Kamis, 05 Januari 2012

Mengerti Kehendak Tuhan dalam Waktu-waktu yang Sulit


Jumat, 6 Januari 2012
Bacaan Alkitab: Pengkhotbah 3:1-11
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” (Pkh 3:11)


Mengerti Kehendak Tuhan dalam Waktu-waktu yang Sulit


Awalnya saya berpikir bahwa Tuhan pasti memiliki rencana yang indah dalam kehidupan orang percaya. Saya berpikir bahwa kalau kita ikut Tuhan pasti hidup kita lancar-lancar saja. Tidak ada masalah, tidak ada persoalan, hidup penuh berkat Tuhan, hidup bahagia, dan seterusnya. Tetapi setelah saya semakin mengerti kebenaran Firman Tuhan, ternyata ketika kita sungguh-sungguh hidup mengiring Tuhan, tidak menjamin masalah akan menghilang dari kehidupan kita, justru saya merasa bahwa semakin kita sungguh-sungguh mengikut Tuhan, semakin banyak masalah yang datang dalam kehidupan kita.

Bacaan Alkitab kita pada hari ini berbicara bahwa untuk segala sesuatu ada masa dan waktunya (ay. 1). Waktu di sini berbicara tentang waktu Tuhan, dimana Tuhan telah menentukan waktu dan masa untuk setiap hal yang terjadi dalam kehidupan kita, mulai dari kelahiran kita hingga nanti ketika kita meninggal dunia (ay. 2a). Ketika saya membaca ayat 2 sampai 8 dari bacaan Alkitab kita hari ini, ternyata saya menemukan bahwa memang ada masa-masa atau waktu-waktu dimana kita akan mengalami hal-hal yang sukar. Pengkhotbah tidak hanya berbicara tentang waktu-waktu yang indah seperti waktu untuk menyembuhkan dan membangun (ay. 3), waktu untuk tertawa dan menari (ay. 4), waktu untuk memeluk (ay. 5), waktu untuk menyimpan (ay. 6), serta waktu untuk mengasihi dan damai (ay. 8). Pengkhotbah juga menyatakan bahwa dalam kehidupan manusia, Tuhan pun mengizinkan waktu-waktu yang sulit seperti waktu untuk membunuhdan merombak (ay. 3), waktu untuk menangis dan meratap (ay. 4), waktu untuk menahan diri dari memeluk (ay. 5), waktu untuk membiarkan rugi dan membuang (ay. 6), waktu untuk merobek dan berdiam diri (ay. 7), serta waktu untuk membenci dan perang (ay. 8).

Apakah di sini Pengkhotbah mengajarkan bahwa kita sebagai manusia juga harus membunuh, membenci serta berperang? Menurut saya sebenarnya tidak mutlak seperti itu, tetapi Pengkhotbah ingin menekankan bahwa dalam kehidupan manusia, akan ada waktu-waktu yang sulit yang Tuhan izinkan terjadi dalam kehidupan kita. Kehidupan kita tidak selalu diisi dengan hari-hari yang menggembirakan, tetapi juga diisi oleh hari-hari yang menyedihkan. Jika kita lihat kehidupan Tuhan Yesus sendiri pun tidak selalu diisi oleh hari-hari yang bahagia, ada kalanya Tuhan Yesus pernah menangis (Yoh 11:35), pernah marah (Mrk 11:15), pernah dikhianati (Yoh 18:5), pernah disangkal (Luk 22:61), dan juga pernah menderita hingga mati di atas kayu salib (Flp 2:8).

Jadi, ketika Tuhan Yesus saja harus mengalami waktu-waktu yang sulit dalam kehidupanNya, kita sebagai anak-anaknya juga tidak mungkin mengalami hidup yang lebih enak dan tanpa masalah. Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa “Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu” (Yoh 15:20a). Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengerti bahwa terkadang (dan bahkan seringkali) Tuhan memberikan masalah kepada kita agar kita mengerti bahwa kita tidak mampu berjalan sendiri dan kita membutuhkan Tuhan senantiasa dalam kehidupan kita.

Jika saat ini kita sedang mengalami masa-masa sulit, ingatlah perkataan pengkhotbah yang mengatakan bahwa “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir” (ay. 11). Ya, Tuhan pasti akan membuat akhir yang indah dalam segala sesuatu yang kita alami. Sayangnya, seringkali saat menghadapi waktu-waktu yang sulit kita tidak dapat menyelami pekerjaan-pekerjaan Allah. Kita seringkali tidak dapat mengerti apa maksud dan rencana Tuhan dalam masalah-masalah yang kita hadapi. Untuk itulah kita memerlukan sikap yang rendah hati, yang mau dibentuk oleh Tuhan melalui persoalan-persoalan dalam kehidupan kita. Biarlah kita bisa bersikap seperti bejana yang sedang dibentuk oleh tukang periuk, yang mengijinkanNya untuk membentuk kita sesuai dengan kehendakNya, sehingga kehidupan kita nantinya pun akan menjadi bejana yang indah dan berharga di hadapan Tuhan.


Bacaan Alkitab: Pengkhotbah 3:1-11
3:1 Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.
3:2 Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;
3:3 ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun;
3:4 ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;
3:5 ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk;
3:6 ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang;
3:7 ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;
3:8 ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.
3:9 Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah?
3:10 Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya.
3:11 Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.