Selasa, 12 Maret 2013
Bacaan Alkitab: Lukas 16:10-12
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara
kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar
dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” (Luk 16:10)
Jujur dari Hal yang
Kecil
Ketika berada di suatu daerah di Jawa Tengah,
tiba-tiba mata saya tertarik oleh satu hal kecil. Di tepi jalan saya melihat ada
suatu papan penunjuk arah yang dibuat oleh salah satu lembaga dakwah agama
lain, dan dalam papan penunjuk itu, mereka menulis jarak tempat mereka dari jalan
tersebut dalam angka hingga ke satuan sepersepuluh meter. Alih-alih mereka
menulis jarak semisal 100 meter, mereka menulis sangat rinci seperti 98,3
meter.
Walaupun saya tidak menghitung dan mengukur
apakah jarak tersebut benar, tetapi sekilas saya melihat mereka jauh lebih jujur
daripada gereja Tuhan. Apa buktinya? Banyak gereja Tuhan yang seharusnya
menunjukkan “Jalan Tuhan” untuk ke surga, justru tidak jujur dalam hal kecil.
Ada gereja yang letaknya masuk ke gang, tetapi hanya menulis: “Gereja, 100
meter”, padahal jarak sebenarnya lebih dari 200 meter. Bandingkan dengan papan
nama lembaga dakwah itu yang justru menurut saya lebih jujur karena sampai
menghitung sampai satuan sepersepuluh meter.
Apa kata Alkitab mengenai hal ini? Sederhana
saja. Kesetiaan dan kejujuran itu dimulai dari hal-hal kecil. Jika kita tidak
bisa jujur dan setia dalam hal kecil, bagaimana mungkin kita bisa jujur dan
setia dalam hal-hal besar (ay. 10)? Jika kita pun tidak setia dalam hal duniawi
(mamon yang tidak jujur menggambarkan dunia ini), bagaimana mungkin Tuhan akan
mempercayakan hal-hal rohani yang besar kepada kita (ay. 11)? Bahkan jika kita
tidak bisa setia dan jujur dengan harta orang lain, bagaimana mungkin kita juga
bisa setia dan jujur dengan harta kita (ay. 12)?
Kejujuran itu dimulai dari hal-hal yang
kecil. Bagi diri kita pribadi, coba cek status kita di media sosial, apakah
memang apa yang kita tulis itu adalah hal yang jujur, atau hanya kebohongan dan
kepura-puraan semata? Saya sendiri pernah mengenal seorang wanita yang rela
berbohong di status Blackberry Messenger (BBM)-nya bahwa ia sedang dekat dengan
seorang pria, hanya karena ia ingin pacarnya cemburu. Masalahnya lagi, si pria
itu adalah anak gembala sidangnya dan ia tidak mempunyai Blackberry, sehingga
ia pun tidak tahu bahwa ia hanya “diperalat” oleh wanita tersebut tanpa ia
sadari. Jika wanita tersebut saja tidak jujur dalam hal kecil, bagaimana
mungkin ia bisa jujur dalam hal yang lebih besar? Bahkan mungkin jika ia tidak
bertobat, Tuhan tidak akan pernah mempercayakan hal yang besar kepada wanita
tersebut.
Bagi gereja Tuhan, hal ini juga patut
diperhatikan. Banyak gereja dan persekutuan yang membuat jadwal ibadah yang
sudah “dimajukan” sekian menit, untuk mengantisipasi jemaat yang suka datang
terlambat. Sebagai contoh, ibadah yang sedianya dimulai pukul 19.00 WIB, di
undangan tertulis bahwa ibadah dimulai pukul 18.30 WIB, sehingga ada toleransi
keterlambatan 30 menit. Lalu bagaimana dengan jemaat yang datang tepat waktu? Saya
sendiri paling tidak suka “ditipu” dengan jadwal yang dimajukan dengan alasan
di atas. Saya pernah menghadiri ibadah yang terlambat lebih dari satu jam dari
jadwal undangan, padahal yang mengundang adalah teman saya sendiri. Akhirnya,
saya melihat bahwa gereja tersebut tidak berkembang. Beda dengan gereja yang
menghargai waktu, yang memulai ibadah tepat waktu, dan kalaupun ada
keterlambatan itu bukan karena ingin menunggu jemaat yang terlambat, tetapi
memang karena ada sesuatu hal yang terpakasa membuat ibadah dimulai agak
terlambat. Saya pun pernah datang ke suatu ibadah hari Minggu di suatu gereja
besar yang dimulai pukul 06.00 WIB. Saat itu saya datang, dan jemaat baru ada 7
orang dengan kapasitas ruangan sebanyak 1.000 orang, tetapi mereka tetap memulai tepat waktu. Tidak salah jika saya
melihat gereja ini begitu berkembang dengan pesat, karena mereka menghargai
waktu. Mereka setia dan jujur dalam hal kecil, sehingga Tuhan pun menambahkan hal-hal
yang lebih besar lagi kepada mereka.
Hari ini kita belajar bagaimana bisa jujur
dan setia sejak hal kecil. Kejujuran dan kesetiaan adalah ciri khas anak-anak Tuhan.
Hal itulah yang membuat Firman Tuhan bisa tetap menjangkau orang lain, karena
mereka melihat kejujuran dan kesetiaan dalam diri anak-anak Tuhan. Jika ciri khas
itu hilang, maka tidak ada lagi alasan orang lain bisa mempercayai kita. Tuhan
kita saja juga Tuhan yang jujur dan setia, bagaimana mungkin kita yang mengaku
sebagai anak-anak Tuhan tidak memiliki sikap itu, bahkan dari hal yang terkecil
sekalipun? Mari kita belajar untuk jujur dan setia, dalam hal sekecil apapun,
karena itu adalah syarat agar Tuhan bisa mempercayakan kepada kita hal-hal yang
jauh lebih besar, bahkan jauh lebih besar dari apa yang kita inginkan dan
bayangkan.
Bacaan Alkitab: Lukas 16:10-12
16:10 "Barangsiapa setia dalam
perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa
tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam
perkara-perkara besar.
16:11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam
hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta
yang sesungguhnya?
16:12 Dan jikalau kamu tidak setia dalam
harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.