Senin, 2
Januari 2012
Bacaan
Alkitab: Matius 2:19-23
“Setibanya di
sana ia pun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya
genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang
Nazaret.” (Mat 2:23)
Tuhan
dapat Membuat Awal yang Kurang Baik Menjadi Akhir yang Baik
Saya melihat ada beberapa tren di antara para orang tua pada masa-masa
belakangan ini. Mereka akan memberikan nama-nama yang “modern” dan tidak berbau
“ndeso”. Bahkan di daerah desa saat ini sudah muncul nama-nama seperti
“Robert”, “Michael”, dan nama-nama yang berbau kebarat-baratan, sedangkan
nama-nama seperti “Mulyadi”, “Mulyono” dan sebagainya sepertinya semakin lama
semakin ditinggalkan. Padahal nama “Mulyadi” dan “Mulyono” sesungguhnya
merupakan harapan orang tua agar anaknya nanti menjadi orang yang “mulia”.
Hanya karena gengsi, anak-anak zaman sekarang mulai diberikan nama-nama yang
“go international”. Demikian juga dengan tempat kelahirannya, walaupun kedua
orangtuanya berasal dari desa atau kota kecil, tetapi mereka mau bersusah payah
untuk membawa isteri yang sedang melahirkan itu ke kota-kota besar seperti
Jakarta atau Surabaya, atau bahkan mungkin sekalian ke luar negeri supaya di
akta kelahiran anak tersebut, tertulis bahwa anak tersebut dilahirkan di kota Jakarta,
Surabaya, Denpasar, atau mungkin di Singapura, London, atau bahkan di New York.
Ada apa di balik tren ini? Untuk masalah nama, saya rasa wajar karena semua
orang juga pasti menginginkan anaknya mempunyai nama yang bagus. Tetapi untuk
urusan kelahiran di kota-kota besar, jika memang alasan utamanya adalah untuk
mencari rumah sakit bersalin yang bagus sehingga anaknya mendapatkan perawatan
yang terbaik, menurut saya memang tidak masalah. Semua orang tua pasti
menginginkan anaknya mendapatkan yang terbaik, termasuk pada saat kelahirannya.
Tetapi jika orang tua tersebut hanya mendasarkan dirinya pada gengsi semata
agar dalam akta kelahirannya, sang anak tercatat lahir di kota besar, saya rasa
hal tersebut sudah menyimpang dari tujuan semula. Mungkin saja sang orang tua
memiliki uang yang cukup untuk melahirkan di kelas 1 atau VIP pada rumah sakit
terbaik di kotanya, tetapi karena ingin agar anaknya lahir di Jakarta, orang
tua tersebut rela menghabiskan biaya untuk transportasi ke Jakarta (dengan
resiko sang ibu harus menempuh perjalanan jauh), dan ternyata ketika sampai
Jakarta, ternyata uang yang mereka siapkan hanya cukup untuk melahirkan di
kelas 3 pada rumah sakit di Jakarta (karena biaya melahirkan di Jakarta pasti
jauh lebih besar daripada biaya melahirkan di kota asal orang tua tersebut).
Saya sendiri berpendapat, walau tempat kelahiran memang penting, tetapi menurut
saya jauh lebih penting bagaimana orang tua menyiapkan langkah selanjutnya dari
sang anak.
Ketika saya membaca Alkitab, saya melihat Tuhan Yesus saja dilahirkan bukan
di Yerusalem (yang merupakan ibukota bangsa Israel pada saat itu), tetapi Tuhan
Yesus dilahirkan di Betlehem, yang merupakan kota kecil
pada saat itu, bahkan Nabi Mikha mengatakan bahwa Betlehem merupakan yang
terkecil daripada kaum-kaum Yehuda (Mi 5:1), tetapi dari Betlehem itulah
akhirnya lahir Yesus, Sang Juruselamat Dunia. Allah telah memilih Betlehem yang
sebenarnya adalah kota kecil sebagai tempat di mana Yesus akan dilahirkan.
Bahkan Tuhan Yesus sendiri pernah harus mengungsi ke Mesir (Mat 2:14), hingga
akhirnya setelah Herodes mati, malaikat Tuhan menampakkan diri ke Yusuf agar
membawa Yesus kembali ke tanah Israel (ay. 19-20). Walaupun demikian, Yusuf pun
takut kembali ke Yudea karena Arkhelaus telah naik menjadi raja menggantikan
Herodes, ayahnya. Sehingga malaikat Tuhan pun kembali menasehati Yusuf melalui
mimpi untuk pergi dan tinggal di daerah Galilea, tepatnya di kota Nazaret (ay.
22-23).
Saya cukup heran
juga mengapa Allah memilih Yesus untuk lahir di Betlehem, kemudian sempat pergi
ke Mesir, dan tinggal di Nazaret sebelum akhirnya Yesus memulai tugas
pelayananNya. Nazaret saat itu digambarkan sebagai suatu kota yang “kurang
baik”. Hingga Natanael, orang yang dipanggil Yesus pun berkata bahwa
“Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (Yoh 1:46). Yesus sendiri
(dan bahkan Tuhan Allah sendiri) tidak mempermasalahkan di mana Yesus lahir, di
mana Yesus harus mengungsi, dan di mana Yesus bertambah besar. Sejelek apapun
kota tempat tinggal Yesus di Nazaret, yang terpenting adalah bagaimana Yesus
mengambil bagian dalam pelayanan setelah Ia menjadi dewasa.
Demikian juga
dengan kita. Saya tidak tahu bagaimana kehidupan kita sebelumnya. Apakah kita
berasal dari keluarga yang broken home?
Apakah masa lalu kita adalah masa lalu yang sangat kelam dan kita bahkan ingin
menghapus masa lalu tersebut dari kehidupan kita? Apapun latar belakang kita,
saya sungguh percaya bahwa yang terpenting adalah saat ini kita tetap berjalan
dalam Tuhan dan melakukan apa yang Tuhan inginkan dalam kehidupan kita.
Bacaan
Alkitab: Matius 2:19-23
2:19 Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam
mimpi di Mesir, katanya:
2:20 "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke
tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati."
2:21 Lalu Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi
ke tanah Israel.
2:22 Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea
menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi,
pergilah Yusuf ke daerah Galilea.
2:23 Setibanya di sana ia pun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret.
Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa
Ia akan disebut: Orang Nazaret.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.