Sabtu, 02 Maret 2013

Pelaku Sejarah dan Penerus Sejarah



Kamis, 28 Februari 2013
Bacaan Alkitab: Ezra 3:12-13
Tetapi banyak di antara para imam, orang-orang Lewi dan kepala-kepala kaum keluarga, orang tua-tua yang pernah melihat rumah yang dahulu, menangis dengan suara nyaring, ketika perletakan dasar rumah ini dilakukan di depan mata mereka, sedang banyak orang bersorak-sorai dengan suara nyaring karena kegirangan.” (Ezr 3:12)


Pelaku Sejarah dan Penerus Sejarah


Kita tentu sering mendengar bagaimana dahulu para pendahulu kita berperang mengusir penjajah di muka bumi Indonesia ini. Mereka bertempur tanpa menghiraukan harta, benda, bahkan nyawa, yang penting Indonesia bisa merdeka. Generasi mereka adalah generasi pelaku sejarah, yang ikut berpartisipasi dalam membentuk sejarah kemerdekaan Indonesia. Kita, yang lahir setelah Indonesia merdeka, adalah generasi penerus sejarah tersebut. Kita harus mengisi kemerdekaan dengan baik, dengan cara membangun negeri ini sehingga negara kita menjadi lebih maju lagi.

Tentu ada perbedaan antara generasi kakek nenek kita dengan generasi kita sendiri. Jika kakek nenek kita masih hidup, dan mereka melihat tempat-tempat bersejarah (misalnya hotel bersejarah di Surabaya tempat kita merobek bendera Belanda dan menjadikannya bendera merah putih), maka mereka mungkin akan teringat bagaimana dahulu mereka ikut berjuang dan bertempur melawan pihak asing. Sementara kita yang melihat bangunan tersebut mungkin malah terkagum-kagum melihat ada bangunan yang masih tetap berdiri setelah puluhan tahun.

Hal yang sama terjadi ketika bangsa Israel kembali dari pembuangan di Babel. Mereka dibuang Tuhan di Babel selama 70 tahun lamanya. Dan mereka pertama kali kembali ke tanah Israel pada masa Ezra, yang kemudian mendirikan Bait Suci setelah Bait Suci yang didirikan oleh Raja Salomo dihancurkan kerajaan Babel pada saat mereka menyerang Yerusalem. Memang 70 tahun adalah waktu yang cukup lama, tetapi Alkitab mengatakan bahwa masih ada orang-orang yang dahulu pernah melihat Bait Suci yang  terdahulu (sebelum mereka dibuang) dan kemudian kini datang kembali ke Yerusalem setelah masa pembuangan 70 tahun selesai (ay. 12a).

Saat itu bangsa Israel di bawah pimpinan Ezra baru saja meletakkan dasar Bait Suci (Ezr 3:10), para orang-orang tua ini menangis dengan suara nyaring (ay. 12b). Sementara, di satu sisi, orang-orang yang lebih muda (yang lahir di pembuangan dan kini kembali ke Yerusalem) justru bersukacita karena mereka kini bisa melihat Yerusalem, dan mereka pun bisa melihat dan ikut mengambil bagian dalam peristiwa pembangunan Bait Suci. Mereka bersorak-sorai dan bersukacita dengan suara nyaring melihat peristiwa peletakan dasar Bait Suci (ay. 12c). Alkitab menuliskan bahwa saat itu suara orang yang bersorak-sorai dan yang menangis sudah tidak dapat dipisahkan lagi (ay. 13).

Kira-kira, mengapa ada orang-orang yang menangis dan ada orang-orang yang bersukacita pada saat yang sama? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita perlu melihat dari sisi historis. Bait Suci yang dibangun oleh Raja Salomo merupakan salah satu bangunan terindah yang dibuat manusia. Bangunan itu dibuat dengan bahan-bahan terbaik, bahkan pada awalnya, Bait Suci tersebut penuh dengan emas. Tentunya ini menunjukkan kemegahan yang luar biasa. Dan orang-orang tua ini pun menangis bukan karena terharu, melainkan karena mereka merindukan Bait Suci yang megah seperti dahulu. Ketika mereka mulai membangun kembali Bait Suci di bawah pimpinan Ezra, mereka sadar bahwa mereka tidak akan dapat membangun Bait Suci semegah buatan Raja Salomo, sehingga mereka menangis karena mereka sadar bahwa kemegahan Bait Suci yang kedua ini tidak akan sanggup menyamai kemegahan Bait Suci yang pertama.

Sementara itu orang-orang muda yang belum pernah melihat Bait Suci, tentu sangat bersukacita karena mereka akan membangun Bait Suci pada generasi mereka. Mereka tidak memiliki perbandingan dengan Bait Suci yang terdahulu. Mereka hanya mendengar dari cerita kakek nenek atau orang tua mereka tentang kemegahan Bait Suci yang terdahulu, sehingga mereka pun bersorak-sorai ketika mereka mulai meletakkan dasar pembangunan Bait Suci tersebut.

Sepintas hal ini hanya merupakan sejarah biasa. Tetapi ada yang kita bisa pelajari dari hal ini. Kita perlu memposisikan diri dengan benar, sehingga kita yang saat ini adalah penerus sejarah, tetap menghargai para pelaku sejarah yang telah hidup sebelum kita, entah itu kakek nenek kita, orang tua kita, atau orang-orang yang lebih tua dari kita. Mungkin mereka adalah orang-orang yang ikut terlibat mendirikan gereja tempat kita beribadah saat ini. Mungkin mereka adalah orang-orang yang ikut merintis dan mengembangkan gereja atau persekutuan kita hingga menjadi besar seperti saat ini. Sudahkah kita berterima kasih kepada mereka? Sudahkah kita menghargai mereka? Mungkin mereka pun memang sudah menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada generasi kita. Tetapi jangan sampai kita melupakan mereka. Justru tanpa mereka kita tidak akan ada seperti saat ini. Jangan sampai mereka menangis melihat apa yang dilakukan oleh generasi kita, karena generasi yang terdahulu hanya memiliki satu kerinduan, yaitu melihat generasi penerusnya lebih baik daripada generasi mereka.




Bacaan Alkitab: Ezra 3:12-13
3:12 Tetapi banyak di antara para imam, orang-orang Lewi dan kepala-kepala kaum keluarga, orang tua-tua yang pernah melihat rumah yang dahulu, menangis dengan suara nyaring, ketika perletakan dasar rumah ini dilakukan di depan mata mereka, sedang banyak orang bersorak-sorai dengan suara nyaring karena kegirangan.
3:13 Orang tidak dapat lagi membedakan mana bunyi sorak-sorai kegirangan dan mana bunyi tangis rakyat, karena rakyat bersorak-sorai dengan suara yang nyaring, sehingga bunyinya kedengaran sampai jauh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.