Sabtu, 23 Maret 2013

Jangan Mengabaikan Hak Orang Lain



Senin, 25 Maret 2013
Bacaan Alkitab: Ayub 31:13-14
Jikalau aku mengabaikan hak budakku laki-laki atau perempuan, ketika mereka beperkara dengan aku, apakah dayaku, kalau Allah bangkit berdiri; kalau Ia mengadakan pengusutan, apakah jawabku kepada-Nya?” (Ayb 31:13-14)


Jangan Mengabaikan Hak Orang Lain


Ada seseorang yang mempekerjakan supir karena ia tidak berani menyetir mobil sendiri. Dengan upah minimum saat itu sekitar Rp1,4 juta rupiah, orang tersebut kemudian memberi supirnya gaji pokok sebesar Rp600 ribu dan uang harian Rp40 ribu per hari, sehingga jika supir tersebut masuk setiap hari Senin hingga Sabtu, maka ia akan masuk selama rata-rata 25 hari dalam sebulan, dan minimal dapat membawa Rp600 ribu ditambah 25 x Rp40 ribu menjadi sekitar Rp1,6 juta rupiah. Sayangnya pada hari raya lebaran, dimana para pengusaha harus memberikan THR, dan supir ini pun masuk ke dalam kriteria orang yang mendapatkan THR, supir ini hanya diberikan THR sebesar 1 x gaji pokok, atau hanya Rp600 ribu saja. Padahal menurut saya, minimal ia harus mendapatkan THR sebesar Rp1,6 juta, atau minimal mendekati nilai tersebut.

Kadang-kadang kita melalaikan hal-hal kecil seperti ini. Mungkin dalam kasus di atas kita dapat berdalih “Tuhan, kan saya sudah membayar THR sebesar 1 x gaji pokok? Kan saya juga tidak salah toh?”. Pertanyaannya, apakah THR sebesar itu sudah pantas dan cukup baginya? Mungkin kita juga tidak merayakan Lebaran, tetapi alangkah baiknya apabila kita juga menghargai orang yang bekerja dengan kita, minimal memberi THR yang menurut kita memadai bagi anak buah kita untuk bisa merayakan lebaran, ongkos pulang kampung, dan lain sebagainya.

Bacaan Alkitab kita hari ini berbicara tentang Ayub yang berkata bahwa jika ia mengabaikan hak budak laki-laki atau budak perempuannya ketika mereka berperkara dengan dirinya (ay. 13), maka Allah sendiri yang bangkit berdiri dan melawan Ayub (ay. 14a), Justru menurut saya, kita harus sampai menjaga jangan sampai budak (di masa sekarang mungkin lebih tepat disebut sebagai anak buah kita) tidak sampai memperkarakan hal ini kepada Tuhan. Kita harus berusaha sebaik mungkin memberikan remunerasi yang adil dan memadai kepada anak buah kita. Minimal walaupun kita tidak dapat adil 100%, kita harus menjaga agar hak-hak mereka dipenuhi. Karena jika kita mengabaikan hak-hak mereka, apalagi dengan sengaja, maka ketika Tuhan sendiri yang akan bangkit dan mengusut (ay. 14b). Tuhan sendiri yang akan menjadi hakim bagi kita, bahkan mungkin Tuhan sendiri yang akan menuntut kita. Jika Tuhan sendiri yang sudah menuntut, bagaimana kita bisa memberi jawab kepada Tuhan (ay. 14c).

Berapa banyak di antara orang Kristen yang menjadi pengusaha? Berapa banyak orang Kristen yang memiliki pembantu, supir, pengasuh anak, dan lain sebagainya? Apabila kita termasuk orang-orang  tersebut, sudahkah kita melakukan yang seharusnya kepada anak buah kita? Mereka punya kewajiban, untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Tetapi di sisi lain mereka juga punya sejumlah hak. Tidak masalah kita menuntut tinggi kewajiban yang harus mereka selesaikan, tetapi jangan lupa membayarkan hak yang sesuai dan sepadan dengan kewajiban yang kita tuntut.

Memang kadang-kadang kita juga memiliki anak buah yang “bandel”, yang selalu menuntut hak walaupun kewajibannya tidak dipenuhi. Jika demikian, haruskah kita dengan serta merta memenuhi hak mereka? Tentu tidak, karena jika demikian, anak buah kita yang berperkara dengan Tuhan justru tidak akan dibela Tuhan, karena ia sendiri sudah melalaikan kewajibannya tetapi justru menuntut hak-haknya. Posisi kita haruslah bersikap adil dan bijaksana, dengan hikmat Tuhan sehingga kita bisa menjadi pimpinan dan pemimpin yang benar di hadapan Tuhan, karena kita tidak pernah mengabaikan hak-hak anak buah kita. Siapakah yang paling banyak mendoakan kita, perusahaan kita, bisnis kita? Bukankah jawabannya adalah selain keluarga kita, orang-orang tersebut adalah anak buah kita? Jika kita adil dan bijaksana, serta tidak mengabaikan hak-hak mereka, mereka pasti akan mendoakan kita agar kita lebih sukses lagi, perusahaan kita lebih maju lagi, dan seterusnya. Tetapi jika tidak, jangan harap mereka mau mendoakan hal-hal yang baik kepada kita, justru Tuhan yang nanti akan berperkara dengan kita.


Bacaan Alkitab: Ayub 31:13
31:13 Jikalau aku mengabaikan hak budakku laki-laki atau perempuan, ketika mereka beperkara dengan aku,
31:14 apakah dayaku, kalau Allah bangkit berdiri; kalau Ia mengadakan pengusutan, apakah jawabku kepada-Nya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.