Selasa, 03 Januari 2012

Tuhan dapat Membuat Awal yang Kurang Baik Menjadi Akhir yang Baik


Senin, 2 Januari 2012
Bacaan Alkitab: Matius 2:19-23
“Setibanya di sana ia pun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.” (Mat 2:23)


Tuhan dapat Membuat Awal yang Kurang Baik Menjadi Akhir yang Baik


Saya melihat ada beberapa tren di antara para orang tua pada masa-masa belakangan ini. Mereka akan memberikan nama-nama yang “modern” dan tidak berbau “ndeso”. Bahkan di daerah desa saat ini sudah muncul nama-nama seperti “Robert”, “Michael”, dan nama-nama yang berbau kebarat-baratan, sedangkan nama-nama seperti “Mulyadi”, “Mulyono” dan sebagainya sepertinya semakin lama semakin ditinggalkan. Padahal nama “Mulyadi” dan “Mulyono” sesungguhnya merupakan harapan orang tua agar anaknya nanti menjadi orang yang “mulia”. Hanya karena gengsi, anak-anak zaman sekarang mulai diberikan nama-nama yang “go international”. Demikian juga dengan tempat kelahirannya, walaupun kedua orangtuanya berasal dari desa atau kota kecil, tetapi mereka mau bersusah payah untuk membawa isteri yang sedang melahirkan itu ke kota-kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, atau bahkan mungkin sekalian ke luar negeri supaya di akta kelahiran anak tersebut, tertulis bahwa anak tersebut dilahirkan di kota Jakarta, Surabaya, Denpasar, atau mungkin di Singapura, London, atau bahkan di New York.

Ada apa di balik tren ini? Untuk masalah nama, saya rasa wajar karena semua orang juga pasti menginginkan anaknya mempunyai nama yang bagus. Tetapi untuk urusan kelahiran di kota-kota besar, jika memang alasan utamanya adalah untuk mencari rumah sakit bersalin yang bagus sehingga anaknya mendapatkan perawatan yang terbaik, menurut saya memang tidak masalah. Semua orang tua pasti menginginkan anaknya mendapatkan yang terbaik, termasuk pada saat kelahirannya. Tetapi jika orang tua tersebut hanya mendasarkan dirinya pada gengsi semata agar dalam akta kelahirannya, sang anak tercatat lahir di kota besar, saya rasa hal tersebut sudah menyimpang dari tujuan semula. Mungkin saja sang orang tua memiliki uang yang cukup untuk melahirkan di kelas 1 atau VIP pada rumah sakit terbaik di kotanya, tetapi karena ingin agar anaknya lahir di Jakarta, orang tua tersebut rela menghabiskan biaya untuk transportasi ke Jakarta (dengan resiko sang ibu harus menempuh perjalanan jauh), dan ternyata ketika sampai Jakarta, ternyata uang yang mereka siapkan hanya cukup untuk melahirkan di kelas 3 pada rumah sakit di Jakarta (karena biaya melahirkan di Jakarta pasti jauh lebih besar daripada biaya melahirkan di kota asal orang tua tersebut). Saya sendiri berpendapat, walau tempat kelahiran memang penting, tetapi menurut saya jauh lebih penting bagaimana orang tua menyiapkan langkah selanjutnya dari sang anak.

Ketika saya membaca Alkitab, saya melihat Tuhan Yesus saja dilahirkan bukan di Yerusalem (yang merupakan ibukota bangsa Israel pada saat itu), tetapi Tuhan Yesus dilahirkan di Betlehem, yang merupakan kota kecil pada saat itu, bahkan Nabi Mikha mengatakan bahwa Betlehem merupakan yang terkecil daripada kaum-kaum Yehuda (Mi 5:1), tetapi dari Betlehem itulah akhirnya lahir Yesus, Sang Juruselamat Dunia. Allah telah memilih Betlehem yang sebenarnya adalah kota kecil sebagai tempat di mana Yesus akan dilahirkan. Bahkan Tuhan Yesus sendiri pernah harus mengungsi ke Mesir (Mat 2:14), hingga akhirnya setelah Herodes mati, malaikat Tuhan menampakkan diri ke Yusuf agar membawa Yesus kembali ke tanah Israel (ay. 19-20). Walaupun demikian, Yusuf pun takut kembali ke Yudea karena Arkhelaus telah naik menjadi raja menggantikan Herodes, ayahnya. Sehingga malaikat Tuhan pun kembali menasehati Yusuf melalui mimpi untuk pergi dan tinggal di daerah Galilea, tepatnya di kota Nazaret (ay. 22-23).

Saya cukup heran juga mengapa Allah memilih Yesus untuk lahir di Betlehem, kemudian sempat pergi ke Mesir, dan tinggal di Nazaret sebelum akhirnya Yesus memulai tugas pelayananNya. Nazaret saat itu digambarkan sebagai suatu kota yang “kurang baik”. Hingga Natanael, orang yang dipanggil Yesus pun berkata bahwa “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (Yoh 1:46). Yesus sendiri (dan bahkan Tuhan Allah sendiri) tidak mempermasalahkan di mana Yesus lahir, di mana Yesus harus mengungsi, dan di mana Yesus bertambah besar. Sejelek apapun kota tempat tinggal Yesus di Nazaret, yang terpenting adalah bagaimana Yesus mengambil bagian dalam pelayanan setelah Ia menjadi dewasa.

Demikian juga dengan kita. Saya tidak tahu bagaimana kehidupan kita sebelumnya. Apakah kita berasal dari keluarga yang broken home? Apakah masa lalu kita adalah masa lalu yang sangat kelam dan kita bahkan ingin menghapus masa lalu tersebut dari kehidupan kita? Apapun latar belakang kita, saya sungguh percaya bahwa yang terpenting adalah saat ini kita tetap berjalan dalam Tuhan dan melakukan apa yang Tuhan inginkan dalam kehidupan kita.



Bacaan Alkitab: Matius 2:19-23
2:19 Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya:
2:20 "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati."
2:21 Lalu Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel.
2:22 Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea.
2:23 Setibanya di sana ia pun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.