Selasa, 19 Maret 2013

Ketika Tuhan Menegur Kita



Kamis, 21 Maret 2013
Bacaan Alkitab: Ayub 5:17-18
Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa.” (Ayb 5:17)


Ketika Tuhan Menegur Kita

Alkitab tidak hanya berisi tentang orang-orang yang hidup suci tanpa dosa. Alkitab justru lebih banyak berbicara tentang orang-orang yang lemah, sering jatuh dalam dosa, tetapi pada akhirnya Tuhan tolong sehingga mereka pun bisa bangkit sebagai pemenang. Alkitab tidak hanya berbicara tentang kesuksesan orang-orang tertentu, melainkan juga menyorot sisi kegagalan dan kesalahan yang dilakukan para tokoh utama dalam Alkitab. Lihatlah bagaimana Alkitab tetap menulis tentang bagaimana Abraham sempat berdusta, atau bagaimana Yakub menipu ayahnya, Yehuda yang tidur dengan menantunya, Daud yang berselingkuh dengan Batsyeba, Petrus yang menyangkal Yesus, dan lain sebagainya. 

Jika tokoh dalam Alkitab tersebut telah melakukan kesalahan, biasanya Alkitab menulis bahwa Tuhan kemudian menegur tokoh tersebut dan akhirnya tokoh tersebut sadar akan kesalahannya dan bertobat, kemudian Tuhan memulihkan keadaan tokoh Alkitab tersebut. Contoh paling jelas antara lain adalah Daud yang ditegur nabi Natan, dan juga Petrus yang “ditegur” melalui bunyi ayam berkokok.

Memang yang namanya teguran itu tidak ada yang enak. Semua teguran itu pasti tidak enak dan menyakitkan. Bahkan ketika teguran itu disampaikan oleh orang yang paling kita sayangi seperti suami/isteri kita sekalipun. Walaupun demikian, setiap teguran pasti memiliki dampak positif, di antaranya adalah agar kita menyadari kesalahan atau kekurangan kita dan kita tidak mengulangi kesalahan tersebut di masa yang akan datang.

Bagaimana jika sampai Tuhan sendiri yang menegur? Hal itu sangat mungkin terjadi. Ketika kita salah atau terlalu jauh menyimpang dari jalan Tuhan, maka jangan salahkan Tuhan jika Ia menegur kita. Teguran Tuhan itu tidak bisa dideskripsikan secara pasti. Bisa saja dalam satu kesempatan Tuhan menegur kita dengan penuh kelembutan, akan tetapi  bisa saja di kesempatan lain, Tuhan menegur kita dengan keras. Teguran Tuhan tidak dapat kita prediksi, tetapi ketika Tuhan menegur kita, itu adalah tanda bahwa Tuhan masih sayang dengan kita. Bayangkan jika kita berdosa dan Tuhan membiarkan kita begitu saja, tentu kita akan semakin jauh dari Tuhan bukan? Itulah mengapa Alkitab mengatakan “Berbahagialah orang yang ditegur Tuhan” (ay. 17a).

Perbedaan antara teguran Tuhan dengan teguran manusia adalah bahwa Tuhan tahu batas teguran yang pas bagi kita. Tuhan adalah Tuhan yang menciptakan kita. Ia jauh lebih mengenal kita daripada orang lain. Ketika Tuhan menegur kita pun, Tuhan tidak hanya menegur dan meninggalkan luka di hati kita. Tuhan juga akan membebat dan menyembuhkan kita (ay. 18). Teguran Tuhan selalu pas dengan kondisi kita. Tidak pernah Tuhan “memukul” terlalu keras yang tidak mampu kita tahan, tetapi tidak pernah Tuhan “memukul” terlalu pelan sehingga kita tidak bertobat.

Ketika Tuhan menegur, saatnya kita meresponi teguran Tuhan tersebut. Apakah ketika Tuhan menegur kita, justru kita lari dari Tuhan? Bukankah Tuhan memiliki maksud baik untuk menegur kita? Sudah selayaknya kita harus mengucap syukur bahwa Tuhan masih mau menegur kita. Jangan pernah kita  menolak teguran Tuhan yang Maha Kuasa (ay. 17a). Tetapi terimalah teguran Tuhan dengan sukacita, karena kita tahu bahwa teguran Tuhan itu pasti mendatangkan kebaikan bagi kita, dan bukan mendatangkan celaka atas hidup kita.


Bacaan Alkitab: Ayub 5:17-18
5:17 Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa.
5:18 Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.