Rabu, 25 Januari 2012

Tetap Bersukacita dalam Kondisi Apapun


Jumat, 27 Januari 2012
Bacaan Alkitab: Habakuk 3:17-19
Namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” (Hab 3:18)


Tetap Bersukacita dalam Kondisi Apapun


Pernahkah kita mengalami sesuatu masalah atau pergumulan yang sangat berat, hingga rasa-rasanya kita sudah tidak mampu lagi untuk menjalani hidup ini? Bagaimana perasaan kita saat itu? Lalu apakah yang kita lakukan? Ketika kita membawa pergumulan atau masalah tersebut kepada Tuhan, apakah kita masih dapat mengucap syukur kepada Tuhan?

Seringkali masalah atau pergumulan hidup membuat kita tidak dapat lagi mengucap syukur kepada Tuhan. Hal tersebut juga dapat terjadi bukan hanya kepada kita, tetapi juga dapat dialami oleh para hamba-hamba Tuhan yang cukup terkenal. Tidak ada orang yang tidak memiliki masalah atau pergumulan. Semua orang pasti pernah mengalami permasalahan yang sulit dan menekan hidupnya. Tetapi justru ketika menghadapi masalah itulah terlihat bagaimana iman dari orang yang mengalami masalah tersebut. Orang yang memiliki iman pasti masih dapat mengucap syukur kepada Tuhan, sementara orang yang kurang beriman pastilah juga kurang dapat mengucap syukur kepada Tuhan. Orang yang tidak punya iman justru akan menyalahkan dan mengutuk Tuhan atas masalah yang ia hadapi.

Bacaan Alkitab kita pada hari ini menulis tentang kondisi ekstrim yang mungkin dialami oleh semua orang. Pada saat kitab Habakuk ini ditulis, kebanyakan masyarakat yang tinggal di Kanaan hidup dari kegiatan agraris, yaitu bercocok tanam dan berternak. Jadi, bayangkan ayat 17 sebagai suatu kondisi dimana seluruh tanaman yang sedang ditanam tiba-tiba habis begitu saja. Pohon ara, pohon anggur, pohon zaitun tidak berbuah, serta hasil ladang pada saat itu tidak menghasilkan apapun, entah karena hama, banjir, atau justru karena kekeringan. Jika semua tanaman saja tidak menghasilkan, tentu saja tidak ada bahan makanan bagi ternak-ternak. Kambing dan domba yang membutuhkan banyak rumput terhalau dari kandang, apalagi lembu dan sapi yang membutuhkan lebih banyak rumput daripada kambing dan domba. Jika diibaratkan dengan peribahasa, hal tersebut sama saja dengan sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Bagaimana jika kita berada di dalam kondisi seperti itu? Nabi Habakuk sendiri berkata bahwa ia akan tetap bersorak-sorak dan bersukacita di dalam Tuhan (ay. 18). Bagaimana mungkin seseorang yang berada dalam kondisi seperti itu masih dapat bersukacita? Saya sendiri juga masih meragukan apakah saya dapat tetap bersukacita seperti itu ketika menghadapi sejumlah masalah dalam kehidupan saya.

Salah satu kunci untuk tetap bersukacita ketika masalah datang adalah mencari hal yang dapat kita jadikan alasan untuk bersyukur. Mungkin saja semua kekayaan kita habis, tetapi kita tetap masih dapat bersyukur karena Tuhan masih memberikan kesehatan. Mungkin juga kita akhirnya mengalami sakit penyakit yang parah, tetapi kita tetap masih dapat bersyukur karena Tuhan masih memberikan kesempatan bagi kita untuk tetap hidup. Contohlah Ayub yang dalam ujian kehidupan yang dialami, masih tetap dapat berkata “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan” (Ayb 1:21). Alkitab dua kali mengatakan bahwa dalam ujian yang dihadapi, ketika Ayub kehilangan seluruh kekayaannya, anak-anaknya, bahkan ketika ia menderita penyakit, Ayub tidak berdosa dengan bibirnya (Ayb 1:22 & 2:10).

Kita harus percaya bahwa Allah itu adalah Allah yang selalu memberikan kekuatan kepada kita bahkan ketika kita menghadapi hal-hal yang sulit sekalipun (ay. 19). Ketika kita mengalami masalah yang begitu berat, di situ kita harus sadar bahwa kita tidak mungkin mengatasi masalah sendirian dengan kekuatan kita. Kita membutuhkan Tuhan untuk menyelesaikan masalah kita. Seringkali kita melihat masalah begitu besar hingga kita tidak melihat Tuhan yang jauh lebih besar dari masalah kita, bahkan lebih besar dari apapun yang dapat kita bayangkan (Ef 3:20). Jadi, masihkah kita meragukan Tuhan ketika kita menghadapi masalah? Bukankah masalah itu seharusnya tidak dapat merampas sukacita yang telah diberikan Tuhan kepada kita?


Bacaan Alkitab: Habakuk 3:17-19
3:17 Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,
3:18 namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
3:19 ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. (Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.