Jumat, 08 Maret 2013

Alasan Berbahagia



Senin, 11 Maret 2013
Bacaan Alkitab: Lukas 11:27-28
Tetapi Ia [Yesus] berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."” (Luk 11:28)


Alasan Berbahagia


Jika kita ditanya, “Apakah kita saat ini sedang bahagia?”, apa jawaban kita? Mungkin ada di antara kita yang menjawab, “Saat ini saya sedang  tidak bahagia”. Tetapi beberapa atau mungkin malah kebanyakan di antara kita akan menjawab, “Ya, tentu saya sedang bahagia”. Tetapi jika kita ditanya lebih lanjut, “Mengapa anda berbahagia?”, mungkin banyak dari antara kita yang mulai berpikir, “Iya ya, mengapa saya bisa berbahagia? Apa alasan saya berbahagia?”

Ketika Tuhan Yesus memulai pelayananNya sekitar 2.000 tahun yang lalu, pada suatu kesempatan, tiba-tiba berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak kepada Yesus, “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau” (ay. 27). Jujur, saya juga agak biingung ketika membaca ayat ini untuk pertama kali. Hal pertama yang membuat saya bingung, kok bisa tiba-tiba perempuan tersebut berteriak seperti itu kepada Yesus. Apa alasannya? Karena jika kita membaca ayat-ayat sebelumnya, sebenarnya Tuhan juga tidak sedang berkhotbah tentang kebahagiaan atau berkhotbah tentang ibuNya. Hal yang kedua yang membuat saya tambah bingung adalah, mengapa perempuan tersebut justru mengatakan bahwa ibu Yesus yang berbahagia? Memang Maria, ibu Yesus, adalah satu-satunya orang yang mengandung dan menyusui Tuhan Yesus. Tapi itu kan sudah sangat lama, sekitar 30 tahun sebelumnya. Mengapa ia tidak mengatakan Tuhan Yesus yang berbahagia?

Banyak pertanyaan yang tidak dapat kita jawab karena memang Alkitab tidak mencatat tentang hal itu. Tetapi daripada memusingkan tentang alasan si perempuan mengucapkan hal tersebut, lebih baik kita melihat apa tanggapan dan jawaban Yesus kepada perempuan tersebut, yaitu, “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” (ay. 28).

Dari dua ayat pendek di atas, kita pun dapat melihat bahwa ada perbedaan sudut pandang antara perempuan tersebut dengan Tuhan Yesus. Perempuan tersebut melihat dari sudut pandang manusia. Kebahagiaan dilihat dari keluarga tempat kita dilahirkan dan dibesarkan, siapa ayah dan ibu kita, apakah anak kita menjadi anak yang sukses, berapa harta yang kita miliki, bagaimana prestasi kita di dunia ini, dan sebagainya. Dalam hal ini, perempuan tersebut melihat Maria ibu Yesus sebagai orang yang sukses, karena anaknya, Yesus, kini menjadi orang paling terkenal di Israel pada waktu itu. Mungkin perempuan itu membandingkan dirinya dengan Maria ibu Yesus dan dalam hatinya berkata, “Ah andaikata aku seperti Maria yang bisa punya anak sesukses Yesus”.

Akan tetapi Yesus mengetahui isi hati perempuan tersebut, sehingga bukannya Ia menjawab, “Terima kasih” atau jawaban basa-basi lainnya, Yesus langsung mengucapkan perkataan yang langsung meng-counter  jawaban perempuan tersebut: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” (ay. 28). Ucapan Yesus ini karena Yesus melihat segala sesuatunya dari sudut pandang surgawi. Dan tidak ada kebahagiaan yang lebih besar di dunia ini ketimbang mereka yang tahu bahwa mereka telah mendapatkan keselamatan kekal. Bagaimana caranya? Ya  tentu saja dengan cara percaya kepada Tuhan Yesus. Bagaimana mereka bisa percaya kepada Yesus? Ya tidak ada jalan lain selain dengan membaca dan mendengar Firman Tuhan, dan memelihara Firman itu sehingga semakin bertumbuh dan berakar dalam hati, pikiran, dan hidup kita.

Sekali lagi kita melihat, bahwa ukuran kebahagiaan dari sudut pandang dunia dan sudut pandang Tuhan itu sangat jauh berbeda. Orang dunia menganggap semakin banyak harta yang dimiliki atau semakin tinggi jabatan yang dimiliki, maka orang tersebut pastilah akan lebih bahagia. Padahal dari sudut pandang  Tuhan hal tersebut belum tentu demikian. Orang bisa saja memiliki seluruh harta di dunia ini, tetapi ketika ia tidak percaya kepada Tuhan, maka jiwanya binasa, dan apa gunanya semua harta dunia yang dimiliki ketika harta tersebut tidak bisa membawanya masuk ke dalam surga?

Oleh karena itu, alangkah baiknya jika mulai saat ini, kita memiliki pandangan yang benar tentang kebahagiaan. Kebahagiaan sejati tidak ditentukan oleh berapa banyak harta yang kita miliki, tetapi lebih ditentukan oleh siapa yang ada bersama dengan kita? Jika Tuhan sendiri yang bersama kita, mau kita melewati padang rumput yang hijau, atau melewati lembah kekelaman sekalipun, kita akan tetap bahagia, karena kita tahu bahwa Tuhan bersama dengan kita. Kebahagiaan kita tergantung pada Tuhan. Tanpa Tuhan, jangan harap kita bisa bahagia di dunia dan di akhirat nanti.


Bacaan Alkitab: Lukas 11:27-28
11:27 Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau."
11:28 Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.