Selasa, 3
Januari 2012
Bacaan
Alkitab: Roma 14:13-18
“Karena itu
janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut
pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung!” (Rm 14:13)
Jangan Menjadi Batu Sandungan
Beberapa hari yang lalu, isteri saya harus masuk rumah sakit karena demam.
Usut punya usut, ternyata hal tersebut disebabkan karena ia terlalu banyak
minum es. Sebenarnya ia tahu bahwa minum es tidak baik untuk kesehatannya, tetapi
karena dalam beberapa kesempatan saat kami sedang makan baik di rumah maupun di
luar rumah saya sering kali memesan es juga, sehingga akhirnya isteri saya
tergoda juga untuk meminum es. Apa dampaknya? Hanya gara-gara es teh yang
seharga dua ribu rupiah saja, isteri saya harus diopname dan menghabiskan biaya
lebih dari seribu kali lipatnya.
Seringkali apa yang kita lakukan, walaupun hal tersebut tidak berdampak
negatif kepada kita, tetapi sesungguhnya hal tersebut memiliki dampak negatif
kepada orang lain yang ada di sekeliling kita. Dalam hal-hal rohani, mungkin
saja kita telah memiliki tingkat iman yang dewasa dan tinggi, tetapi belum
tentu orang lain memiliki tingkat iman seperti kita. Barangkali masih banyak
orang-orang yang belum dewasa secara rohani sehingga apa yang kita lakukan,
walau sebenarnya kita yakin bahwa hal tersebut tidak bertentangan dengan Firman
Tuhan, tetapi hal tersebut dapat menjadi batu sandungan bagi saudara-saudara
kita yang lemah.
Oleh karena itu Firman Tuhan pada bacaan Alkitab kita hari ini berbicara agar
kita tidak membuat saudara kita jatuh atau tersandung (ay. 13). Dalam ayat-ayat
sebelumnya, Paulus menulis kepada jemaat Roma agar tidak saling menghakimi satu
sama lain. Jika definisi menghakimi lebih condong melihat ke apa yang orang
lain lakukan, definisi menjadi batu sandungan justru lebih condong melihat ke
apa yang kita lakukan dan dampaknya kepada orang lain. Pada saat surat Roma ini
ditulis, pada jemaat di kota Roma terjadi perselisihan mengenai makanan apa
yang dapat dimakan oleh orang-orang percaya. Kemungkinan besar terdapat
beberapa golongan yang mengutarakan pendapat berbeda. Golongan yang satu menyatakan
bahwa orang percaya harus makan sayuran saja, golongan lain menyatakan bahwa
semua makanan adalah halal (Rm 14:2), sementara golongan lainnya menyatakan
bahwa anggur yang memabukkan tidak boleh diminum (Rm 14:21). Di sisi lain juga
ada golongan yang menyatakan bahwa semua makanan yang telah dipersembahkan ke
dewa-dewa tidak boleh dimakan oleh orang percaya (1 Kor 8:4-13). Semua ini
akhirnya menimbulkan kebingungan dan perselisihan di antara orang percaya lainnya.
Apa reaksi Paulus terhadap perselisihan tersebut? Paulus tidak secara tegas
menyatakan golongan mana yang benar. Sepertinya Paulus berpendapat bahwa
makanan bukan sesuatu yang harus diatur secara ketat dalam doktrin jemaat mula-mula.
Paulus berpendapat bahwa tidak ada sesuatu yang najis dari dirinya sendiri. Hal
ini mungkin didasari ucapan Tuhan Yesus yang menyatakan bahwa semua makanan
adalah halal (Mrk 7:19). Oleh karena sebenarnya bagi orang-orang percaya tidak
ada sesuatu larangan pun terhadap apa yang akan kita makan. Walaupun demikian,
Paulus menasihatkan agar dalam hal makanan, jangan apa yang kita makan menjadi batu
sandungan bagi orang lain (ay. 15).
Saya rasa hal ini pun masih terjadi di zaman sekarang ini, walaupun mungkin
bukan dalam bentuk makanan, tetapi dalam banyak hal lainnya masih ada yang
sering menjadi batu sandungan. Sebagai contoh, dalam hal berpakaian ketika
beribadah di gereja, mungkin saja ada beberapa jemaat yang suka memakai baju
yang agak “minim” saat pergi ke gereja. Bahkan suatu waktu di sebuah kota di
pulau Jawa, saya pernah melihat suatu gereja dimana terdapat beberapa jemaat gadis
yang masih muda menggunakan celana hotpants
saat pergi ke gereja pada ibadah minggu. Memang dalam Alkitab tidak ada aturan
yang mengharuskan seseorang menggunakan pakaian dengan warna khusus atau dengan
seragam khusus, namun alangkah baiknya jika kita juga menggunakan pakaian yang
rapi dan sopan. Saya yakin jika kita pergi ke gereja dan orang di depan kita
menggunakan pakaian yang minim, entah itu tanktop
atau rok mini pada saat ibadah, sekuat apapun iman kita, tetap saja kita akan
cukup terganggu dengan pakaian orang di depan kita tersebut. Saya yakin, selain
masalah pakaian, pasti cukup banyak hal yang dapat menjadi batu sandungan dalam
kehidupan berjemaat.
Lalu apa yang harus kita lakukan? Pertama kita pun harus sadar bahwa hal
Kerajaan Allah bukan terletak pada hal-hal duniawi seperti makanan, minuman,
pakaian, dan sebagainya, tetapi justru terletak pada hal-hal rohani yaitu
kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus (ay. 17). Saat kita
memfokuskan diri kepada hal-hal rohani, maka Roh Kudus akan menuntun kehidupan
kita sehingga apa yang kita lakukan akan menjadi hal-hal yang berkenan kepada
Allah dan juga kepada manusia (ay. 18). Hal tersebut berarti semakin kita memfokuskan
diri terhadap apa yang Allah inginkan dalam kehidupan kita, dan bukan kepada
hal-hal duniawi dalam pelayanan maupun kehidupan berjemaat kita, maka kita pun tidak
akan membuat orang lain tersandung.
Apapun tingkat iman kita saat ini, mari kita sama-sama belajar untuk tidak
tersandung dan tidak menjadi batu sandungan. Jika saat ini kita pun masih belum
terlalu dewasa dalam iman, mari kita belajar untuk tidak mempermasalahkan
hal-hal yang tidak esensial. Mari kita belajar untuk terus bertumbuh dan
mengikuti teladan Yesus Kristus tanpa mempermasalahkan hal-hal duniawi. Jika
saat ini kita sudah cukup dewasa dalam iman, mari kita pun juga ikut belajar agar
kita tidak membuat orang lain tersandung. Kita harus belajar bagaimana agar
kehidupan kita sungguh-sungguh menjadi menjadi teladan bagi orang lain, seperti
Paulus yang dapat berkata kepada jemaat di Korintus, “Turutilah teladanku!” (1
Kor 4:16).
Bacaan
Alkitab: Roma 14:13-18
14:13 Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik
kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau
tersandung!
14:14 Aku tahu dan yakin dalam Tuhan Yesus, bahwa tidak ada sesuatu yang
najis dari dirinya sendiri. Hanya bagi orang yang beranggapan, bahwa sesuatu
adalah najis, bagi orang itulah sesuatu itu najis.
14:15 Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang
engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah
engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati
untuk dia.
14:16 Apa yang baik, yang kamu miliki, janganlah kamu biarkan difitnah.
14:17 Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal
kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
14:18 Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada
Allah dan dihormati oleh manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.