Kamis, 21 Maret 2013
Bacaan Alkitab: Ayub 5:17-18
“Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang
ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa.” (Ayb 5:17)
Ketika Tuhan Menegur Kita
Alkitab tidak hanya berisi tentang
orang-orang yang hidup suci tanpa dosa. Alkitab justru lebih banyak berbicara
tentang orang-orang yang lemah, sering jatuh dalam dosa, tetapi pada akhirnya
Tuhan tolong sehingga mereka pun bisa bangkit sebagai pemenang. Alkitab tidak
hanya berbicara tentang kesuksesan orang-orang tertentu, melainkan juga
menyorot sisi kegagalan dan kesalahan yang dilakukan para tokoh utama dalam Alkitab.
Lihatlah bagaimana Alkitab tetap menulis tentang bagaimana Abraham sempat
berdusta, atau bagaimana Yakub menipu ayahnya, Yehuda yang tidur dengan
menantunya, Daud yang berselingkuh dengan Batsyeba, Petrus yang menyangkal
Yesus, dan lain sebagainya.
Jika tokoh dalam Alkitab tersebut telah
melakukan kesalahan, biasanya Alkitab menulis bahwa Tuhan kemudian menegur
tokoh tersebut dan akhirnya tokoh tersebut sadar akan kesalahannya dan bertobat,
kemudian Tuhan memulihkan keadaan tokoh Alkitab tersebut. Contoh paling jelas
antara lain adalah Daud yang ditegur nabi Natan, dan juga Petrus yang “ditegur”
melalui bunyi ayam berkokok.
Memang yang namanya teguran itu tidak ada
yang enak. Semua teguran itu pasti tidak enak dan menyakitkan. Bahkan ketika
teguran itu disampaikan oleh orang yang paling kita sayangi seperti
suami/isteri kita sekalipun. Walaupun demikian, setiap teguran pasti memiliki dampak
positif, di antaranya adalah agar kita menyadari kesalahan atau kekurangan kita
dan kita tidak mengulangi kesalahan tersebut di masa yang akan datang.
Bagaimana jika sampai Tuhan sendiri yang
menegur? Hal itu sangat mungkin terjadi. Ketika kita salah atau terlalu jauh
menyimpang dari jalan Tuhan, maka jangan salahkan Tuhan jika Ia menegur kita.
Teguran Tuhan itu tidak bisa dideskripsikan secara pasti. Bisa saja dalam satu
kesempatan Tuhan menegur kita dengan penuh kelembutan, akan tetapi bisa saja di kesempatan lain, Tuhan menegur
kita dengan keras. Teguran Tuhan tidak dapat kita prediksi, tetapi ketika Tuhan
menegur kita, itu adalah tanda bahwa Tuhan masih sayang dengan kita. Bayangkan
jika kita berdosa dan Tuhan membiarkan kita begitu saja, tentu kita akan
semakin jauh dari Tuhan bukan? Itulah mengapa Alkitab mengatakan “Berbahagialah
orang yang ditegur Tuhan” (ay. 17a).
Perbedaan antara teguran Tuhan dengan teguran
manusia adalah bahwa Tuhan tahu batas teguran yang pas bagi kita. Tuhan adalah
Tuhan yang menciptakan kita. Ia jauh lebih mengenal kita daripada orang lain.
Ketika Tuhan menegur kita pun, Tuhan tidak hanya menegur dan meninggalkan luka
di hati kita. Tuhan juga akan membebat dan menyembuhkan kita (ay. 18). Teguran Tuhan
selalu pas dengan kondisi kita. Tidak pernah Tuhan “memukul” terlalu keras yang
tidak mampu kita tahan, tetapi tidak pernah Tuhan “memukul” terlalu pelan
sehingga kita tidak bertobat.
Ketika Tuhan menegur, saatnya kita meresponi
teguran Tuhan tersebut. Apakah ketika Tuhan menegur kita, justru kita lari dari
Tuhan? Bukankah Tuhan memiliki maksud baik untuk menegur kita? Sudah selayaknya
kita harus mengucap syukur bahwa Tuhan masih mau menegur kita. Jangan pernah
kita menolak teguran Tuhan yang Maha
Kuasa (ay. 17a). Tetapi terimalah teguran Tuhan dengan sukacita, karena kita
tahu bahwa teguran Tuhan itu pasti mendatangkan kebaikan bagi kita, dan bukan
mendatangkan celaka atas hidup kita.
Bacaan Alkitab: Ayub 5:17-18
5:17 Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang
ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa.
5:18 Karena Dialah yang melukai, tetapi juga
yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.