Senin, 25 Maret 2013
Bacaan Alkitab: Ayub 31:13-14
“Jikalau aku mengabaikan hak budakku laki-laki
atau perempuan, ketika mereka beperkara dengan aku, apakah dayaku, kalau Allah
bangkit berdiri; kalau Ia mengadakan pengusutan, apakah jawabku kepada-Nya?” (Ayb 31:13-14)
Jangan
Mengabaikan Hak Orang Lain
Ada seseorang yang mempekerjakan supir karena
ia tidak berani menyetir mobil sendiri. Dengan upah minimum saat itu sekitar
Rp1,4 juta rupiah, orang tersebut kemudian memberi supirnya gaji pokok sebesar
Rp600 ribu dan uang harian Rp40 ribu per hari, sehingga jika supir tersebut masuk
setiap hari Senin hingga Sabtu, maka ia akan masuk selama rata-rata 25 hari
dalam sebulan, dan minimal dapat membawa Rp600 ribu ditambah 25 x Rp40 ribu
menjadi sekitar Rp1,6 juta rupiah. Sayangnya pada hari raya lebaran, dimana
para pengusaha harus memberikan THR, dan supir ini pun masuk ke dalam kriteria
orang yang mendapatkan THR, supir ini hanya diberikan THR sebesar 1 x gaji
pokok, atau hanya Rp600 ribu saja. Padahal menurut saya, minimal ia harus
mendapatkan THR sebesar Rp1,6 juta, atau minimal mendekati nilai tersebut.
Kadang-kadang kita melalaikan hal-hal kecil
seperti ini. Mungkin dalam kasus di atas kita dapat berdalih “Tuhan, kan saya
sudah membayar THR sebesar 1 x gaji pokok? Kan saya juga tidak salah toh?”.
Pertanyaannya, apakah THR sebesar itu sudah pantas dan cukup baginya? Mungkin
kita juga tidak merayakan Lebaran, tetapi alangkah baiknya apabila kita juga
menghargai orang yang bekerja dengan kita, minimal memberi THR yang menurut
kita memadai bagi anak buah kita untuk bisa merayakan lebaran, ongkos pulang
kampung, dan lain sebagainya.
Bacaan Alkitab kita hari ini berbicara
tentang Ayub yang berkata bahwa jika ia mengabaikan hak budak laki-laki atau
budak perempuannya ketika mereka berperkara dengan dirinya (ay. 13), maka Allah
sendiri yang bangkit berdiri dan melawan Ayub (ay. 14a), Justru menurut saya,
kita harus sampai menjaga jangan sampai budak (di masa sekarang mungkin lebih
tepat disebut sebagai anak buah kita) tidak sampai memperkarakan hal ini kepada
Tuhan. Kita harus berusaha sebaik mungkin memberikan remunerasi yang adil dan
memadai kepada anak buah kita. Minimal walaupun kita tidak dapat adil 100%,
kita harus menjaga agar hak-hak mereka dipenuhi. Karena jika kita mengabaikan
hak-hak mereka, apalagi dengan sengaja, maka ketika Tuhan sendiri yang akan
bangkit dan mengusut (ay. 14b). Tuhan sendiri yang akan menjadi hakim bagi kita,
bahkan mungkin Tuhan sendiri yang akan menuntut kita. Jika Tuhan sendiri yang
sudah menuntut, bagaimana kita bisa memberi jawab kepada Tuhan (ay. 14c).
Berapa banyak di antara orang Kristen yang
menjadi pengusaha? Berapa banyak orang Kristen yang memiliki pembantu, supir,
pengasuh anak, dan lain sebagainya? Apabila kita termasuk orang-orang tersebut, sudahkah kita melakukan yang
seharusnya kepada anak buah kita? Mereka punya kewajiban, untuk menyelesaikan
tugas-tugas mereka. Tetapi di sisi lain mereka juga punya sejumlah hak. Tidak
masalah kita menuntut tinggi kewajiban yang harus mereka selesaikan, tetapi
jangan lupa membayarkan hak yang sesuai dan sepadan dengan kewajiban yang kita
tuntut.
Memang kadang-kadang kita juga memiliki anak
buah yang “bandel”, yang selalu menuntut hak walaupun kewajibannya tidak
dipenuhi. Jika demikian, haruskah kita dengan serta merta memenuhi hak mereka?
Tentu tidak, karena jika demikian, anak buah kita yang berperkara dengan Tuhan
justru tidak akan dibela Tuhan, karena ia sendiri sudah melalaikan kewajibannya
tetapi justru menuntut hak-haknya. Posisi kita haruslah bersikap adil dan
bijaksana, dengan hikmat Tuhan sehingga kita bisa menjadi pimpinan dan pemimpin
yang benar di hadapan Tuhan, karena kita tidak pernah mengabaikan hak-hak anak
buah kita. Siapakah yang paling banyak mendoakan kita, perusahaan kita, bisnis
kita? Bukankah jawabannya adalah selain keluarga kita, orang-orang tersebut
adalah anak buah kita? Jika kita adil dan bijaksana, serta tidak mengabaikan
hak-hak mereka, mereka pasti akan mendoakan kita agar kita lebih sukses lagi,
perusahaan kita lebih maju lagi, dan seterusnya. Tetapi jika tidak, jangan harap
mereka mau mendoakan hal-hal yang baik kepada kita, justru Tuhan yang nanti
akan berperkara dengan kita.
Bacaan Alkitab: Ayub 31:13
31:13 Jikalau aku mengabaikan hak budakku
laki-laki atau perempuan, ketika mereka beperkara dengan aku,
31:14 apakah dayaku, kalau Allah bangkit
berdiri; kalau Ia mengadakan pengusutan, apakah jawabku kepada-Nya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.