat berbeda dengan sekitar 100 tahun yang
lalu atau bahkan jauh sebelumnya.
Kemudahan kita saat ini untuk dapat membaca
Alkitab dalam berbagi versi dan bahasa tentu tidak lepas dari perjuangan
orang-orang yang mengerjakannya. Ada orang-orang yang membuat versi softcopy dari Alkitab sehingga kita
dapat dengan mudah membaca Alkitab dimanapun dan kapanpun. Ada juga orang-orang
yang dengan susah payah menerjemahkan Alkitab dari bahasa asing ke bahasa
Indonesia bahkan ke berbagai bahasa daerah di Indonesia. Jauh sebelumnya, ada
orang-orang yang menyalin Alkitab dengan tangan mereka sendiri (karena belum
ditemukan mesin cetak). Bahkan jauh sebelumnya, ada orang-orang yang dengan
ilham Roh Kudus menulis Firman Tuhan, seperti kitab-kitab yang ada dalam
Alkitab ini.
Lukas sendiri dipercaya menulis dua kitab
dalam Alkitab, yaitu Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Apa tujuan dan motivasi
Lukas menulis kitab tersebut? Kitab Lukas ditujukan kepada Teofilus dengan
tujuan agar orang lain dapat membaca berita dan peristiwa-peristiwa yang Lukas
saksikan sebagai saksi mata dan pelayan Firman Tuhan (ay. 1 & 2). Lukas
memilki motivasi agar semua peristiwa yang ia pernah alami bersama-sama dengan
Tuhan sebagai saksi mata langsung, tidak hilang begitu saja ketika ia nanti
mati. Lukas berharap dengan menuliskannya maka tulisan itu tidak hilang dan
dapat dibaca dari generasi ke generasi.
Lukas tentu saja tidak sembarangan menulis
tentang Yesus di dalam tulisannya. Lukas terlebih dahulu menyelidiki segala
sesuatunya dengan seksama sebelum menulis dan membukukannya menjadi suatu kitab
(ay. 3). Lukas tidak mau menulis sesuatu yang tidak benar dalam tulisannya
tersebut. Sebagai seorang tabib, Lukas adalah seseorang yang teliti dan tidak
sembarangan menulis. Itulah mengapa kitab Lukas adalah salah satu dari dua
kitab yang menjelaskan tentang kelahiran Yesus Kristus, bahkan bisa dibilang
peristiwa kelahiran Yesus di kitab Lukas adalah salah satu yang terlengkap
dibandingkan dengan kitab lain.
Lukas tidak memiliki tujuan apapun selain membukukan
kejadian tentang Yesus, sejak lahirNya, pelayananNya, hingga kematian dan
kebangkitanNya. Lukas ingin agar apa yang ditulisnya dapat menjadikan
orang-orang yang membacanya mengerti tentang kebenaran Firman Tuhan dan percaya
kepada Yesus Kristus (ay. 4). Sungguh suatu tujuan yang sangat mulia bukan?
Sama halnya dengan para hamba-hamba Tuhan yang mengabdikan dirinya bagi
pelayanan Tuhan, terlebih mereka yang berkecimpung dalam pelayanan Firman Tuhan
ini, termasuk orang-orang yang menerjemahkan Alkitab bahkan mereka yang
mendistribusikan Alkitab ke orang-orang yang membutuhkannya.
Hari ini kita belajar dari Lukas, bagaimana
Lukas mengorbankan banyak waktunya untuk menulis kitab Lukas dan Kisah Para
Rasul. Ingat bahwa 2.000 tahun yang lalu, belum ada komputer atau mesin tik,
dan Lukas harus menulis dengan tangan di atas perkamen. Sungguh suatu kegiatan
yang sangat sulit dan menyita banyak waktu dan tenaganya. Tetapi Lukas mau
melakukannya bukan bagi kepentingannya
sendiri. Ini terlihat bahwa di dalam kitab Lukas maupun Kisah Para Rasul, tidak
pernah sekalipun nama Lukas disebutkan. Lukas adalah contoh orang yang rendah
hati yang mementingkan kepentingan pekerjaan Tuhan. Bagi Lukas, tiada yang
lebih indah dibandingkan dengan nama Tuhan dimuliakan melalui tulisannya.
Saat ini, apakah ada di antara kita yang
memiliki talenta menulis? Mari kita gunakan untuk kemuliaan Tuhan. Kita bisa
memakai media SMS, Facebook, Twitter, Blog, atau media sosial lainnya untuk
menulis sesuatu yang bisa menjadi berkat bagi orang lain. Lukas, Paulus, Yohanes,
dan banyak orang lainnya telah melakukannya. Sudahkah kita juga melakukan apa
yang menjadi bagian kita. Mari kita meninggalkan sesuatu untuk orang lain. Usia
kita memang tidak abadi, tetapi tulisan kita bisa berumur lebih panjang dari
umur kita. Sisihkan waktu kita untuk membukukan sesuatu yang baik, yang dapat
dilihat dan dibaca orang lain sehingga mereka pun dapat memuliakan nama Tuhan.
Bacaan Alkitab: Lukas 1:1-4
1:1 Teofilus yang mulia, Banyak orang telah
berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi
di antara kita,
1:2 seperti yang disampaikan kepada kita oleh
mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman.
1:3 Karena itu, setelah aku menyelidiki
segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan
untuk membukukannya dengan teratur bagimu,
1:4 supaya engkau dapat mengetahui, bahwa
segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.