Selasa, 17
Januari 2012
Bacaan
Alkitab: Yakobus 2:1-4
“Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman
kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan
dengan memandang muka.” (Yak 2:1)
Jangan Memandang Muka
Suka atau tidak suka, seringkali kita sebagai manusia justru lebih sering
menilai seseorang dari penampilan luarnya. Pernahkah kita mencoba datang ke mal
hanya menggunakan kaos oblongf, celana pendek dan sandal jepit kemudian kita datang
melihat-lihat barang yang ada? Mungkin saja tidak akan ada penjaga toko yang
mendatangi kita dan menawarkan barang kepada kita. Tetapi coba kita datang
dengan berdasi rapi, sambil menenteng handphone canggih, pasti ketika kita
masuk ke dalam toko, para penjaga toko langsung menyambut kita. Seperti itulah
kondisi manusia yang memang secara kodrat lebih melihat penampilan luar saja.
Alkitab mengatakan bahwa kita sebagai orang yang beriman kepada Yesus
Kristus, kita tidak boleh mengamalkan iman kita dengan memandang muka (ay. 1).
Kita harus meneladani Yesus Kristus yang dalam melakukan pelayananNya tidak
pernah memandang muka. Jika kita perhatikan, kedua belas murid Yesus berasal
dari latar belakang yang sangat berbeda, mulai dari nelayan yang mungkin adalah
orang yang miskin, pemungut cukai yang pastinya kaya walaupun mungkin uangnya
berasal dari hal-hal yang tidak baik, pemberontak Zelot, dan lain sebagainya.
Bahkan dalam pelayananNya, Tuhan Yesus tidak pernah menolak orang-orang dari
status sosialnya. Ia memang dekat dengan orang-orang miskin, tetapi Tuhan Yesus
pun juga pernah menyembuhkan anak seorang perwira, dan bahkan banyak
perempuan-perempuan kaya yang pernah disembuhkan oleh Tuhan Yesus (Luk 8:1-3).
Pelayanan yang dilakukan Tuhan Yesus tidak melihat status sosial dari orang
yang menerima pelayananNya.
Demikian juga seharusnya kita di Gereja. Terutama bagi kita yang sering
menjadi penerima tamu atau usher. Sayangnya,
masih ada beberapa Gereja yang menyediakan kursi khusus kepada orang-orang yang
dianggap spesial. Mungkin tidak terlalu masalah jika orang yang dianggap
spesial tersebut adalah hamba Tuhan yang diundang untuk memberitakan Firman
Tuhan di gereja tersebut, tetapi akan cukup menjadi masalah jika gereja mulai
membeda-bedakan tempat duduk jemaat berdasarkan status sosial jemaat tersebut.
Saya tidak bisa membayangkan jika ada suatu gereja yang mempunyai pengaturan
tempat duduk, misalkan yang paling depan adalah jemaat-jemaat yang
perpuluhannya paling besar, yang tengah adalah jemaat yang perpuluhannya
sedang-sedang saja, dan yang paling belakang adalah jemaat yang perpuluhannya
paling sedikit. Semoga tidak ada gereja yang menerapkan sistem tempat duduk
seperti itu.
Tuhan tidak ingin kita sebagai murid-murid Tuhan dan orang percaya membuat
perbedaan seperti itu, terlebih membeda-bedakan orang dalam pelayanan (ay. 4).
Mungkin bagi kita yang sudah melayani Tuhan, pernahkah kita menolak untuk
melayani hanya karena isi “amplop”nya kecil? Atau justru sebaliknya kita
memasang tarif jika ada orang lain yang membutuhkan pelayanan kita? Saya
sendiri juga tidak mau menghakimi, tetapi saya percaya bahwa sebagai orang
percaya, terlebih jika kita sendiri sudah mengambil bagian dalam pelayanan
Tuhan, kita tidak boleh memandang muka dan membeda-bedakan orang yang kita
layani hanya karena penampilan luar. Di mata Tuhan, semua jiwa berharga, bukan
karena penampilan dari luarnya, tetapi justru karena apa yang ada di hati orang
tersebut. Jangan sampai kita justru memandang muka dan menghakimi orang karena
pikiran kita hanya melihat tampilan luarnya saja.
Bacaan
Alkitab: Yakobus 2:1-4
2:1 Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus,
Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.
2:2 Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin
emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai
pakaian buruk,
2:3 dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata
kepadanya: "Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!", sedang
kepada orang yang miskin itu kamu berkata: "Berdirilah di sana!"
atau: "Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!",
2:4 bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak
sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.