Rabu, 13 Maret 2013

Kaya di Hadapan Tuhan



Jumat, 15 Maret 2013
Bacaan Alkitab: Lukas 12:13-21
Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” (Luk 12:21)


Kaya di Hadapan Tuhan


Siapa yang tidak mau kaya? Pasti tidak ada di antara kita yang tidak ingin menjadi kaya. Bahkan mungkin sejak kita kecil, kita mempunyai cita-cita suatu saat nanti kita akan jadi orang kaya. Atau mungkin orang tua kita sendiri senantiasa menekankan agar kita nanti menjadi orang yang kaya dan berhasil. Memang itu adalah suatu cita-cita yang sangat wajar dan manusiawi. Lalu bagaimana pandangan Alkitab tentang kekayaan itu sendiri?

Hari ini kita akan belajar dari kitab Lukas tentang kekayaan itu sendiri. Pada suatu waktu, dari antara orang banyak yang mengikut Yesus, ada seseorang yang berkata kepadaNya, “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku” (ay. 13). Orang ini pasti mencoba mencari pembenaran dengan berharap  Yesus mau berpihak kepadanya. Akan tetapi Yesus menjawab denga bijaksana, “Siapa yang telah mengangkat Aku sebagai hakim atau pengantara atas kamu?” (ay. 14). Yesus bukan menghindar, tetapi Yesus ingin mengatakan bahwa sesungguhnya di dalam kitab Taurat dan juga hukum yang berlaku saat itu sudah ada peraturan-peraturan tentang warisan. Dan kemungkinan besar permasalahan warisan ini disebabkan karena ada salah satu pihak (entah orang yang mengadu ke Yesus atau saudara orang tersebut) yang tamak akan harta dan ingin mendapatkan bagian lebih banyak daripada yang seharusnya. Itulah mengapa Yesus melanjutkan perkataanNya agar orang berjaga-jaga dan waspada terhadap ketamakan (ay. 15a).

Selanjutnya, Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang yang sangat kaya (ay. 16a). Ia memiliki tanah yang memberi hasil berlipat-lipat kali banyaknya (ay. 16b). Kemudian orang kaya tersebut bertanya dalam hatinya: “Apa yang harus aku perbuat? Karena aku tidak memiliki tempat menyimpan hasil tanahku itu?” (ay. 17). Orang tersebut bertanya dalam hati, artinya ia mencoba bertanya ke hati kecilnya, bukan bertanya kepada Tuhan Dan apa jawaban hatinya itu: Ia memutuskan untuk merombak lumbung-lumbungnya dan mendirikan lumbung yang lebih besar sehingga dapat menyimpan seluruh hasil tanahnya tersebut (ay. 18).

Sampai ayat ini, sepertinya semuanya logis. Seorang pebisnis tentu akan berusaha bagaimana memperbesar usahanya, sehingga dapat memberikan keuntungan yang lebih besar lagi bagi dirinya. Akan tetapi, perhatikan ayat berikutnya, karena mulai di sini letak kesalahan orang kaya tersebut. Setelah ia membangun lumbung yang lebih besar lagi, apa yang orang kaya itu pikirkan? Ia berkata kepada jiwanya, “Jiwaku, ada padamu banyak barang untuk bertahun-tahun lamanya. Beristirahatlah, makanlah, minumlah, dan bersenang-senanglah” (ay. 19). Dari ayat ini kita dapat melihat bahwa apa yang orang kaya itu lakukan adalah hanya bagi tubuh dan jiwanya. Ia melupakan satu hal penting: rohnya. Oleh karena itu, ketika Tuhan datang kepada orang kaya tersebut, Tuhan menyebut orang itu sebagai orang yang bodoh (ay. 20a). Mengapa? Karena orang tersebut hanya menumpuk kekayaan bagi tubuh dan jiwanya. Lalu, jika jiwanya saat itu juga diambil, semua hartanya yang telah ia kumpulkan di dunia ini menjadi tidak berarti (ay. 20b).

Itulah mengapa Tuhan Yesus menggambarkan orang tersebut sebagai orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, dan tidak mengumpulkan harta bagi Tuhan (ay. 21). Ini adalah kebenaran Firman Tuhan yang harus kita mengerti bersama-sama. Kita boleh kaya, tetapi kaya secara rohani itu jauh lebih penting daripada hanya kaya secara jasmani. Sesungguhnya hidup kita tidak hanya tergantung daripada kekayaan kita (ay. 15b). Hidup kita itu tergantung kepada Tuhan. Tanpa Tuhan, kekayaan kita akan sia-sia belaka. Kita mungkin bisa hidup mewah di dunia ini dengan kekayaan kita, kita mungkin bisa membeli jabatan dengan kekayaan kita, kita mungkin bisa menyuap pejabat dengan kekayaan kita, tetapi kekayaan kita tidak dapat membeli satu hal terpenting yaitu keselamatan kita. Keselamatan itu tidak bisa dibeli dengan uang sebanyak apapun. Keselamatan itu diberikan secara cuma-cuma kepada setiap orang yang mau percaya kepada Yesus Kristus, dan mau hidup menurut Firman Tuhan. Akan tetapi banyak orang kaya yang sudah merasa bisa membeli segala sesuatu (mungkin juga bisa “membeli” Pendeta agar khotbahnya tidak menyinggung dirinya), melupakan prinsip dasar keselamatan ini. Itulah mengapa Tuhan Yesus sendiri pernah berkata: Sulit bagi orang kaya untuk bisa masuk ke dalam kerajaan surga, dan lebih mudah seekor unta masuk ke dalam lubang jarum (Mat 19:24).

Jadi apa yang harus kita lakukan? Secara praktis saya akan menjawab satu hal: Kumpulkan harta di surga lebih banyak daripada kita mengumpulkan harta di dunia ini. Tidak salah kita menjadi kaya dan semakin kaya, tetapi jangan lupa bahwa Tuhanlah yang memberikan kekayaan kita tersebut. Kekayaan kita itu hanyalah sarana yang diberikan Tuhan kepada kita untuk kita dapat melakukan bagian kita di dunia. Jika kita kaya, jangan lupakan Tuhan tetapi gunakan kekayaan kita di dunia ini untuk membangun kerajaan Tuhan di bumi ini, sehingga kita pun juga mengumpulkan harta di surga (Mat 6:20).


Bacaan Alkitab: Lukas 12:13-21
12:13 Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku."
12:14 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?"
12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
12:16 Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.
12:17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
12:18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
12:19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
12:20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
12:21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.