Senin, 11 Maret 2013
Bacaan Alkitab: Lukas 11:27-28
“Tetapi Ia [Yesus] berkata: "Yang
berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang
memeliharanya."” (Luk 11:28)
Alasan Berbahagia
Jika kita ditanya, “Apakah kita saat ini
sedang bahagia?”, apa jawaban kita? Mungkin ada di antara kita yang menjawab, “Saat
ini saya sedang tidak bahagia”. Tetapi
beberapa atau mungkin malah kebanyakan di antara kita akan menjawab, “Ya, tentu
saya sedang bahagia”. Tetapi jika kita ditanya lebih lanjut, “Mengapa anda
berbahagia?”, mungkin banyak dari antara kita yang mulai berpikir, “Iya ya,
mengapa saya bisa berbahagia? Apa alasan saya berbahagia?”
Ketika Tuhan Yesus memulai pelayananNya
sekitar 2.000 tahun yang lalu, pada suatu kesempatan, tiba-tiba berserulah
seorang perempuan dari antara orang banyak kepada Yesus, “Berbahagialah ibu
yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau” (ay. 27).
Jujur, saya juga agak biingung ketika membaca ayat ini untuk pertama kali. Hal
pertama yang membuat saya bingung, kok bisa tiba-tiba perempuan tersebut
berteriak seperti itu kepada Yesus. Apa alasannya? Karena jika kita membaca
ayat-ayat sebelumnya, sebenarnya Tuhan juga tidak sedang berkhotbah tentang
kebahagiaan atau berkhotbah tentang ibuNya. Hal yang kedua yang membuat saya
tambah bingung adalah, mengapa perempuan tersebut justru mengatakan bahwa ibu
Yesus yang berbahagia? Memang Maria, ibu Yesus, adalah satu-satunya orang yang mengandung
dan menyusui Tuhan Yesus. Tapi itu kan sudah sangat lama, sekitar 30 tahun
sebelumnya. Mengapa ia tidak mengatakan Tuhan Yesus yang berbahagia?
Banyak pertanyaan yang tidak dapat kita jawab
karena memang Alkitab tidak mencatat tentang hal itu. Tetapi daripada
memusingkan tentang alasan si perempuan mengucapkan hal tersebut, lebih baik
kita melihat apa tanggapan dan jawaban Yesus kepada perempuan tersebut, yaitu, “Yang
berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya”
(ay. 28).
Dari dua ayat pendek di atas, kita pun dapat
melihat bahwa ada perbedaan sudut pandang antara perempuan tersebut dengan Tuhan
Yesus. Perempuan tersebut melihat dari sudut pandang manusia. Kebahagiaan
dilihat dari keluarga tempat kita dilahirkan dan dibesarkan, siapa ayah dan ibu
kita, apakah anak kita menjadi anak yang sukses, berapa harta yang kita miliki,
bagaimana prestasi kita di dunia ini, dan sebagainya. Dalam hal ini, perempuan
tersebut melihat Maria ibu Yesus sebagai orang yang sukses, karena anaknya,
Yesus, kini menjadi orang paling terkenal di Israel pada waktu itu. Mungkin
perempuan itu membandingkan dirinya dengan Maria ibu Yesus dan dalam hatinya berkata,
“Ah andaikata aku seperti Maria yang bisa punya anak sesukses Yesus”.
Akan tetapi Yesus mengetahui isi hati
perempuan tersebut, sehingga bukannya Ia menjawab, “Terima kasih” atau jawaban
basa-basi lainnya, Yesus langsung mengucapkan perkataan yang langsung meng-counter jawaban perempuan tersebut: “Yang berbahagia
ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” (ay. 28). Ucapan
Yesus ini karena Yesus melihat segala sesuatunya dari sudut pandang surgawi.
Dan tidak ada kebahagiaan yang lebih besar di dunia ini ketimbang mereka yang tahu
bahwa mereka telah mendapatkan keselamatan kekal. Bagaimana caranya? Ya tentu saja dengan cara percaya kepada Tuhan
Yesus. Bagaimana mereka bisa percaya kepada Yesus? Ya tidak ada jalan lain
selain dengan membaca dan mendengar Firman Tuhan, dan memelihara Firman itu
sehingga semakin bertumbuh dan berakar dalam hati, pikiran, dan hidup kita.
Sekali lagi kita melihat, bahwa ukuran
kebahagiaan dari sudut pandang dunia dan sudut pandang Tuhan itu sangat jauh
berbeda. Orang dunia menganggap semakin banyak harta yang dimiliki atau semakin
tinggi jabatan yang dimiliki, maka orang tersebut pastilah akan lebih bahagia. Padahal
dari sudut pandang Tuhan hal tersebut belum
tentu demikian. Orang bisa saja memiliki seluruh harta di dunia ini, tetapi
ketika ia tidak percaya kepada Tuhan, maka jiwanya binasa, dan apa gunanya
semua harta dunia yang dimiliki ketika harta tersebut tidak bisa membawanya
masuk ke dalam surga?
Oleh karena itu, alangkah baiknya jika mulai
saat ini, kita memiliki pandangan yang benar tentang kebahagiaan. Kebahagiaan
sejati tidak ditentukan oleh berapa banyak harta yang kita miliki, tetapi lebih
ditentukan oleh siapa yang ada bersama dengan kita? Jika Tuhan sendiri yang
bersama kita, mau kita melewati padang rumput yang hijau, atau melewati lembah
kekelaman sekalipun, kita akan tetap bahagia, karena kita tahu bahwa Tuhan
bersama dengan kita. Kebahagiaan kita tergantung pada Tuhan. Tanpa Tuhan,
jangan harap kita bisa bahagia di dunia dan di akhirat nanti.
Bacaan Alkitab: Lukas 11:27-28
11:27 Ketika Yesus masih berbicara,
berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya:
"Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah
menyusui Engkau."
11:28 Tetapi Ia berkata: "Yang
berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang
memeliharanya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.